Home Top Ad

Responsive Ads Here

“Semua orang tau? Maksud kamu tau apa ky? Yang jelas dong!” sahut kak dion dengan nada yang gemetar sepertiku. “Iya! Semua orang tau...

Sebuah Rahasia [Eps 9]



“Semua orang tau? Maksud kamu tau apa ky? Yang jelas dong!” sahut kak dion dengan nada yang gemetar sepertiku.
“Iya! Semua orang tau kalau kak vika itu suka kak dion, dan arin suka angga. Jadi, tunggu apa lagi? Kenapa kalian gak tembak aja mereka. Ini kan moment yang pas! Hehehe” jelas risky sambil cengengesan.
“Owh......!” jawabku sama kak dion hampir bersamaan.

Huft! Risky monyetttttttt kirain apaan, uda bikin aku hampir serangan jantung! Aku lega mendengar penjelasan risky, aku melihat kak dion, dia juga tampak lega mendengarnya. Eh bentar, apa kak dion tadi juga berfikiran sama dengan apa yang aku fikirkan? Apa kak dion juga punya perasaan... ah mulai lagi! Entahlah!

“Serius mikirin sekolah dulu ky, gak usah mikirin yang lain!” jelas kak dion tiba-tiba.
“Hehe kan gak papa kak, buat semangat belajar! hehe” jawab risky masi dengan cengengesan.
“Yaudah deh, buruan yuk pulang, uda sore juga nih!” Ajakku
“Bentar dong ngga, nunggu cewek-cewek tuh yang lagi puas-puasin metik srawberry!” jawab kak dion.

Gak tau kenapa mood ku jadi hilang. Apa karena kecewa kak dion tadi mau bilang sesuatu yang ahirnya Cuma bilang kebelet? Atau kata-kata risky yang cengengesan gak jelas? Entahlah! Setelah puas dengan strawberry berkilo-kilo yang dipetik kak vika sama arin, kita segera pulang kembali ke solo. Entah, mau dibikin apa strawberry sebanyak itu sama mereka berdua nanti dirumah. 

###

Kelulusan...
Ahirnya hari pengumuman kelulusan datang, dan ini seperti mimpi! Ternyata aku bisa lulus dengan mempertahankan gelar Juara Umum dengan nilai tertinggi! Wow! Padahal aku sudah tidak yakin. Mama papa terlihat sangat bangga dan senang sekali. Tidak sia-sia aku bekerja keras untuk mendapatkan itu. Banyak ucapan selamat berdatangan dari teman ataupun guru-guru waktu upacara perpisahan disekolah yang sebentar lagi akan aku tinggalkan ini.hehe

“Selamat ya ngga, kamu memang anak yang membanggakan! Ayah sama ibu kamu pasti tersenyum bangga melihatmu dari surga!” kata mama waktu makan malam untuk perayakan kelulusanku sama kak dion.
“Makasi ma, pa. Kerja keras angga gak sia-sia!” jawabku sambil tersenyum sumringah.
“Berarti kamu bisa masuk diSMA terbaik dengan nilaimu itu ngga!” Papa melanjutkan.
“Tentu saja pa, angga akan mendaftar disana. Risky sama Arin juga! Walaupun nilai mereka tidak setinggi angga, tapi mereka punya banyak piagam. Jadi mungkin itu bisa membantu!” Jelasku.
“Kalian ini sudah seperti Papa Mama sama Ayah kamu ngga! Kita bertiga dulu juga kemana-mana bertiga waktu jaman kuliah!” kata papa sambil tersenyum mengingat kenangan mereka.
“Jadi, Angga doang nih yang dapat ucapan selamat?” kata kak dion protes sambil manyun.
“Ya abisnya, siapa suruh punya otak pintar tapi gak mau dikuliahin diluar negeri!” Jawab mama.
“Masih ngebahas itu?!” Protes kak dion lagi.
“Sudah, sudah! Selamat ya dion anak papa yang pintar! Udah berhasil lulus dengan menyabet gelar juara umum juga, dan uda ketrima di UNS lewat jalur PMDK! Coba kalau saja kamu mau menuruti kata mama papa, pasti ucapan selamat dari kita lebih semangat lagi!” Tambah papa.
“Papaaaaaa!!!!” Kata kak dion semakin manyun.
“Hahahahaha!” Kami tertawa bersama malam ini dimeja makan.

###

“Ahirnya kita mendaftar di SMA yang sama juga ya!hehe seneng deh, gak jadi pisah sama kalian!” kata arin sambil melempar batu dikolam taman balekambang.
“Co cwiiit, segitunya kamu rin gak mau pisah sama kita. Emang segitu gantengnya kita ya? Hihi” Jawab risky sambil melukis.
“Yeee monyet! Pede gilaaa! Bukannya kamu paling seneng gak pisah sama aku! Huuuu gak usah bawel deh, konsen aja lukis aku sama angga! Kalau hasilnya jelek, awas ya!” ancam arin sambil ngacungin bogem mentahnya yang dibalas risky dengan bibir manyun.
“Eh, tapi kenapa mama kalian gak jadi nyuru masuk SMK?” Tanyaku pada arin dan risky.
“Aku kan pernah bilang ga, semua beres Cuma dengan senjata ngambek!hehe” jawab risky.
“Huuuu dasar anak ngambekan!!!”
“Yang penting kan berhasil!hahaha eh, abis ini nanti kerumahku dulu ya, ada sesuatu yang mau aku tunjukin sama kalian...” kata risky bersemangat.
“Apaan ky?” tanya arin.
“Liat aja ntar!hehehe” jawab risky sok misterius.
Selesai dengan melukis aku dan arin, kita diajak kerumah risky. Risky memang berbakat! Lukisannya keren layaknya pelukis profesional.
“Eh kak risky uda pulang? Sama kak angga dan kak arin juga...” Sapa dito diruang tengah.
“Hai dito....” sapa ku dan arin hampir bersamaan.
“Hai kak, mau diajak kak risky liat ruang semedi ya?hihi” tanya dito sambil cekikikan.
“Ruang semedi? Maksud kamu apa dit?” tanya arin
“Dito! Gak usah ngaco deh!” Potong risky
“Hehehe abisnya kak risky kalau udah diruang itu betah banget gak keluar-keluar!” jelas dito.
“Udah lah yuk, kita langsung naik keatas! gak usah dengerin dito!” ajak risky naik kelantai atas. Aku sama arin mengikutinya dibelakang dengan penasaran.
“Nah ini dia yang ingin aku tunjukin! Satu... dua... tiga...” kata risky sambil membuka pintu sebuah ruang.

Terlihat sebuah ruangan yang cukup luas dan terpajang beberapa lukisan karya risky, tampak juga beberapa lukisan yang belum selesai.

“Waw, ini... seperti gallery mini ky?” tanyaku.
“Iya! jadi lukisanku kan udah cukup banyak, ampe bigung mau naruh dimana. Mama juga suka ngomel kalau aku sembarang majang lukisanku didinding bawah, apalagi melihat kamarku banyak noda cat air.hehe Jadi, aku sulap kamar yang gak kepake ini jadi gallery mini pribadi. Jadi, aku bisa lebih mengeksplor kemampuanku melukis diruangan ini.hehehe” jelas risky.
“Kayaknya kamu serius ki, pengin jadi seorang pelukis profesional!”
“Sampai sekarang sih baru sebatas hobby  aja ga, suka aja nglukis. Hehe lagi pula, papa kayaknya masih kekeh pengin anaknya jadi pengusaha!” jelas risky.
“Tapi serius loh ky, ini tu keren banget!” kata arin masih melongo melihat-lihat lukisan risky.
“Thanks rin...” Jawab risky sambil tersenyum.
“Oke deh, kalau gitu kita pamit pulang dulu ya ky, uda sore nih! sampai jumpa besuk pas daftar ulang ya! Disekolah kita yang baruuuu! hehe” kataku sambil berpamitan.
“Oke! Sippp! Hati-hati ya kalian! Bye...”
“Bye...”

###

Sekolah baru, teman baru...
Singkat cerita, kita bertiga masuk di SMA terbaik dikota ini. Tidak ada yang istimewa dengan proses sebagai siswa baru, mulai pendaftaran, pengarahan, dan MOS (Masa orientasi siswa) yang semua berjalan layaknya siswa baru yang sudah banyak, bahkan sering diceritakan dicerita lain. Yang sedikit berbeda adalah waktu pembagian kelas. Mungkin ini masuk dalam sejarah pendidikan kami bertiga. Untuk pertama kalinya dalam sejarah aku, arin, dan risky tidak ada yang satu kelas! Well, mungkin ini sedikit berlebihan, tapi seriusly! Ini terasa aneh kalau “Trio Wok Wok” yang dari dulu selalu bertiga dalam satu kelas, sekarang sudah tidak lagi!

“Nooooo! Apa-apa an nih? Kita gak satu kelas! Mereka gak tau apa, kalau kita itu saudara beda bapak ibu yang tak bisa dipisahkan!” Protes arin dikoridor sekolah.
“Berlebihan deh kamu rin! Tapi bener juga! Siapa ntar yang ngasi contekan aku pas ulangan ya!” Protes risky
“Yeeee! Jadi pertemananmu sebatas contekan ulangan ky! Huuuu dasarrr!” timpalku sambil jitak kepala risky.
“Eh, pindah kelas aja yuk! Boleh gak sih?” kata arin.
“Ah males! Pasti ribet! Yaudah lah, sekali-kali gak sekelas kan gak papa, biar punya teman lebih banyak lagi. Sapa tau nanti kelas XI kita balik sekelas lagi. Udah yuk, masuk kelas masing-masing! Kalian gak mau kan dapat bangku sisa!” jelasku 

Ahirnya kami pasrah untuk dipisahkan, dan segera masuk kelas masing-masing. Deg-degan juga rasanya, seperti apa teman-teman baruku! Adakah beberapa teman sekelasku yang berasal dari SMP ku? Walaupun mungkin tidak kenal dekat, tapi setidaknya kalau ada teman yang berasal dari SMP yang sama, ada temen yang bisa diajak ngobrol. Ah, sudahlah! Nanti pasti dapat teman baru, pikirku. Aku masuk keruang kelasku, dan yang kulihat adalah teman-teman baruku yang sedang sibuk mencari bangku. Ada yang berebut dengan temannya, ada yang sudah duduk sambil bergosip, ada juga yang duduk sambil melihat teman yang lain tanpa ekspresi, tinggal beberapa bangku dibelakang, dan satu bangku paling depan, depan meja guru. Satu bangku sudah duduk dengan manis seseorang yang sedang sibuk membaca buku yang ada ditangannya, tanpa menghiraukan hiruk pikuk kelas ini. Emm Bangku disebelahnya yang kosong itu, sudah ada yang memesan belum ya! Yah, emangnya bangku diresto! Pikirku. Coba aku tanya aja deh, dari pada duduk dibelakang! Lagi pula, ini anak kayaknya baik. Kaca mata, rambut belah pinggir, baju rapi, dan pegang buku! Hemm Gak mungkinkan anak badung!

“Hei, permisi. Apa bangku ini sudah ada yang mengisi?” tanyaku dengan ramah.
“Belum” Jawabnya singkat tanpa menoleh kearahku.
“Apa, aku boleh duduk disini? Emm bangku yang kosong tinggal ini sama beberapa bangku dibelakang. Tapi aku tidak nyaman kalau duduk dibelakang. Bolehkan?” tanyaku lagi.
“Aku tidak punya hak buat melarang. Kita kan sama-sama bayar!” Jawabnya masih dengan mata yang tertuju pada buku dan tidak menoleh kearahku.
“Oke, thanks!” jawabku dan langsung duduk disebelahnya.

Mampusss! Salah pilih bangku deh kayaknya! Ni anak sikapnya gak sesuai banget sama penampilannya! Kirain ramah, ditanya jawabnya gitu banget! Duuuh, bakal sebangku sama anak macam beginian selama setahun! Hadeeeeeh, arin, risky, kayaknya kita musti memikirkan kembali tentang rencana kita pindah satu kelas! Huhuuu tolooooong!
Anak ini masih sibuk dengan bukunya! Apa sih yang dia baca? Dilipat lagi! Jadi gak keliatan sampulnya deh! Mau nanya, tapi.. engga deh! Cukup dengan jawaban yang gak enak sekali tadi. Mau ngajak kenalan apa lagi, Diemin aja deh! Aku melihat satu persatu teman sekelasku, mereka masih sibuk dengan aktivitas masing-masing. Yah, gak ada temen sekelas waktu SMP lagi! Itu ada beberapa anak, dari SMP ku tapi aku gak begitu kenal mereka. Cuma satu yang kenal, tapi cewek, namanya Rianti. Rianti Amanda kalau gak salah nama panjangnya. Tidak pernah sekelas memang, tapi pernah satu kelompok waktu lomba karya ilmiah sekarisidenan surakarta. Aku Cuma bisa duduk diam sambil mengamati tingkah polah teman-teman sekelasku, sampai ahirnya ada seorang guru masuk ruangan.

“Slamat pagi anak-anak” sapa ibu guru yang terlihat cantik.
“Slamat pagi bu guru” jawab teman-teman sekelas sambil duduk rapi dibangkunya masing-masing.
Anak yang duduk disebelahku langsung menutup bukunya dan memasukkannya dalam tas, kemudian ikut memperhatikan ibu guru didepan.
“Perkenalkan anak-anak, nama ibu bu Rina, ibu mengampu mata pelajaran sosiologi, sekaligus akan menjadi wali kelas kalian. Nah, sebagai satu keluarga karena satu kelas, kalian harus saling sayang, jadi harus saling kenal.  Seperti pepatah kalau tak kenal maka tak sayang, jadi kali ini ibu minta kalian memperkenalkan diri kalian satu-satu!”
“teetetetettto#^#&$$%#^$&$#^$tototototetetetetett” Bunyi HP dari saku bu Rina.
“Sebentar ya anak-anak, ibu ada telfon, kalian silahkan saling kenalan sama teman-teman kalian dulu ya! Ibu segera kembali” Kata bu rina sambil berlalu keluar kelas untuk mengangkat telfon.
“Hei, namamu siapa? Kenalin, aku Ramadhian Aldyansyah. Biasa dipanggil Aldy, tapi kamu bisa panggil aku Rama atau apa saja, senyaman kamu!” Suara dari sebelah mengagetkanku! Yap! Anak aneh itu ahirnya bersuara! Dan dia bisa senyum juga ternyata.
“Helloooooo! Kuq bengong!” sambungnya.
“Eh, iya sory sory! Aku Angga! Angga Pradita. Kamu bisa panggil angga” jawabku sambil bersalaman dengannya.
“Emm sory ya tadi aku cuekin. Pasti kamu udah ilfil sama aku!”
“Ah, engga kuq, Biasa aja kali. Tapi memangnya yang kamu baca tadi apa ya, serius amat?”
“Hehe engga kuq, Cuma komik. Aku emang gitu. Hoby ku baca komik, dan gak bisa diganggu kalau pas lagi seru-serunya baca. Hehe maaf ya!” jawabnya sambil senyum manis memamerkan giginya yang rapi.

Ahirnya aku sama anak aneh ini, eh maksudku aldy! Dia gak seaneh yang kufikirkan tadi. Kami ngobrol banyak mulai sekolah asal, hoby, dan masih banyak lagi. Asik juga ni anak diajak ngobrol, bisa nyambung. “Arin, risky, tentang rencana kita pindah kelas, gak jadi lagi aja deh, kan ribet! Hihihi” gumamku.

Bersambung...

0 coment�rios: