Home Top Ad

Responsive Ads Here

### Pagi ini aku bangun sedikit siang dari biasanya. Itu karna semalam aku terlalu terobsesi untuk menjadi model video klip sebuah lagu...

Sebuah Rahasia [Eps 19]


###


Pagi ini aku bangun sedikit siang dari biasanya. Itu karna semalam aku terlalu terobsesi untuk menjadi model video klip sebuah lagu lama dari audi! Menangis semalam. Kalau saja lagu itu dibikin klip sekarang, mungkin aku lolos casting?! Lupakan!

Badanku serasa remuk seremuk hatiku saat ini. Kepalaku pening, dan mataku sembab. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi untuk cuci muka hingga berkali-kali. Aku hanya ingin menyadarkan diriku sendiri dari sebuah mimpi buruk yang baru saja aku alami dihari ulang tahunku. Aku baru sadar bahwa hari ini adalah hari minggu, dan mama papa masih dirumah. Apa yang harus aku katakan nanti kalau mereka menanyakan mataku yang sembab? Sebaiknya aku bersepeda pagi ini untuk mencairkan suasana hatiku yang sedang beku, dan mungkin nanti mataku sudah terlihat normal setelahnya.

Segera aku pakai perlengkapan sepeda dan kaca mata untuk menutupi mataku. Kemudian aku keluarkan sepeda dari garasi, mama papa masih dikamarnya, bik inah sedang sibuk didapur, sedangkan kak dion? Plis jangan tanya padaku tentang dia untuk saat ini. Aku gayuh sepeda menelusuri jalanan kota yang sedikit lengang sampai ahirnya aku sampai dijalan utama kota ini. Jalan Slamet Riyadi yang begitu ramai dengan masyarakat kota tanpa ada kendaraan bermotor. Aku telusuri jalan yang dijadikan jalur car free day ini hingga ujung, dan setelah itu aku kembali untuk pulang.

Tubuhku dipenuhi keringat. Rasa sakit yang tadi pagi aku rasakan justru tenggelam dalam rasa capekku sekarang. Sampai dirumah, aku lihat mama sedang merawat tanamannya dihalaman depan. Aku sempat menyapa dan berbincang-bincang dengannya, tanpa melepas kaca mataku. Mama menyuruhku segera mandi dan mengajakku untuk sarapan bersama. Untuk perintah yang satu ini mama memang begitu tegas. Mengingat kesempatan kami untuk sarapan bersama sangat jarang karena mama papa yang sering keluar kota. Dan usahaku untuk menutupi mataku yang sembab ternyata sia-sia.

“Mata kamu kenapa ga? Bengkak gitu? Kamu habis menangis ya? Kenapa sayang...?” tanya mama dimeja makan.
“Eh, emm engga ma. Angga, angga, angga Cuma...”
“Kenapa nak? Apa kamu ingat sama ayah ibu kamu semalam dihari ulang tahunmu?” potong mama.

“Emm iya ma. Angga Cuma ngrasa tiba-tiba kangen mereka” Jawabku, dan aku tak bohong. Aku memang sedang merindukan mereka. Setiap ada masalah, mereka yang selalu aku ingat. Semalam aku memanggil lirih nama mereka dalam tangisanku. Dan ahirnya dalam mimpi mereka menemuiku.

“Angga, kami tahu mungkin kami tidak bisa menjadi orang tua sebaik ayah ibu kamu. tapi percayalah, kami menyayangimu seperti anak kandung kami sendiri. Seperti kami menyayangi dion.

“Iya ma, angga tau. Angga juga sangat bersyukur memiliki orang tua kedua seperti kalian. Angga sangat menyayangi keluarga ini”  mama beranjak dari kursinya, menghampiri, dan memelukku.

Kak dion aku lihat hanya diam menikmati menu sarapan pagi ini, dan sesekali tersenyum kearahku yang kurang lebih artinya memberikan semangat kepadaku.

Selesai sarapan, mama papa pergi keluar, begitupun kak dion. Sedangkan aku sudah cukup bosan untuk menonton TV yang acaranya itu-itu saja. Ahirnya aku putuskan untuk menghidupkan komputer dan berselancar internet mencari artikel tentang tugas biologiku. Tapi otakku ternyata belum bisa diajak untuk sedikit serius. Apa yang telah terjadi semalam masih memenuhi otakku.

Aku lagi-lagi kembali berfikir, tak sepantasnya memang aku bisa menyimpan rasa cinta pada seorang yang telah menjadi kakakku apalagi dia seorang laki-laki, sama sepertiku. Aku teringat dengan penjelasan guru biologiku tentang sesuatu yang menyimpang pada seseorang karena dipengaruhi hormon. Atau penjelasan guru agama tentang penyimpangan yang terjadi pada kaum nabi luth. Apa aku termasuk didalamnya? Apa aku termasuk seseorang yang menyimpang tersebut? Apa kata orang sekitarku ? Teman-temanku? Tidak. Aku tak mau menyimpang. Mereka pasti akan menjauhiku. Aku mencintai kak dion dengan rasa cinta yang tulus dari hati tanpa aku mengerti kenapa itu bisa terjadi. Mungkin kak dion benar, rasa ini hanya rasa sayang yang terlalu berlebihan. Kak dion terlalu senang memiliki seorang adik, dan aku sebaliknya, terlalu senang memiliki seorang kakak. Rasa penasaranku membuatku ingin mencari tahu tentang penyebab seseorang bisa menyukai sesama jenis. Begitu aku enter, mesin pencari google sudah menampilkan ratusan jawabannya. Aku coba buka satu artikel yang membahasnya. Dan ternyata cukup banyak penyebab yang dibahas diartikel ini. Seperti yang dijelaskan guru biologiku bahwa seseorang bisa mengalami penyimpangan karena faktor hormon / bawaan. Tidak, aku masih normal, hormon testosteronku bekerja dengan baik, aku yakin. Terlalu dini kalau aku sendiri menyimpulkan orientasi seks ku menyimpang. Aku ini anak umur 16 tahun, yang baru sekali jatuh cinta, meski cintaku salah. Aku baca lagi, penyebab lainnya, adanya pengaruh lingkungan, trauma dengan masa lalu / pernah mengalami dilecehkan / kekerasan seks. Dua penyebab itu sepertinya tidak terjadi padaku, lingkunganku “sehat” tak ada sesuatu yang tak wajar, apalagi trauma karena pelecehan/kekerasan seks, aku tak pernah mengalami. Aku baca lagi, yang semuanya tak pernah aku alami, sampai pada penyebab terahir. Pernah kehilangan sesosok figur, baik figur ayah, kakak, atau figur lainnya yang sebelumnya memberikan perhatian dan kasih sayang, sehingga selalu merasa nyaman jika seseorang datang seakan menggantikan figur yang hilang tersebut. Membaca penyebab terahir diartikel ini, aku benar-benar lemas. Apa mungkin itu sebabnya aku selalu nyaman bersama kak dion? Hingga aku bisa merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Menjadi anak tunggal tanpa saudara, dan tiba-tiba harus kehilangan figur seorang ayah diumur 7 tahun? Itukah penyebabnya? Sekali lagi, terlalu dini untuk menyimpulkan orientasi seks anak umur 16 tahun yang baru sekali jatuh cinta meski salah.

Terlalu pusing memikirkan sesuatu yang begitu rumit, aku iseng membuka account facebook yang sudah aku terlantarkan semenjak aku buat beberapa waktu lalu karena paksaan aldy. Setelah login, aku langsung disajikan sebuah beranda yang berisikan status teman-teman facebook ku! Ya, ya, maksudku status 11 atau 12 teman facebookku. Aku jadi penasaran, sebenarnya teman facebookku itu tepatnya ada 11 atau 12? Oke, mumpung ingat akan aku cek!

What??! Kalian lihat? Yang ada temen facebookku ada 10 orang! Padahal aku masih ingat terahir aku buka ada 11 atau 12. Mungkin seseorang berfikir berteman dengan account facebook yang mati suri itu gak ada gunanya, dan ahirnya dia menghapusku dari daftar temannya. Sudahlah!

Aku lihat ada beberapa permintaan teman yang semuanya lagi-lagi teman sekelas. Ada pesan yang isinya ternyata dari aldy. Kalian tahu apa isinya? “Ga, kuq gak pernah Online sih?” “Ga, online dong!” “Ga, ayolah update facebookmu!”. Itu beberapa contoh kalimat mesage darinya. Sumpah! Aku jadi heran kenapa tu anak nafsu banget pengin aku aktif difacebook!

Selesai mengkonfirmasi permintaan teman dan membaca message, aku baca status-status yang ada diberanda. Dan oh GOD! Lagi-lagi dipenuhi status dari aldy! Tu anak sumpah ya, bener-bener banci facebook! Aku buka profilnya, dan aku baca statusnya dari beberapa hari terahir.

[Semakin aku perhatikan, kamu semakin terlihat menarik ya... hihi]

Hah? Siapa yang dimaksud aldy distatus ini? hemmm aku baca komentar yang masuk, dan isinya cewek-cewek kecentilan yang dengan pedenya bilang “Makasiiiih” hellooooo emang itu status buat kalian! Pede amat! Huh
Aku baca lagi status diatasnya.

[Taukah kamu yang ada disana, setiap melihatmu hatiku kejang tak karuan... ]

Siapa sih yang aldy maksud? Aku baca komentar yang masuk, lagi-lagi isinya cewek-cewek centil yang kepedean. Dan balasan dari aldy distatusnya, masih seperti status-status sebelumnya. Dia hanya balas dengan senyum, dan semakin membuat cewek-cewek yang komentar sebelumnya semakin kecentilan. Huh aku jadi malas membacanya. Aku skip beberapa status dan tiba pada status terahir. Aku lihat waktu yang tertera, status ini dibikin kemarin sore.

[Aku melihat senyum kembangmu hari ini, sungguh senyuman yang indah... ]

Aldy, sepertinya benar-benar sedang jatuh cinta. Tapi pada siapa? Kenapa dia tak pernah cerita sesuatu padaku?

Aku berfikir untuk segera logout dan mematikan komputer, tapi niatku terhenti ketika ada sebuah status baru dari aldy.

[Aku sudah tak tahan, aku ingin segera secepatnya untuk mengungkapkan rasa yang aku simpan selama ini untukmu... aku telah jatuh cinta!]

 Terlihat status yang baru saja diupdate itu langsung ramai jempol dan komentar. Aku jadi semakin penasaran, siapa orang yang sudah membuat seorang aldy bisa jatuh cinta. Apa aku perlu menanyakannya? Ah tidak, aku tak mau dibilang kepo. Kalau aldy memang mau, pasti dia sudah cerita sebelum aku tanya.

###

Dialah R.A!

Hari ini tak ada semangat untuk menerima pelajaran. Rasanya, ingin segera pulang dan kembali bergumul dengan gulingku dikamar. Bell istirahat yang aku tunggu-tunggu ahirnya berbunyi. Syukurlah! Setidaknya aku bisa mengistirahatkan otakku sesaat. Aku menolak ajakan aldy kekantin. Aku hanya ingin sendiri hari ini, merenungi semua yang aku alami ahir-ahir ini ditempat favoritku disekolah, kursi taman. Aku duduk tenang dalam lamunan meski tanganku memegang sebuah buku. Tadinya aku fikir, aku bisa sambil memasukkan materi dibuku ini kedalam otakku. Tapi ternyata tidak, otakku belum menginginkan itu. Aku melamunkan semua yang terjadi 2 hari terahir, mulai dari kado istimewa dari kak dion, surat R.A yang kedua, surprise teman-teman, sampai pada kenyataan yang cukup menyakitkan malam harinya. Semua bercampur aduk diotakku. Sedang asik dengan lamunanku, tiba-tiba suara pengacau datang.

“Deeeerrrrrrr!!!!” suara mengagetkan seseorang dari belakang sambil memegang bahuku.
“Monyetttttt!!!!” Teriakku kaget. Aku menoleh kebelakang, terlihat risky yang sedang nyengir cengengesan.
“Risky!!!!! Kamu tahu! Ini kali ke 99.999 kamu mengagetkaku disini dengan cara yang sama! dan sebanyak itu juga aku mengingatkanmu untuk tidak mengulanginya!!!” bentakku lagi-lagi memperingatkan risky.
“Hehehe iya maaf, maaf. Tapi, kamu masih kaget juga kan? Hihihihi janji, besuk gak lagi!” jawabnya masih dengan cengengesan.
“Itu yang selalu kamu bilang! Tapi besuk-besuk pasti diulangi lagi!”
“Iya, engga. Kamu kenapa sih? Aku perhatikan dari tadi manyun mulu. Ada masalah?” tanya risky setelah duduk disebelahku.
“Engga. Gak ada!” Jawabku jutek.
“Kalau ada maslah cerita aja lagi, gak usah sensi juga!”

Aku diam sejenak, berfikir, apa aku memang perlu cerita pada risky? Selama ini aku pendam sendiri, tapi apa kata risky nanti. Tidak, sebaiknya aku tak cerita apapun.

“Kak dion?” tebak risky, membuatku sedikit bingung campur kaget.
“Hah? Maksudnya?”
“Iya, kak dion. Apa ada hubungannya dengan kak dion?”
“Ke... kenapa kamu bisa bilang gitu?” Jawabku sedikit kaget.
“Hei, aku bukan temanmu yang baru kenal 2,3 hari oke! Bukannya biasanya kalau kamu ada apa-apa pasti ada hubungannya dengan kak dion? Kenapa? Apa kamu tak dapat kado darinya tahun ini, tak seperti tahun lalu dimana dia memberikan kado sebuah jam tangan?”
“Hah? Engga lah.. siapa juga yang mikirin tentang itu. Aku Cuma...”
“Cuma apa?”
“Emmm...”
“Apa?”
“Emmm.. surat!”
“Surat?”
“Iya surat! Aku Cuma mikirin sebuah surat!” Aku jadi berfikir ini mungkin saatnya aku cerita tentang surat dari R.A tersebut pada orang lain.
“Surat apa?”
“Emm begini ky. Jadi, 2 tahun terahir ini, setiap aku ulang tahun, seseorang mengirimiku sebuah kertas yang isinya puisi singkat. Yang intinya mengucapkan selamat. Tapi selalu hanya ditulis sebuah inisial.”
“Inisial?”
“Iya, inisialnya R.A!”
“Apa kamu sudah berfikir kira-kira siapa R.A tersebut?”
“Tentu! Tapi aku belum yakin dengan dugaanku!”
Aku dan risky dia sesaat.
“Arin!” kata risky tiba-tiba.
“Maksudnya?”
“Iya, Arin! Roesmaya Arinda!”
“Hah?”

Damn! Kenapa aku tak berfikir sejauh itu? R.A ! Roesmaya Arinda! Ya TUHAN! Kenapa aku bodoh, sampai-sampai seseorang yang selama ini jelas-jelas memberikan perhatiannya, aku acuhkan.

“Kamu yakin ky?”
“Emm Yakin! Kamu pikir siapa lagi yang selama ini jelas-jelas suka sama kamu!”
“Oke ky, akan aku perjelas semua saat ini juga!” Kataku pada risky mantap sambil pergi meninggalkannya.
“Ga, mau kemana kamu?”
“Bentar!” aku tetap berlari
“Anggaaaa!” Panggi risky namun tak aku indahkan.

Aku segera berlari menuju kelas untuk mengambil 2 kertas dari R.A yang aku simpan di tas.
Kemudian, kembali berlari keluar menuju kelas arin! Ya, aku akan memastikan semuanya. Satu tahun dalam rasa penasaran, tanpa aku ketahui dengan jelas siapa pengirim kertas berinisial R.A, saat ini adalah waktu yang tepat untuk memastikannya.

Sampai dikelas arin, aku lihat dia sedang berbincang dengan 2 orang temannya.

“Arin...” panggilku dari luar kelas. Arin menoleh.
“Ya ga?” jawabnya.
“Bisa kita bicara sebentar?” kataku. Arin datang menghampiriku.
“Ada apa? Tumben? Sepertinya serius?” tanyanya.
“Ayo!” Ajakku padanya kebelakang kelas.
“Ada apa sih ga?” Tanyanya lagi sampai dibelakang kelas.
“Emmm rin...” kataku ragu.
“Ya ga...”
“Emmm a.. aaa..ku...akuu”
“Iya, kenapa?”
“Aku mau bilang terimakasih”
“Untuk?”
“Untuk semuanya! Untuk perasaanmu terhadapku, untuk surat kamu, untuk puisimu!”
“Puisi?”
“Iya, puisi pendekmu.. aku menyukainya! Aku sudah tahu semuanya! Aku sudah tahu kalau ini kamu yang buat? Ya kan?” Jelasku sambil menyerahkan 2 kertas yang aku pegang.
Arin mengambilnya, dan membacanya sekilas.
“Owh, ini...”
“Iya. Makasih ya!”
Arin sedikit tersenyum. Entah kenapa, tapi arin seperti mnyembunyikan sesuatu.
“Oke, aku balik kekelas dulu ya!” Lagi-lagi dijawab arin dengan senyuman.

Aku sedikit merasa lega. Ahirnya terjawab juga, R.A! Roesmaya Arinda. Mungkin aku harus belajar cinta yang sebenarnya dengannya.

###

Bell pulang sekolah berbunyi, aku segera merapikan alat tulisku dalam tas dan teman-temanpun mulai keluar kelas satu persatu. Aku segera menyusul dibelakang dan berjalan menyusuri koridor kelas. Risky dan arin pasti sudah menungguku diluar sekarang. Tapi aku menghentikan langkahku begitu sampai depan kelas risky dan arin. Mereka terlihat sedikit berdiskusi didalam kelas berdua. Sorry, aku ralat! mungkin lebih tepatnya sedikit beda pendapat. Tidak tidak, tepatnya mereka itu seperti sedang bertengkar. Arin terlihat sedang marah-marah pada risky sedangkan risky hanya diam tertunduk.

“Hei, kalian kenapa? Ada masalah?” Tanyaku sambil menghampiri mereka. Risky dan arin menoleh kearahku bersamaan. Terlihat risky sedikit kebingungan, sedangkan arin hanya diam seakan menyembunyikan sesuatu, tapi aku lihat matanya berkaca-kaca seperti menahan  tangisan.
“Kenapa kalian diam? Ada masalah?” tanyaku lagi.
“Sorry ga, aku ada sedikit urusan, jadi aku gak bisa ikut pulang bareng. Aku duluan ya” Jawab arin sambil berlalu meninggalkanku dan risky. Aku lihat risky masih diam terpaku.
“Ky, bisa kamu jelasin apa yang baru saja terjadi disini?” Tanyaku pada risky.
“Tidak ada yang harus aku jelaskan ga, hanya ada sedikit beda pendapat antara aku dan arin. Yuk pulang ga! Pak dar mungkin sudah menunggu kita diluar!” Jawab risky sambil berjalan membelakangiku.

Apa yang sebenarnya terjadi? Aku merasa mereka menyembunyikan sesuatu dariku. Aku hanya bisa bergumam dalam hati. Tak mungkin aku memaksa risky untuk menceritakan sesuatu yang memang tak ingin dia jelaskan padaku saat ini.

###

Aku tak tahu kenapa semenjak kejadian itu arin dan risky benar-benar berubah. Aku yakin ada sesuatu yang terjadi dan mereka sembunyikan dariku. Beberapa hari ini arin tak pernah ikut mobil risky untuk berangkat ataupun pulang sekolah. Ada saja alasannya. Mereka berdua juga jarang terlihat berdua, atau sekedar saling sapa. Arin terlihat menjauhi risky. Begitupun terhadapku, dia selalu menghindar dariku jika disekolah tanpa sengaja bertemu.

Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku harus meminta penjelasan salah satu dari mereka.
Pulang sekolah, aku sengaja tak ikut mobil risky dengan alasan ada sesuatu yang harus aku beli dulu dimarket, dan tak ingin merepotkan jika harus ikut mobil risky. Aku segera  mencari taxi begitu risky pulang lebih dulu dengan mobil jemputannya. Akupun segera menuju rumah arin. Begitu sampai dan turun dari taxi, aku lihat arin sedang menutup gerbang rumahnya dan hendak keluar. Spontan aku segera memanggil dan menghampirinya.

“Arin!”
“A... Ang... angga... kenapa kamu disini?” Tanya arin sedikit gugup.
“Kenapa? Apa aku sudah tak boleh main kerumahmu?”
“Bu.. bukan begitu!”
“Jelaskan semua rin!” potongku.
“Jelaskan apa?”
“Semua! Tentang kejadian beberapa waktu lalu antara kamu dan risky. Dan kenapa kamu selalu menghindar setelah kejadian itu.”
“Tidak ada yang harus dijelaskan ga. Sorry, aku buru-buru harus latihan.”
“Tidak! Kamu tak boleh pergi sebelum menjelaskan semuanya padaku!” Aku menghadang langkah arin yang berusaha menghindar.
“....” Arin hanya diam tertunduk.
“Apa ini semua ada hubungannya dengan puisi-pusisi itu? Kenapa? Kamu malu denganku setelah aku tahu puisi itu darimu?”
“...” Arin masih diam dan lagi-lagi terlihat matanya berkaca-kaca.
“Jawab rin....!”
“Apa kamu benar-benar ingin tahu ga?”
“Tentu! Itu tujuanku kemari!”
“Ikut aku ga! Aku akan jelaskan, tapi tak disini” Arin menarikku kedalam garasi agar tak ada seorangpun yang mendengar.

Arin menjelaskan semua yang ia sembunyikan beberapa hari ini. Kenapa dia bisa memarahi risky, hingga ia selalu menghindar setelah kejadian itu.

Seperti halilintar yang menyambar telingaku siang ini, mendengar semua penjelasan arin. Aliran darahku memuncak keubun-ubun, jantungku berdesir hebat, dan lidahku kelu, tak bisa berkata apa-apa.

Arin ahirnya terisak dalam tangisnya. Baru kali ini aku melihatnya menangis. Seorang perempuan yang aku kenal haram untuk menangis, selalu tegar, tangguh, bahkan terlihat sangar. Saat ini sedang menangis didepanku.

“Aku harus pergi rin, maaf untuk semuanya. Mungkin inni salahku. Maaf sudah membuatmu menangis.”
Aku segera berlalu meninggalkan arin dan berlari menuju rumah risky yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumah arin. Sekarang gantian risky yang harus menjelaskan semua padaku.
Sampai dirumah risky dan membunyikan bell, bik jum segera membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk. Aku sempat menyapa dito adik satu-satunya risky yang sedang menonton TV diruang tengah.
“Hai dit...”
“Eh kak angga, nyari kak risky ya? Naik aja kak, paling lagi diruang semedinya!hihi”
“Oke, makasih dit!”

Aku segera naik kelantai atas dan menuju gallery mini risky, ruang semedi yang tadi dito maksud. Aku sempat mengetuk pintu, namun tak ada jawaban. Ahirnya aku buka pintunya dan segera masuk untuk mencari risky. Aku lihat kesemua sudut ruangan namun risky tak juga terlihat. Aku putuskan menunggunya sambil melihat-lihat lukisan risky. Mataku tertuju pada beberapa lukisan yang ditutupi dengan kain yang pernah inginku lihat namun dilarang oleh risky. Betapa terkejutnya aku setelah kain yang menutupi lukisan tersebut aku sibakkan. Jantungku semakin berdesir lebih hebat, aliran darahku serasa mengalir tak terkendali. Aku butuh semua penjelasan dari risky.

Pintu ruangan terdengar terbuka, aku segera menoleh kearahnya. Terlihat risky datang dengan segelas jus ditangannya. Mukanya tampak terkejut melihatku telah berada diruangannya. Semakin terkejut ketika ia melihat lukisan yang ditutupi kain telah terbuka. Aku memandangnya dengan sejuta tanya. Ia tampak bingung harus menjawab apa.

“Ang... ga... Se.. sejak kapan?” Tanya risky terbata-bata tampak gugup.
“...” Aku hanya diam mengatur nafas dan menahan emosiku.
“Ga, semua bisa aku jelasi ga! Aku bisa jelasin semua!”
“Ya! Kamu memang harus menjelaskan semuanya RISKY ADITYA!”
 
Bersambung...

0 coment�rios: