“Iya! Semua
orang tau kalau kak vika itu suka kak dion, dan arin suka angga. Jadi, tunggu
apa lagi? Kenapa kalian gak tembak aja mereka. Ini kan moment yang pas! Hehehe”
jelas risky sambil cengengesan.
“Owh......!”
jawabku sama kak dion hampir bersamaan.
Huft! Risky
monyetttttttt kirain apaan, uda bikin aku hampir serangan jantung! Aku lega
mendengar penjelasan risky, aku melihat kak dion, dia juga tampak lega mendengarnya.
Eh bentar, apa kak dion tadi juga berfikiran sama dengan apa yang aku fikirkan?
Apa kak dion juga punya perasaan... ah mulai lagi! Entahlah!
“Serius mikirin
sekolah dulu ky, gak usah mikirin yang lain!” jelas kak dion tiba-tiba.
“Hehe kan gak
papa kak, buat semangat belajar! hehe” jawab risky masi dengan cengengesan.
“Yaudah deh,
buruan yuk pulang, uda sore juga nih!” Ajakku
“Bentar dong
ngga, nunggu cewek-cewek tuh yang lagi puas-puasin metik srawberry!” jawab kak
dion.
Gak tau kenapa
mood ku jadi hilang. Apa karena kecewa kak dion tadi mau bilang sesuatu yang
ahirnya Cuma bilang kebelet? Atau kata-kata risky yang cengengesan gak jelas?
Entahlah! Setelah puas dengan strawberry berkilo-kilo yang dipetik kak vika
sama arin, kita segera pulang kembali ke solo. Entah, mau dibikin apa
strawberry sebanyak itu sama mereka berdua nanti dirumah.
###
Kelulusan...
Ahirnya hari
pengumuman kelulusan datang, dan ini seperti mimpi! Ternyata aku bisa lulus
dengan mempertahankan gelar Juara Umum dengan nilai tertinggi! Wow! Padahal aku
sudah tidak yakin. Mama papa terlihat sangat bangga dan senang sekali. Tidak
sia-sia aku bekerja keras untuk mendapatkan itu. Banyak ucapan selamat
berdatangan dari teman ataupun guru-guru waktu upacara perpisahan disekolah
yang sebentar lagi akan aku tinggalkan ini.hehe
“Selamat ya
ngga, kamu memang anak yang membanggakan! Ayah sama ibu kamu pasti tersenyum
bangga melihatmu dari surga!” kata mama waktu makan malam untuk perayakan
kelulusanku sama kak dion.
“Makasi ma, pa.
Kerja keras angga gak sia-sia!” jawabku sambil tersenyum sumringah.
“Berarti kamu
bisa masuk diSMA terbaik dengan nilaimu itu ngga!” Papa melanjutkan.
“Tentu saja pa,
angga akan mendaftar disana. Risky sama Arin juga! Walaupun nilai mereka tidak
setinggi angga, tapi mereka punya banyak piagam. Jadi mungkin itu bisa
membantu!” Jelasku.
“Kalian ini
sudah seperti Papa Mama sama Ayah kamu ngga! Kita bertiga dulu juga kemana-mana
bertiga waktu jaman kuliah!” kata papa sambil tersenyum mengingat kenangan
mereka.
“Jadi, Angga doang
nih yang dapat ucapan selamat?” kata kak dion protes sambil manyun.
“Ya abisnya,
siapa suruh punya otak pintar tapi gak mau dikuliahin diluar negeri!” Jawab
mama.
“Masih ngebahas
itu?!” Protes kak dion lagi.
“Sudah, sudah!
Selamat ya dion anak papa yang pintar! Udah berhasil lulus dengan menyabet
gelar juara umum juga, dan uda ketrima di UNS lewat jalur PMDK! Coba kalau saja
kamu mau menuruti kata mama papa, pasti ucapan selamat dari kita lebih semangat
lagi!” Tambah papa.
“Papaaaaaa!!!!”
Kata kak dion semakin manyun.
“Hahahahaha!”
Kami tertawa bersama malam ini dimeja makan.
###
“Ahirnya kita
mendaftar di SMA yang sama juga ya!hehe seneng deh, gak jadi pisah sama
kalian!” kata arin sambil melempar batu dikolam taman balekambang.
“Co cwiiit,
segitunya kamu rin gak mau pisah sama kita. Emang segitu gantengnya kita ya?
Hihi” Jawab risky sambil melukis.
“Yeee monyet!
Pede gilaaa! Bukannya kamu paling seneng gak pisah sama aku! Huuuu gak usah
bawel deh, konsen aja lukis aku sama angga! Kalau hasilnya jelek, awas ya!”
ancam arin sambil ngacungin bogem mentahnya yang dibalas risky dengan bibir
manyun.
“Eh, tapi kenapa
mama kalian gak jadi nyuru masuk SMK?” Tanyaku pada arin dan risky.
“Aku kan pernah
bilang ga, semua beres Cuma dengan senjata ngambek!hehe” jawab risky.
“Huuuu dasar
anak ngambekan!!!”
“Yang penting
kan berhasil!hahaha eh, abis ini nanti kerumahku dulu ya, ada sesuatu yang mau
aku tunjukin sama kalian...” kata risky bersemangat.
“Apaan ky?”
tanya arin.
“Liat aja
ntar!hehehe” jawab risky sok misterius.
Selesai dengan
melukis aku dan arin, kita diajak kerumah risky. Risky memang berbakat!
Lukisannya keren layaknya pelukis profesional.
“Eh kak risky
uda pulang? Sama kak angga dan kak arin juga...” Sapa dito diruang tengah.
“Hai dito....”
sapa ku dan arin hampir bersamaan.
“Hai kak, mau
diajak kak risky liat ruang semedi ya?hihi” tanya dito sambil cekikikan.
“Ruang semedi?
Maksud kamu apa dit?” tanya arin
“Dito! Gak usah
ngaco deh!” Potong risky
“Hehehe abisnya
kak risky kalau udah diruang itu betah banget gak keluar-keluar!” jelas dito.
“Udah lah yuk,
kita langsung naik keatas! gak usah dengerin dito!” ajak risky naik kelantai
atas. Aku sama arin mengikutinya dibelakang dengan penasaran.
“Nah ini dia
yang ingin aku tunjukin! Satu... dua... tiga...” kata risky sambil membuka
pintu sebuah ruang.
Terlihat sebuah
ruangan yang cukup luas dan terpajang beberapa lukisan karya risky, tampak juga
beberapa lukisan yang belum selesai.
“Waw, ini...
seperti gallery mini ky?” tanyaku.
“Iya! jadi
lukisanku kan udah cukup banyak, ampe bigung mau naruh dimana. Mama juga suka
ngomel kalau aku sembarang majang lukisanku didinding bawah, apalagi melihat
kamarku banyak noda cat air.hehe Jadi, aku sulap kamar yang gak kepake ini jadi
gallery mini pribadi. Jadi, aku bisa lebih mengeksplor kemampuanku melukis
diruangan ini.hehehe” jelas risky.
“Kayaknya kamu
serius ki, pengin jadi seorang pelukis profesional!”
“Sampai sekarang
sih baru sebatas hobby aja ga, suka aja
nglukis. Hehe lagi pula, papa kayaknya masih kekeh pengin anaknya jadi
pengusaha!” jelas risky.
“Tapi serius loh
ky, ini tu keren banget!” kata arin masih melongo melihat-lihat lukisan risky.
“Thanks rin...”
Jawab risky sambil tersenyum.
“Oke deh, kalau
gitu kita pamit pulang dulu ya ky, uda sore nih! sampai jumpa besuk pas daftar
ulang ya! Disekolah kita yang baruuuu! hehe” kataku sambil berpamitan.
“Oke! Sippp!
Hati-hati ya kalian! Bye...”
“Bye...”
###
Sekolah
baru, teman baru...
Singkat cerita,
kita bertiga masuk di SMA terbaik dikota ini. Tidak ada yang istimewa dengan
proses sebagai siswa baru, mulai pendaftaran, pengarahan, dan MOS (Masa
orientasi siswa) yang semua berjalan layaknya siswa baru yang sudah banyak,
bahkan sering diceritakan dicerita lain. Yang sedikit berbeda adalah waktu
pembagian kelas. Mungkin ini masuk dalam sejarah pendidikan kami bertiga. Untuk
pertama kalinya dalam sejarah aku, arin, dan risky tidak ada yang satu kelas!
Well, mungkin ini sedikit berlebihan, tapi seriusly! Ini terasa aneh kalau
“Trio Wok Wok” yang dari dulu selalu bertiga dalam satu kelas, sekarang sudah
tidak lagi!
“Nooooo! Apa-apa
an nih? Kita gak satu kelas! Mereka gak tau apa, kalau kita itu saudara beda
bapak ibu yang tak bisa dipisahkan!” Protes arin dikoridor sekolah.
“Berlebihan deh
kamu rin! Tapi bener juga! Siapa ntar yang ngasi contekan aku pas ulangan ya!”
Protes risky
“Yeeee! Jadi
pertemananmu sebatas contekan ulangan ky! Huuuu dasarrr!” timpalku sambil jitak
kepala risky.
“Eh, pindah
kelas aja yuk! Boleh gak sih?” kata arin.
“Ah males! Pasti
ribet! Yaudah lah, sekali-kali gak sekelas kan gak papa, biar punya teman lebih
banyak lagi. Sapa tau nanti kelas XI kita balik sekelas lagi. Udah yuk, masuk
kelas masing-masing! Kalian gak mau kan dapat bangku sisa!” jelasku
Ahirnya kami
pasrah untuk dipisahkan, dan segera masuk kelas masing-masing. Deg-degan juga
rasanya, seperti apa teman-teman baruku! Adakah beberapa teman sekelasku yang
berasal dari SMP ku? Walaupun mungkin tidak kenal dekat, tapi setidaknya kalau
ada teman yang berasal dari SMP yang sama, ada temen yang bisa diajak ngobrol.
Ah, sudahlah! Nanti pasti dapat teman baru, pikirku. Aku masuk keruang kelasku,
dan yang kulihat adalah teman-teman baruku yang sedang sibuk mencari bangku.
Ada yang berebut dengan temannya, ada yang sudah duduk sambil bergosip, ada juga
yang duduk sambil melihat teman yang lain tanpa ekspresi, tinggal beberapa
bangku dibelakang, dan satu bangku paling depan, depan meja guru. Satu bangku
sudah duduk dengan manis seseorang yang sedang sibuk membaca buku yang ada
ditangannya, tanpa menghiraukan hiruk pikuk kelas ini. Emm Bangku disebelahnya
yang kosong itu, sudah ada yang memesan belum ya! Yah, emangnya bangku diresto!
Pikirku. Coba aku tanya aja deh, dari pada duduk dibelakang! Lagi pula, ini
anak kayaknya baik. Kaca mata, rambut belah pinggir, baju rapi, dan pegang
buku! Hemm Gak mungkinkan anak badung!
“Hei, permisi.
Apa bangku ini sudah ada yang mengisi?” tanyaku dengan ramah.
“Belum” Jawabnya
singkat tanpa menoleh kearahku.
“Apa, aku boleh
duduk disini? Emm bangku yang kosong tinggal ini sama beberapa bangku
dibelakang. Tapi aku tidak nyaman kalau duduk dibelakang. Bolehkan?” tanyaku
lagi.
“Aku tidak punya
hak buat melarang. Kita kan sama-sama bayar!” Jawabnya masih dengan mata yang
tertuju pada buku dan tidak menoleh kearahku.
“Oke, thanks!”
jawabku dan langsung duduk disebelahnya.
Mampusss! Salah
pilih bangku deh kayaknya! Ni anak sikapnya gak sesuai banget sama
penampilannya! Kirain ramah, ditanya jawabnya gitu banget! Duuuh, bakal
sebangku sama anak macam beginian selama setahun! Hadeeeeeh, arin, risky,
kayaknya kita musti memikirkan kembali tentang rencana kita pindah satu kelas!
Huhuuu tolooooong!
Anak ini masih
sibuk dengan bukunya! Apa sih yang dia baca? Dilipat lagi! Jadi gak keliatan
sampulnya deh! Mau nanya, tapi.. engga deh! Cukup dengan jawaban yang gak enak
sekali tadi. Mau ngajak kenalan apa lagi, Diemin aja deh! Aku melihat satu
persatu teman sekelasku, mereka masih sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Yah, gak ada temen sekelas waktu SMP lagi! Itu ada beberapa anak, dari SMP ku
tapi aku gak begitu kenal mereka. Cuma satu yang kenal, tapi cewek, namanya
Rianti. Rianti Amanda kalau gak salah nama panjangnya. Tidak pernah sekelas
memang, tapi pernah satu kelompok waktu lomba karya ilmiah sekarisidenan
surakarta. Aku Cuma bisa duduk diam sambil mengamati tingkah polah teman-teman
sekelasku, sampai ahirnya ada seorang guru masuk ruangan.
“Slamat pagi
anak-anak” sapa ibu guru yang terlihat cantik.
“Slamat pagi bu
guru” jawab teman-teman sekelas sambil duduk rapi dibangkunya masing-masing.
Anak yang duduk
disebelahku langsung menutup bukunya dan memasukkannya dalam tas, kemudian ikut
memperhatikan ibu guru didepan.
“Perkenalkan
anak-anak, nama ibu bu Rina, ibu mengampu mata pelajaran sosiologi, sekaligus
akan menjadi wali kelas kalian. Nah, sebagai satu keluarga karena satu kelas,
kalian harus saling sayang, jadi harus saling kenal. Seperti pepatah kalau tak kenal maka tak
sayang, jadi kali ini ibu minta kalian memperkenalkan diri kalian satu-satu!”
“teetetetettto#^#&$$%#^$&$#^$tototototetetetetett”
Bunyi HP dari saku bu Rina.
“Sebentar ya
anak-anak, ibu ada telfon, kalian silahkan saling kenalan sama teman-teman
kalian dulu ya! Ibu segera kembali” Kata bu rina sambil berlalu keluar kelas
untuk mengangkat telfon.
“Hei, namamu
siapa? Kenalin, aku Ramadhian Aldyansyah. Biasa dipanggil Aldy, tapi kamu bisa
panggil aku Rama atau apa saja, senyaman kamu!” Suara dari sebelah
mengagetkanku! Yap! Anak aneh itu ahirnya bersuara! Dan dia bisa senyum juga
ternyata.
“Helloooooo! Kuq
bengong!” sambungnya.
“Eh, iya sory
sory! Aku Angga! Angga Pradita. Kamu bisa panggil angga” jawabku sambil
bersalaman dengannya.
“Emm sory ya
tadi aku cuekin. Pasti kamu udah ilfil sama aku!”
“Ah, engga kuq,
Biasa aja kali. Tapi memangnya yang kamu baca tadi apa ya, serius amat?”
“Hehe engga kuq,
Cuma komik. Aku emang gitu. Hoby ku baca komik, dan gak bisa diganggu kalau pas
lagi seru-serunya baca. Hehe maaf ya!” jawabnya sambil senyum manis memamerkan
giginya yang rapi.
Ahirnya aku sama
anak aneh ini, eh maksudku aldy! Dia gak seaneh yang kufikirkan tadi. Kami
ngobrol banyak mulai sekolah asal, hoby, dan masih banyak lagi. Asik juga ni
anak diajak ngobrol, bisa nyambung. “Arin, risky, tentang rencana kita pindah
kelas, gak jadi lagi aja deh, kan ribet! Hihihi” gumamku.
Bersambung...
0 coment�rios: