.:Rahasia Dika:.

Home Top Ad

Responsive Ads Here

### Pagi ini aku bangun sedikit siang dari biasanya. Itu karna semalam aku terlalu terobsesi untuk menjadi model video klip sebuah lagu...


###


Pagi ini aku bangun sedikit siang dari biasanya. Itu karna semalam aku terlalu terobsesi untuk menjadi model video klip sebuah lagu lama dari audi! Menangis semalam. Kalau saja lagu itu dibikin klip sekarang, mungkin aku lolos casting?! Lupakan!

Badanku serasa remuk seremuk hatiku saat ini. Kepalaku pening, dan mataku sembab. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi untuk cuci muka hingga berkali-kali. Aku hanya ingin menyadarkan diriku sendiri dari sebuah mimpi buruk yang baru saja aku alami dihari ulang tahunku. Aku baru sadar bahwa hari ini adalah hari minggu, dan mama papa masih dirumah. Apa yang harus aku katakan nanti kalau mereka menanyakan mataku yang sembab? Sebaiknya aku bersepeda pagi ini untuk mencairkan suasana hatiku yang sedang beku, dan mungkin nanti mataku sudah terlihat normal setelahnya.

Segera aku pakai perlengkapan sepeda dan kaca mata untuk menutupi mataku. Kemudian aku keluarkan sepeda dari garasi, mama papa masih dikamarnya, bik inah sedang sibuk didapur, sedangkan kak dion? Plis jangan tanya padaku tentang dia untuk saat ini. Aku gayuh sepeda menelusuri jalanan kota yang sedikit lengang sampai ahirnya aku sampai dijalan utama kota ini. Jalan Slamet Riyadi yang begitu ramai dengan masyarakat kota tanpa ada kendaraan bermotor. Aku telusuri jalan yang dijadikan jalur car free day ini hingga ujung, dan setelah itu aku kembali untuk pulang.

Tubuhku dipenuhi keringat. Rasa sakit yang tadi pagi aku rasakan justru tenggelam dalam rasa capekku sekarang. Sampai dirumah, aku lihat mama sedang merawat tanamannya dihalaman depan. Aku sempat menyapa dan berbincang-bincang dengannya, tanpa melepas kaca mataku. Mama menyuruhku segera mandi dan mengajakku untuk sarapan bersama. Untuk perintah yang satu ini mama memang begitu tegas. Mengingat kesempatan kami untuk sarapan bersama sangat jarang karena mama papa yang sering keluar kota. Dan usahaku untuk menutupi mataku yang sembab ternyata sia-sia.

“Mata kamu kenapa ga? Bengkak gitu? Kamu habis menangis ya? Kenapa sayang...?” tanya mama dimeja makan.
“Eh, emm engga ma. Angga, angga, angga Cuma...”
“Kenapa nak? Apa kamu ingat sama ayah ibu kamu semalam dihari ulang tahunmu?” potong mama.

“Emm iya ma. Angga Cuma ngrasa tiba-tiba kangen mereka” Jawabku, dan aku tak bohong. Aku memang sedang merindukan mereka. Setiap ada masalah, mereka yang selalu aku ingat. Semalam aku memanggil lirih nama mereka dalam tangisanku. Dan ahirnya dalam mimpi mereka menemuiku.

“Angga, kami tahu mungkin kami tidak bisa menjadi orang tua sebaik ayah ibu kamu. tapi percayalah, kami menyayangimu seperti anak kandung kami sendiri. Seperti kami menyayangi dion.

“Iya ma, angga tau. Angga juga sangat bersyukur memiliki orang tua kedua seperti kalian. Angga sangat menyayangi keluarga ini”  mama beranjak dari kursinya, menghampiri, dan memelukku.

Kak dion aku lihat hanya diam menikmati menu sarapan pagi ini, dan sesekali tersenyum kearahku yang kurang lebih artinya memberikan semangat kepadaku.

Selesai sarapan, mama papa pergi keluar, begitupun kak dion. Sedangkan aku sudah cukup bosan untuk menonton TV yang acaranya itu-itu saja. Ahirnya aku putuskan untuk menghidupkan komputer dan berselancar internet mencari artikel tentang tugas biologiku. Tapi otakku ternyata belum bisa diajak untuk sedikit serius. Apa yang telah terjadi semalam masih memenuhi otakku.

Aku lagi-lagi kembali berfikir, tak sepantasnya memang aku bisa menyimpan rasa cinta pada seorang yang telah menjadi kakakku apalagi dia seorang laki-laki, sama sepertiku. Aku teringat dengan penjelasan guru biologiku tentang sesuatu yang menyimpang pada seseorang karena dipengaruhi hormon. Atau penjelasan guru agama tentang penyimpangan yang terjadi pada kaum nabi luth. Apa aku termasuk didalamnya? Apa aku termasuk seseorang yang menyimpang tersebut? Apa kata orang sekitarku ? Teman-temanku? Tidak. Aku tak mau menyimpang. Mereka pasti akan menjauhiku. Aku mencintai kak dion dengan rasa cinta yang tulus dari hati tanpa aku mengerti kenapa itu bisa terjadi. Mungkin kak dion benar, rasa ini hanya rasa sayang yang terlalu berlebihan. Kak dion terlalu senang memiliki seorang adik, dan aku sebaliknya, terlalu senang memiliki seorang kakak. Rasa penasaranku membuatku ingin mencari tahu tentang penyebab seseorang bisa menyukai sesama jenis. Begitu aku enter, mesin pencari google sudah menampilkan ratusan jawabannya. Aku coba buka satu artikel yang membahasnya. Dan ternyata cukup banyak penyebab yang dibahas diartikel ini. Seperti yang dijelaskan guru biologiku bahwa seseorang bisa mengalami penyimpangan karena faktor hormon / bawaan. Tidak, aku masih normal, hormon testosteronku bekerja dengan baik, aku yakin. Terlalu dini kalau aku sendiri menyimpulkan orientasi seks ku menyimpang. Aku ini anak umur 16 tahun, yang baru sekali jatuh cinta, meski cintaku salah. Aku baca lagi, penyebab lainnya, adanya pengaruh lingkungan, trauma dengan masa lalu / pernah mengalami dilecehkan / kekerasan seks. Dua penyebab itu sepertinya tidak terjadi padaku, lingkunganku “sehat” tak ada sesuatu yang tak wajar, apalagi trauma karena pelecehan/kekerasan seks, aku tak pernah mengalami. Aku baca lagi, yang semuanya tak pernah aku alami, sampai pada penyebab terahir. Pernah kehilangan sesosok figur, baik figur ayah, kakak, atau figur lainnya yang sebelumnya memberikan perhatian dan kasih sayang, sehingga selalu merasa nyaman jika seseorang datang seakan menggantikan figur yang hilang tersebut. Membaca penyebab terahir diartikel ini, aku benar-benar lemas. Apa mungkin itu sebabnya aku selalu nyaman bersama kak dion? Hingga aku bisa merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Menjadi anak tunggal tanpa saudara, dan tiba-tiba harus kehilangan figur seorang ayah diumur 7 tahun? Itukah penyebabnya? Sekali lagi, terlalu dini untuk menyimpulkan orientasi seks anak umur 16 tahun yang baru sekali jatuh cinta meski salah.

Terlalu pusing memikirkan sesuatu yang begitu rumit, aku iseng membuka account facebook yang sudah aku terlantarkan semenjak aku buat beberapa waktu lalu karena paksaan aldy. Setelah login, aku langsung disajikan sebuah beranda yang berisikan status teman-teman facebook ku! Ya, ya, maksudku status 11 atau 12 teman facebookku. Aku jadi penasaran, sebenarnya teman facebookku itu tepatnya ada 11 atau 12? Oke, mumpung ingat akan aku cek!

What??! Kalian lihat? Yang ada temen facebookku ada 10 orang! Padahal aku masih ingat terahir aku buka ada 11 atau 12. Mungkin seseorang berfikir berteman dengan account facebook yang mati suri itu gak ada gunanya, dan ahirnya dia menghapusku dari daftar temannya. Sudahlah!

Aku lihat ada beberapa permintaan teman yang semuanya lagi-lagi teman sekelas. Ada pesan yang isinya ternyata dari aldy. Kalian tahu apa isinya? “Ga, kuq gak pernah Online sih?” “Ga, online dong!” “Ga, ayolah update facebookmu!”. Itu beberapa contoh kalimat mesage darinya. Sumpah! Aku jadi heran kenapa tu anak nafsu banget pengin aku aktif difacebook!

Selesai mengkonfirmasi permintaan teman dan membaca message, aku baca status-status yang ada diberanda. Dan oh GOD! Lagi-lagi dipenuhi status dari aldy! Tu anak sumpah ya, bener-bener banci facebook! Aku buka profilnya, dan aku baca statusnya dari beberapa hari terahir.

[Semakin aku perhatikan, kamu semakin terlihat menarik ya... hihi]

Hah? Siapa yang dimaksud aldy distatus ini? hemmm aku baca komentar yang masuk, dan isinya cewek-cewek kecentilan yang dengan pedenya bilang “Makasiiiih” hellooooo emang itu status buat kalian! Pede amat! Huh
Aku baca lagi status diatasnya.

[Taukah kamu yang ada disana, setiap melihatmu hatiku kejang tak karuan... ]

Siapa sih yang aldy maksud? Aku baca komentar yang masuk, lagi-lagi isinya cewek-cewek centil yang kepedean. Dan balasan dari aldy distatusnya, masih seperti status-status sebelumnya. Dia hanya balas dengan senyum, dan semakin membuat cewek-cewek yang komentar sebelumnya semakin kecentilan. Huh aku jadi malas membacanya. Aku skip beberapa status dan tiba pada status terahir. Aku lihat waktu yang tertera, status ini dibikin kemarin sore.

[Aku melihat senyum kembangmu hari ini, sungguh senyuman yang indah... ]

Aldy, sepertinya benar-benar sedang jatuh cinta. Tapi pada siapa? Kenapa dia tak pernah cerita sesuatu padaku?

Aku berfikir untuk segera logout dan mematikan komputer, tapi niatku terhenti ketika ada sebuah status baru dari aldy.

[Aku sudah tak tahan, aku ingin segera secepatnya untuk mengungkapkan rasa yang aku simpan selama ini untukmu... aku telah jatuh cinta!]

 Terlihat status yang baru saja diupdate itu langsung ramai jempol dan komentar. Aku jadi semakin penasaran, siapa orang yang sudah membuat seorang aldy bisa jatuh cinta. Apa aku perlu menanyakannya? Ah tidak, aku tak mau dibilang kepo. Kalau aldy memang mau, pasti dia sudah cerita sebelum aku tanya.

###

Dialah R.A!

Hari ini tak ada semangat untuk menerima pelajaran. Rasanya, ingin segera pulang dan kembali bergumul dengan gulingku dikamar. Bell istirahat yang aku tunggu-tunggu ahirnya berbunyi. Syukurlah! Setidaknya aku bisa mengistirahatkan otakku sesaat. Aku menolak ajakan aldy kekantin. Aku hanya ingin sendiri hari ini, merenungi semua yang aku alami ahir-ahir ini ditempat favoritku disekolah, kursi taman. Aku duduk tenang dalam lamunan meski tanganku memegang sebuah buku. Tadinya aku fikir, aku bisa sambil memasukkan materi dibuku ini kedalam otakku. Tapi ternyata tidak, otakku belum menginginkan itu. Aku melamunkan semua yang terjadi 2 hari terahir, mulai dari kado istimewa dari kak dion, surat R.A yang kedua, surprise teman-teman, sampai pada kenyataan yang cukup menyakitkan malam harinya. Semua bercampur aduk diotakku. Sedang asik dengan lamunanku, tiba-tiba suara pengacau datang.

“Deeeerrrrrrr!!!!” suara mengagetkan seseorang dari belakang sambil memegang bahuku.
“Monyetttttt!!!!” Teriakku kaget. Aku menoleh kebelakang, terlihat risky yang sedang nyengir cengengesan.
“Risky!!!!! Kamu tahu! Ini kali ke 99.999 kamu mengagetkaku disini dengan cara yang sama! dan sebanyak itu juga aku mengingatkanmu untuk tidak mengulanginya!!!” bentakku lagi-lagi memperingatkan risky.
“Hehehe iya maaf, maaf. Tapi, kamu masih kaget juga kan? Hihihihi janji, besuk gak lagi!” jawabnya masih dengan cengengesan.
“Itu yang selalu kamu bilang! Tapi besuk-besuk pasti diulangi lagi!”
“Iya, engga. Kamu kenapa sih? Aku perhatikan dari tadi manyun mulu. Ada masalah?” tanya risky setelah duduk disebelahku.
“Engga. Gak ada!” Jawabku jutek.
“Kalau ada maslah cerita aja lagi, gak usah sensi juga!”

Aku diam sejenak, berfikir, apa aku memang perlu cerita pada risky? Selama ini aku pendam sendiri, tapi apa kata risky nanti. Tidak, sebaiknya aku tak cerita apapun.

“Kak dion?” tebak risky, membuatku sedikit bingung campur kaget.
“Hah? Maksudnya?”
“Iya, kak dion. Apa ada hubungannya dengan kak dion?”
“Ke... kenapa kamu bisa bilang gitu?” Jawabku sedikit kaget.
“Hei, aku bukan temanmu yang baru kenal 2,3 hari oke! Bukannya biasanya kalau kamu ada apa-apa pasti ada hubungannya dengan kak dion? Kenapa? Apa kamu tak dapat kado darinya tahun ini, tak seperti tahun lalu dimana dia memberikan kado sebuah jam tangan?”
“Hah? Engga lah.. siapa juga yang mikirin tentang itu. Aku Cuma...”
“Cuma apa?”
“Emmm...”
“Apa?”
“Emmm.. surat!”
“Surat?”
“Iya surat! Aku Cuma mikirin sebuah surat!” Aku jadi berfikir ini mungkin saatnya aku cerita tentang surat dari R.A tersebut pada orang lain.
“Surat apa?”
“Emm begini ky. Jadi, 2 tahun terahir ini, setiap aku ulang tahun, seseorang mengirimiku sebuah kertas yang isinya puisi singkat. Yang intinya mengucapkan selamat. Tapi selalu hanya ditulis sebuah inisial.”
“Inisial?”
“Iya, inisialnya R.A!”
“Apa kamu sudah berfikir kira-kira siapa R.A tersebut?”
“Tentu! Tapi aku belum yakin dengan dugaanku!”
Aku dan risky dia sesaat.
“Arin!” kata risky tiba-tiba.
“Maksudnya?”
“Iya, Arin! Roesmaya Arinda!”
“Hah?”

Damn! Kenapa aku tak berfikir sejauh itu? R.A ! Roesmaya Arinda! Ya TUHAN! Kenapa aku bodoh, sampai-sampai seseorang yang selama ini jelas-jelas memberikan perhatiannya, aku acuhkan.

“Kamu yakin ky?”
“Emm Yakin! Kamu pikir siapa lagi yang selama ini jelas-jelas suka sama kamu!”
“Oke ky, akan aku perjelas semua saat ini juga!” Kataku pada risky mantap sambil pergi meninggalkannya.
“Ga, mau kemana kamu?”
“Bentar!” aku tetap berlari
“Anggaaaa!” Panggi risky namun tak aku indahkan.

Aku segera berlari menuju kelas untuk mengambil 2 kertas dari R.A yang aku simpan di tas.
Kemudian, kembali berlari keluar menuju kelas arin! Ya, aku akan memastikan semuanya. Satu tahun dalam rasa penasaran, tanpa aku ketahui dengan jelas siapa pengirim kertas berinisial R.A, saat ini adalah waktu yang tepat untuk memastikannya.

Sampai dikelas arin, aku lihat dia sedang berbincang dengan 2 orang temannya.

“Arin...” panggilku dari luar kelas. Arin menoleh.
“Ya ga?” jawabnya.
“Bisa kita bicara sebentar?” kataku. Arin datang menghampiriku.
“Ada apa? Tumben? Sepertinya serius?” tanyanya.
“Ayo!” Ajakku padanya kebelakang kelas.
“Ada apa sih ga?” Tanyanya lagi sampai dibelakang kelas.
“Emmm rin...” kataku ragu.
“Ya ga...”
“Emmm a.. aaa..ku...akuu”
“Iya, kenapa?”
“Aku mau bilang terimakasih”
“Untuk?”
“Untuk semuanya! Untuk perasaanmu terhadapku, untuk surat kamu, untuk puisimu!”
“Puisi?”
“Iya, puisi pendekmu.. aku menyukainya! Aku sudah tahu semuanya! Aku sudah tahu kalau ini kamu yang buat? Ya kan?” Jelasku sambil menyerahkan 2 kertas yang aku pegang.
Arin mengambilnya, dan membacanya sekilas.
“Owh, ini...”
“Iya. Makasih ya!”
Arin sedikit tersenyum. Entah kenapa, tapi arin seperti mnyembunyikan sesuatu.
“Oke, aku balik kekelas dulu ya!” Lagi-lagi dijawab arin dengan senyuman.

Aku sedikit merasa lega. Ahirnya terjawab juga, R.A! Roesmaya Arinda. Mungkin aku harus belajar cinta yang sebenarnya dengannya.

###

Bell pulang sekolah berbunyi, aku segera merapikan alat tulisku dalam tas dan teman-temanpun mulai keluar kelas satu persatu. Aku segera menyusul dibelakang dan berjalan menyusuri koridor kelas. Risky dan arin pasti sudah menungguku diluar sekarang. Tapi aku menghentikan langkahku begitu sampai depan kelas risky dan arin. Mereka terlihat sedikit berdiskusi didalam kelas berdua. Sorry, aku ralat! mungkin lebih tepatnya sedikit beda pendapat. Tidak tidak, tepatnya mereka itu seperti sedang bertengkar. Arin terlihat sedang marah-marah pada risky sedangkan risky hanya diam tertunduk.

“Hei, kalian kenapa? Ada masalah?” Tanyaku sambil menghampiri mereka. Risky dan arin menoleh kearahku bersamaan. Terlihat risky sedikit kebingungan, sedangkan arin hanya diam seakan menyembunyikan sesuatu, tapi aku lihat matanya berkaca-kaca seperti menahan  tangisan.
“Kenapa kalian diam? Ada masalah?” tanyaku lagi.
“Sorry ga, aku ada sedikit urusan, jadi aku gak bisa ikut pulang bareng. Aku duluan ya” Jawab arin sambil berlalu meninggalkanku dan risky. Aku lihat risky masih diam terpaku.
“Ky, bisa kamu jelasin apa yang baru saja terjadi disini?” Tanyaku pada risky.
“Tidak ada yang harus aku jelaskan ga, hanya ada sedikit beda pendapat antara aku dan arin. Yuk pulang ga! Pak dar mungkin sudah menunggu kita diluar!” Jawab risky sambil berjalan membelakangiku.

Apa yang sebenarnya terjadi? Aku merasa mereka menyembunyikan sesuatu dariku. Aku hanya bisa bergumam dalam hati. Tak mungkin aku memaksa risky untuk menceritakan sesuatu yang memang tak ingin dia jelaskan padaku saat ini.

###

Aku tak tahu kenapa semenjak kejadian itu arin dan risky benar-benar berubah. Aku yakin ada sesuatu yang terjadi dan mereka sembunyikan dariku. Beberapa hari ini arin tak pernah ikut mobil risky untuk berangkat ataupun pulang sekolah. Ada saja alasannya. Mereka berdua juga jarang terlihat berdua, atau sekedar saling sapa. Arin terlihat menjauhi risky. Begitupun terhadapku, dia selalu menghindar dariku jika disekolah tanpa sengaja bertemu.

Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku harus meminta penjelasan salah satu dari mereka.
Pulang sekolah, aku sengaja tak ikut mobil risky dengan alasan ada sesuatu yang harus aku beli dulu dimarket, dan tak ingin merepotkan jika harus ikut mobil risky. Aku segera  mencari taxi begitu risky pulang lebih dulu dengan mobil jemputannya. Akupun segera menuju rumah arin. Begitu sampai dan turun dari taxi, aku lihat arin sedang menutup gerbang rumahnya dan hendak keluar. Spontan aku segera memanggil dan menghampirinya.

“Arin!”
“A... Ang... angga... kenapa kamu disini?” Tanya arin sedikit gugup.
“Kenapa? Apa aku sudah tak boleh main kerumahmu?”
“Bu.. bukan begitu!”
“Jelaskan semua rin!” potongku.
“Jelaskan apa?”
“Semua! Tentang kejadian beberapa waktu lalu antara kamu dan risky. Dan kenapa kamu selalu menghindar setelah kejadian itu.”
“Tidak ada yang harus dijelaskan ga. Sorry, aku buru-buru harus latihan.”
“Tidak! Kamu tak boleh pergi sebelum menjelaskan semuanya padaku!” Aku menghadang langkah arin yang berusaha menghindar.
“....” Arin hanya diam tertunduk.
“Apa ini semua ada hubungannya dengan puisi-pusisi itu? Kenapa? Kamu malu denganku setelah aku tahu puisi itu darimu?”
“...” Arin masih diam dan lagi-lagi terlihat matanya berkaca-kaca.
“Jawab rin....!”
“Apa kamu benar-benar ingin tahu ga?”
“Tentu! Itu tujuanku kemari!”
“Ikut aku ga! Aku akan jelaskan, tapi tak disini” Arin menarikku kedalam garasi agar tak ada seorangpun yang mendengar.

Arin menjelaskan semua yang ia sembunyikan beberapa hari ini. Kenapa dia bisa memarahi risky, hingga ia selalu menghindar setelah kejadian itu.

Seperti halilintar yang menyambar telingaku siang ini, mendengar semua penjelasan arin. Aliran darahku memuncak keubun-ubun, jantungku berdesir hebat, dan lidahku kelu, tak bisa berkata apa-apa.

Arin ahirnya terisak dalam tangisnya. Baru kali ini aku melihatnya menangis. Seorang perempuan yang aku kenal haram untuk menangis, selalu tegar, tangguh, bahkan terlihat sangar. Saat ini sedang menangis didepanku.

“Aku harus pergi rin, maaf untuk semuanya. Mungkin inni salahku. Maaf sudah membuatmu menangis.”
Aku segera berlalu meninggalkan arin dan berlari menuju rumah risky yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumah arin. Sekarang gantian risky yang harus menjelaskan semua padaku.
Sampai dirumah risky dan membunyikan bell, bik jum segera membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk. Aku sempat menyapa dito adik satu-satunya risky yang sedang menonton TV diruang tengah.
“Hai dit...”
“Eh kak angga, nyari kak risky ya? Naik aja kak, paling lagi diruang semedinya!hihi”
“Oke, makasih dit!”

Aku segera naik kelantai atas dan menuju gallery mini risky, ruang semedi yang tadi dito maksud. Aku sempat mengetuk pintu, namun tak ada jawaban. Ahirnya aku buka pintunya dan segera masuk untuk mencari risky. Aku lihat kesemua sudut ruangan namun risky tak juga terlihat. Aku putuskan menunggunya sambil melihat-lihat lukisan risky. Mataku tertuju pada beberapa lukisan yang ditutupi dengan kain yang pernah inginku lihat namun dilarang oleh risky. Betapa terkejutnya aku setelah kain yang menutupi lukisan tersebut aku sibakkan. Jantungku semakin berdesir lebih hebat, aliran darahku serasa mengalir tak terkendali. Aku butuh semua penjelasan dari risky.

Pintu ruangan terdengar terbuka, aku segera menoleh kearahnya. Terlihat risky datang dengan segelas jus ditangannya. Mukanya tampak terkejut melihatku telah berada diruangannya. Semakin terkejut ketika ia melihat lukisan yang ditutupi kain telah terbuka. Aku memandangnya dengan sejuta tanya. Ia tampak bingung harus menjawab apa.

“Ang... ga... Se.. sejak kapan?” Tanya risky terbata-bata tampak gugup.
“...” Aku hanya diam mengatur nafas dan menahan emosiku.
“Ga, semua bisa aku jelasi ga! Aku bisa jelasin semua!”
“Ya! Kamu memang harus menjelaskan semuanya RISKY ADITYA!”
 
Bersambung...

Sayangnya kali ini aku tak bisa menebak siapa yang sekiranya menaruh kertas ini dalam laciku, karena pagi tadi aku datang hampir terlamb...


Sayangnya kali ini aku tak bisa menebak siapa yang sekiranya menaruh kertas ini dalam laciku, karena pagi tadi aku datang hampir terlambat dan teman-teman yang lain sudah duduk dibangkunya masing-masing.
 
“Gak kekantin?”
Suara dari belakang yang tiba-tiba mengagetkanku. Damn! Ternyata vando masih ada dikelas dari tadi. Aku segera memasukkan kertas tersebut kedalam tasku dengan buru-buru agar dia tak menanyakan kertas apa yang aku pegang.
“Eh, emm anu... anu van, uda kenyang!” jawabku dengan gugup.
“Owh...” jawab vando yang kemudian duduk disebelahku.
What?! Ngapain sih vando harus duduk disebelahku! Mana teman-teman yang lain sudah keluar, dikelas hanya tinggal aku dan vando.
“Emmm, kamu kenapa gak kekantin juga?” Tanyaku balik untuk mencairkan suasana.
“Sama, Masih kenyang!” jawabnya.
“Owh...”
“.....” kami diam sesaat, suasana hening, vando membolak-balik buku yang ia pegang, sedangkan aku pura-pura membersihkan kuku. Hanya terdengar suara jam dinding yang gak capek juga berputar-putar.
Sungguh ini situasi yang enak tapi gak enak, gak enak tapi enak. Emm gimana ya? Ya gitu deh pokoknya!
“Emm ga...” suara vando memecah keheningan.
“Ya...”
“Boleh tanya sesuatu?”
“Tentu!”
“Apa aku ini kau anggap teman?”
Deeerrrrr!!! Apa maksud pertanyaan vando? jantungku tiba-tiba berdetak semakin kencang.
“Emm maksud kamu? Ya iya... kamu temanku. Masa musuhku? Bukankah kita tak pernah punya masalah?”
“Emm well, kalau kita temenan, apa kamu bisa dipercaya kalau aku cerita sesuatu kekamu?”
“Hah? Tentu saja!”
“Anggaaaa!!! Di cari bu ratri! Ditunggu diruang seni!” Teriak tama, teman sekelas juga, dari luar kelas.
“Hah? Bu ratri? Ada apa ya? Oke tam, aku kesana!” teriakku pada tama.
“Sip!” jawab tama kemudian berlari pergi.
“Emm eh van, sepertinya aku harus ketemu bu ratri! Mungkin kita bisa bicara lagi nanti?”
“Oke, gak masalah. Lagi pula aku juga mau cerita bukan disini tempatnya”
“Oke! Aku akan jadi pendengar yang baik nanti!”
“Thanks ga. Oya, btw Haapy Bitrhday ya ga!” kata vando sambil mengulurkan tangannya
“Hah? Iya. Makasi van!” aku membalas uluran tangannya.

Vando? tau dari mana dia aku ultah hari ini? dari facebook? Gak mungkin banget! Dia bukan satu dari 11 atau 12 teman facebook ku! Account facebooknya aja aku gak tau! Tau ah!
Aku segera pergi menuju ruang seni, sedikit aneh memang, karena sedari tadi aku tak melihat teman sekelasku satupun kecuali vando yang baru saja ngobrol denganku dikelas. Setelah sampai didepan  ruang seni, segera kubuka pintunya! Dan...

“SURPRISSSSSSSSE!!!!!”  Teriakan serempak dari penghuni ruangan ini! ya, mereka teman-teman sekelasku, dan tambah lagi risky dan arin!
Seperti kata yang mereka teriakan, aku memang merasa surprise saat ini.
“Happy Birthday to youu... Happy Birthday to youuu.......” suara nyanyian terdengar kompak dari mereka. Aku hanya berdiri mematung sambil tersenyum dan bingung harus ngapain. Potongan kertas warna-warni yang mereka tembakkan, sudah berserakan dilantai dan dibadanku.
“Selamat ulang tahun ga!!! Ayo, tiup lilin & potong kuenya! Ini aku yang bikin sendiri loh!” Kata arin sambil menyodorkan kue tar didepanku.
“Tiup lilinnyaaa tiup lilinnyaaaa” nyanyian teman-teman kembali terdengar. Aku segera make a wish dan meniup lilin, setelah itu aku memotong kue dan membagikannya pada mereka.
“Makasih teman-teman... jadi, bisakah diantara kalian memberi tahu, siapa biang kerok dari aksi ini?”
“Siapa lagi kalau bukan dua temanmu ini ga!” kata aldy sambil melirik arin dan risky.
“Mereka yang merencanakannya dari kemarin dan mengajak teman-teman sekelas. Sayangnya, satu orang absen nih! Tau kan siapa teman teraneh dikelas kita?!” jelas aldy.
“Oh, jadi ulah kalian! Pantes aja, tadi tiba-tiba kelas sepi gak ada umat! Dan teman sekelas uda tau semua dari kemarin? Huhuuuu”

Wait! Jadi vando tadi tau kalau hari ini ulang tahunku, itu dari rencana mereka? Pantas saja! Tapi kalau tau, kenapa gak ikut bergabung ya! Hufh.

###

Malam ini, seperti yang sudah direncanakan pagi tadi, kalau ulang tahunku akan dirayakan secara sederhana dengan makan malam bersama keluarga. Mama sedang menyiapkan makanan istimewanya didapur, aku dan papa sedang menunggu dengan menonton tv diruang tengah, sedangkan kak dion sedang menjemput seseorang yang sudah ia janjikan. Ya, kak dion akan memperkenalkan seseorang yang sedang dekat dengannya. Kira-kira siapa yang akan dia bawa? Dalam hatiku berkata seandainya kata-kata kak dion yang pernah ia  lontarkan dulu, bahwa kalau saja aku seorang perempuan, ia akan meminta papa untuk menjadikanku menantunya bukan anak angkatnya. Sayang, itu hanya sebatas “seandainya”. Kenyataannya aku seorang laki-laki. Kiamat pasti akan berlangsung lebih cepat kalau kak dion secara terang-terangan memperkenalkan aku pada mama papa sebagai seseorang yang sedang dekat dengannya, dan pernah ia nyatakan cinta! Anak angkatnya yang sekaligus seorang laki-laki, sejenis dengan anak tunggalnya. 

“Makanan sudah mama siapin di meja makan. Dion belum datang juga ya?” tanya mama yang menghampiri aku dan papa yang sedang diruang TV.
“Belum ma, mungkin sebentar lagi” jawabku.
“Assalamualaikum” terdengar salam dari kak dion
“Walaikumsalam” Jawab kami serempak.
“Dion, sudah datang? Jadi, mana teman wanita yang mau kamu kenalin?” Tanya mama.
Mama terlihat penasaran dengan gadis yang kak dion bawa, begitupun juga denganku.
“Ini dia ma! Vik...” kata kak dion memanggil teman wanitanya.
Sesaat kemudian berdiri seorang wanita berdandan anggun, terlihat cantik natural. Dan tentu saja aku sudah mengenalnya, sangat mengenalnya! Begitupun juga dengan mama papa. Jadi, kak dion tak perlu menjelaskan dan mengenalkan siapa gadis yang ia bawa.
“Vika?”  kata mama sedikit terkejut.
“Malem tante, om, angga!” sapa kak vika.
“Malem juga vik. Jadi vika, gadis yang ingin kamu kenalkan dion?” tambah mama.
Kak dion hanya tersenyum, sedangkan aku hanya melongo karena sedikit shock.
“Ayo masuk nak vika! Sebaiknya kita segera makan sebelum makanannya dingin” timpal papa.
 “Selamat ulang tahun ya ga!” Kata kak vika sambil mengulurkan tangannya dan memberikanku sebuah kado.
“Makasih kak!” jawabku sambil memaksakan diri sedikit tersenyum.
Kami segera menuju meja makan, dan aku masih diam dari tadi, tak tahu harus ngomong apa.
“Gak nyangka kalau gadis yang kamu kenalkan malam ini adalah vika dion! Bagus deh, Kalian kan teman dari kecil. Keluarga kita juga udah kenal dekat. Jadi, kapan kalian jadian?” Tanya mama spontan membuatku pasang kuping untuk mendengar jawabannya. Kak vika hanya tersenyum malu.
“Emm kita baru jadian tadi siang ma!” Jawab kak dion ragu tapi sukses membuatku tersedak.
Secepat itukah? Baru tadi pagi kak dion memberikan sebuah kado istimewa, dan sekarang dia justru menambahnya dengan sebuah hantaman melebihi ledakan gas elpiji didadaku dihari ulang tahunku! Sakit sekali mendengarnya.
“Angga! Pelan-pelan dong sayang. Minum dulu minum!” Kata mama sambil memberikan segelas air putih.
 “Makasih ma” 

Segera kuminum air putih yang diberikan mama. Aku lihat wajah kak dion sedikit menampakkan rasa penyesalan. Apa dia benar menyesal mengatakan itu didepanku, tepat dihari ulang tahunku?
Makan malam yang sangat tak enak ini ahirnya berahir, aku sudah menahan tangis dari tadi. Ditambah lagi mendengar percakapan mama, papa, kak dion dan kak vika. Rasanya seperti kena ulat bulu ditelingaku. Setelah basa-basi dan lain sebagainya, kak vika berpamitan dan diantarkan pulang oleh kak dion. Akupun segera berpamitan pada mama dan papa untuk pergi kekamarku. Tentu saja untuk melampiaskan hasrat yang sedari tadi aku tahan, apalagi kalau bukan menangis! Kalian fikir aku ingin apa? onani? Disaat seperti ini dan dengan situasi yang baru saja aku alami, apa aku punya nafsu untuk itu? Atau kalian mengira aku ingin BAB? Plisss makanan yang aku makan saja belum sampai usus halus, jadi gak mungkin ingin segera dikeluarkan!

Mataku serasa bocor, dan isinya tumpah kemana-mana. Air mata yang sedari tadi aku tahan-tahan ahirnya mengalir deras. Apa aku ini cengeng? Aku tak peduli lagi kalau kalian mengataiku demikian.
Aku meringkuk disudut kamarku. Sungguh rasanya sakit sekali. Meski aku tahu cepat atau lambat ini semua harus terjadi. Tapi kenapa harus dihari ulang tahunku? Dan kenapa harus menghapus kebahagiaan dari kado istimewa yang baru aku terima pagi tadi.

Sesaat kemudian terdengar seseorang masuk kamarku dan melangkah berdiri disampingku. Air mataku masih membanjir, pandanganku aku buang kearah jendela menatap langit yang mendung seperti suasana hatiku saat ini.

“Ma.. maafkan kak dion ga...”
“....” aku masih diam dan sesekali sesenggukan.
“Maaf sudah membuatmu harus terluka... ini semua salah kak dion. Kak dion sudah melibatkanmu dalam perasaan kak dion yang salah”
“Cukup kak...” Aku pun ahirnya bersuara.
“Tidak ga, kamu harus mendengar penjelasan kak dion. Satu hal yang harus kamu tahu ga, aku tak pernah berbohong tentang perasaanku terhadapmu. Aku benar-benar sayang sama kamu ga! Sangat menyayangimu! Tapi, aku salah. Aku salah mengartikan rasa sayangku terhadapmu. Mungkin karena aku terlalu bahagia bisa memiliki seorang adik.”
“....” Aku masih diam dengan tangisanku.
“Kamu tau ga, mendengar harapan mama papa tentang sesorang yang dipilih oleh anak laki-laki kandung satu-satunya untuk dijadikan calon menantunya. Itu sangat menyakitkan ga, karna tak mungkin aku mengenalkanmu sebagai kekasihku. Bukankah kak dion sudah pernah mengatakan kalau saja kamu seorang perempuan, aku akan meminta papa untuk menjadikanmu menantunya, bukan anaknya? Tapi kenyataannya kamu lelaki ga. Kamu jadi adikku, dan itu memang seharusnya. Maafkan kak dion ga...”
“....”
“Kak dion benar-benar minta maaf ga. Plisss! Tak seharusnya kak dion melakukan ini semua terhadapmu. Aku sayang kamu ga! Aku sayang kamu adikku! Maafkan kak dion!” Kata kak dion sambil duduk disampingku dan memelukku. Air matanya kini ikut menetes.
“Pergilah kekamarmu kak, kita lupakan semua yang sudah terjadi” kataku berusaha untuk bijak.
“Kak vika wanita yang baik. Kak dion tak salah pilih. Kalian akan menjadi pasangan paling bahagia kelak” Tambahku.
“Kamu benar ga, dia wanita terbaik yang pernah aku kenal. Sebaiknya kamu segera beristirahat ga, kamu membutuhkan itu saat ini” Kata kak dion sambil mencium keningku, tepat ketika hujan turun diluar jendela. Ciuman kening dari seorang kakak untuk adiknya. Ya, aku akan catat itu baik-baik.

Malam ini malam yang benar-benar berat untukku. Hujan turun deras mengiringi tangisanku , Berusaha tidur sambil menghapus memori tentang kenangan dan perasaanku terhadap kak dion. TUHAN, berikan sedikit amnesia esok pagi...

Bersambung...

### Semakin hari aku merasa semakin bahagia. Mempunyai seorang kak dion yang selalu perhatian. Meski tak pernah ada kata atau ucapan kalau...

###

Semakin hari aku merasa semakin bahagia. Mempunyai seorang kak dion yang selalu perhatian. Meski tak pernah ada kata atau ucapan kalau kita pacaran, tapi perhatiannya melebihi seorang pacar. Disekolahpun aku semakin dekat dengan teman-temanku termasuk vando yang dulu tak pernah bicara padaku. Justru arin dan risky yang sekarang mulai jauh dariku karena intensitas bertemu semakin sedikit. Semua punya kesibukan masing-masing. Tiba-tiba saja aku merasa sangat kangen pada mereka. Sedang apa ya mereka? Ini hari minggu, aku fikir sebaiknya aku  kerumah mereka.

Aku segera ambil sepeda dari garasi, aku lihat kak dion sedang membersihkan mobilnya.

“Mau kemana dek?”
“Mau kerumah arin sama risky kak bentar”
“Yaudah hati-hati”
“Ya kak”

Aku mengayuh sepeda kerumah risky, sampai dirumahnya aku langsung dipersilahkan masuk oleh tante lia dan menyuruh keatas karena risky sedang melukis diruang gallery mininya.

“Hai ky!”
“Angga? Tumben main kesini... kirain uda lupa jalan kerumahku!”
“Berlebihan ah! Terahir aku kesini baru sebulan lalu kan nganter buku yang aku pinjam!”
“Iya, itupun Cuma diteras dan gak masuk rumah”
“Hehehe iya... makanya aku kesini. Kangen juga sama kamu dan arin! Hehehe eh lagi lukis apa ky?”
“Ah engga, Cuma lukisan abstrak aja”
“Waaah, koleksi lukisanmu semakin banyak ya ky! yang ditutup kain itu lukisan apa ky? Boleh liat?”
“Gak boleh!”
“Kenapa?”
“Belum jadi! Ntar kalau uda jadi dan siap buat dipamerin! Hehe”
“Huuuu pelit!”
“Biarin! Namanya juga maha karya! Hehe”
“Iya deh, iya! Ampe Segitunya!!! Huhuu Eh, Kerumah arin yuk ky!”
“Ngapain? Dia tadi bilang lagi sibuk belajar masak!!!”
“What???!!!”
“Dia serius pengin belajar jadi cewek normal deh kayaknya! Hahahaha”
“Pada ngomongin aku ya???” Suara arin tiba-tiba dari belakang kami.
“Eh arin? Sejak kapan?” tanya risky.
“Sejak kamu ngomongin aku!!!!”
“Hehehe maap rin, kami bercanda...” kataku
“Huuu kalau kepergok aja bilang bercanda! Eh, Aku tadi diajarin masak soto ayam sama ibu! Tuh, aku bawain kesini buat tante lia biar bisa diicipin! Pada ikut nyobain gak?”
“Mauuuuuu” jawabku dan risky bersamaan.

Ahirnya kami makan siang bersama-sama, rasa kangenku pada mereka sedikit terobati. Untuk seorang pemula, arin ternyata bukan cewek yang payah untuk urusan memasak.

###

Ultah Ke 16... Kado Istimewa, janji kak dion, dan R.A (again)

Aku sedang berada ditepi pantai duduk berdua bersama kak dion. Kepalaku bersandar dibahunya.
“Ga...”
“Ya kak...”
“Seandainya ada satu doa yang akan dikabulkan langsung oleh TUHAN, doa apa yang ingin kamu panjatkan?”
“Emm, apa ya kak? Satu aja nih? Emm bingung kak. Angga kan punya banyak keinginan, kalau Cuma dikabulkan satu, aku bingung mau milih yang mana untuk dikabulkan.”
“Hahaha maruk juga ya kamu!”
“Hehehe namanya juga manusia kak, gak ada puasnya. Kalau kak dion, emang mau minta apa?”
“Apa yaaa”
“Tuh kan bingung juga”
“Engga juga”
“Emang mau apa?”
“Aku ingin selalu bersama kamu ga”
“Gombal!”
“Kuq gombal? Emang diantara keinginanmu, gak ada keinginan selalu bisa bersama kak dion?”
“Eh, emmm ada sih kak! Diurutan pertama malah...”
Kak dion tersenyum, begitupun juga denganku.
“Ga... angga... anggaaaa!”
Aku seperti mendengar suara kak dion memanggil namaku. Tangannya terasa sedang membelai pipiku. Aku mulai membuka mata, setengah sadar aku melihat kak dion dipinggir ranjangku. Dan ups, jadi itu tadi ternyata hanya mimpi?
“Eh, kak dion?” kataku sedikit kaget sambil mengucek mataku, sedangkan kak dion hanya tersenyum.
“Selamat pagi, adek kakak yang ganteng... selamat ulang tahun!!!” jawabnya sambil mencium keningku.
“Hah? Eh... pagi juga kak. Ulang tahun?”
“Iya, hari ini bukannya ulang tahunmu ke 16?”
“Eh, iya kak. Angga sampai lupa! Kak dion kenapa pagi-pagi sudah dikamar angga?”
“Sengaja! Biar jadi orang pertama yang ngucapin. Bukankah tahun kemarin kamu marah sama kak dion gara-gara kak dion paling telat ngucapin?”
“Eh, iya... tapi dipikir-pikir aku lebih suka tahun kemarin deh kak!”
“Loh kenapa gitu? Jadi, kak dion udah bela-belain bangun pagi biar jadi orang pertama yang ngucapin, masih salah lagi?”
“Hehe bukan gitu kak, tapi...” kataku menggantung, pipiku memerah.
“Tapi apa?”
“Tahun lalu kan kak dion kasi kado istimewa. Dan sekarang Cuma cium kening! Jadi terasa kurang istimewa!”
“Mulai nakal nih...” jawab kak dion sambil tersenyum, aku hanya diam tersipu malu.
“Satu tahun berlalu, kayaknya waktu yang cukup untuk belajar. Kak dion yakin, sekarang sudah lebih baik, dan tidak payah lagi untuk memberikan ciuman padamu. Ayo kita buktikan! Sudah siap?” tantang kak dion, yang kubalas dengan senyuman.

Aku masih diam duduk diranjangku, kak dion mulai mendekatkan bibirnya pada bibirku, akupun tak bisa menolaknya. Bibir kami sudah menyatu. Agak risih memang, karna aku baru saja bangun tidur dan belum gosok gigi, sedangkan kak dion sepertinya dia sudah mempersiapkannya. Terbukti dengan bau pasta gigi yang segar dari mulutnya! Ya, Kak dion sudah gosok gigi sebelumnya!
Bibir kami beradu, kak dion mulai melumat bibirku lembut. Aku hanya memejamkan mata dan sempat diam sejenak, tapi ahirnya kubalas lumatannya. Kedua tangan kak dion memegang pipiku, bibir kami masih saling melumat pelan dan lembut, deru nafas kami semakin  tak beraturan dan ciuman kami semakin panas. Dan ciuman kami kali ini, seperti ciuman yang diceritakan pada cerita-cerita itu, bahwa ciuman itu saling melumat. 10 menit kemudian kak dion melepaskan ciumannya.

“Apa kamu setuju kalau ciuman tadi lebih baik dari tahun lalu?”
“Tentu!” jawabku sambil tersenyum.
“Tapi lebih baik lagi kalau tadi kak dion menyuruhmu untuk gosok gigi lebih dulu! Bau iler tuh! hihi”
“Hah? Sapa suru main sosor pagi-pagi kekamar, lagian uda tau baru bangun tidur! Tapi biar bau iler juga tetep suka gitu..”
“Haha Iya deh! Selamat ulang tahun ya ga! Kak dion sayang sama angga!” kata kak dion sambil mencium bibirku lagi.
“Makasi kak, untuk kado yang sangat istimewa!” jawabku sambil melemparkan sebuah senyuman.
“Oke, kak dion mandi dulu ya! Oya, btw tadi mimpi apa? Kuq senyum senyum sambil sesekali manggil nama kak dion?” kata kak dion didepan pintu sambil tersenyum dan kemudian berlalu meninggalkan kamarku.

Aku senyum-senyum sendiri dikamar mengingat apa yang baru saja terjadi. Lagi-lagi aku mendapat kado istimewa dari kak dion dihari ulang tahunku. Aku segera mandi dan bersiap kesekolah pagi ini. Sebelum berangkat aku bergabung dimeja makan untuk sarapan.

“Selamat ulang tahun sayang, semoga semakin dewasa dalam menyikapi sesuatu”
Mama dan papa mengucapkan selamat padaku dimeja makan, mereka baru saja pulang dari jakarta semalam, ketika aku sudah tertidur dikamar.
“Kamu ingin merayakan ulang tahunmu hari ini dimana ga? Mumpung mama papa dirumah, kamu pilih sendiri tempat yang kamu inginkan.” tanya mama
“Gak usah aja lah ma...” jawabku.
“Ayolah ga, bukankah hanya setahun sekali?”
“Dirayakan dengan makan bersama dirumah seperti ini sudah lebih dari cukup kuq ma!”
“Baiklah, kalau kamu tak ingin merayakannya diluar, nanti malam kita makan bersama dirumah, mama akan masak makanan-makanan kesukaanmu! Gimana?”
“Sepertinya itu ide yang lebih bagus ma!”
“Deal! Nanti semua harus makan malam dirumah, mama yang masak! Dan buat dion, kamu masih ingat dengan janji kamu kan? Malam ini waktu yang pas untuk memenuhi janjimu!”
“Hah? Janji apa sih ma?” tanya kak
“Jangan pura-pura lupa dion! Bukankah kamu sudah janji mau ngenalin pacar kamu pada mama papa sepulang dari jakarta?”
“Tapi kan ma?”
“Janji itu harus ditepati bukan? Kalau kamu belum punya pacar, setidaknya teman dekat! Oke, nanti malam kamu harus undang dia kerumah untuk makan malam bersama kita!”
“Maaaaaaa”
“Udah sana buruan berangkat, sekalian antar angga, keburu telat!”

Pagi ini aku diantar kak dion kesekolah. Bell berbunyi ketika aku masuk gerbang, membuatku aku buru-buru masuk kelas karena jam pelajaran pertama adalah kelas pak fredi, mata pelajaran fisika. Beliau dikenal dengan sebutan mr. Killer! Dapat ceramah gratis pagi hari? Matung depan kelas selama jam pelajaran? Atau bikin paper yang harus selesai dalam satu hari? Oh no! Lebih baik cepat-cepat masuk kelas, dan duduk manis dikursiku.

Aku berhasil duduk dikursiku satu menit sebelum mr.killer masuk kelas! Syukurah,.. batinku. Semua teman-teman sekelas sudah duduk manis dibangkunya masing-masing. Aku mengambil buku fisika, dan memasukkan tasku dalam laci. Tak sengaja tanganku menyenggol sesuatu. Wait! Sebuah kertas? Kertas surat? Again? Persis seperti kertas yang dilipat rapi waktu dikelas X. Hari ini? ya, tepat seperti tahun lalu dimana hari ulang tahunku.

Aku ambil kertas itu, dan perlahan aku masukan dalam tas dengan hati-hati, karna untuk membacanya, saat ini bukan waktu yang tepat.

“Ga, ngapain sih? Tegang gitu?” suara aldy tiba-tiba mengagetkanku.
“Hah? Engga gak papa” Jawabku sedikit gugup.
“Eh anyway, Happy Birthday yah... sweety boy!” bisik aldy sambil mengulurkan tangannya.
“Oh, thankyu... tapi, dari mana kamu tahu hari ini ulang tahun?” jawabku sambil menyambut uluran tangannya.
“Dari facebook! Hehe kamu sih gak gaul, Punya facebook gak pernah diupdate!”
“Owh, hehe  males!”

Aku jadi ingat, beberapa waktu lalu aku memang bikin account facebook, itupun karena paksaan aldy yang bawel ngatain aku udik. Hufh, padahal gak gitu juga kan? Toh, sudah punya pun, aku tetap kurang tertarik untuk update. Kalau tidak salah, teman facebook ku sudah berjumlah 11 atau 12 orang, itupun temen sekelas. Luar biasa bukan? Jauh dari biasa malah. Oke, silahkan katain aku gak gaul dan udik seperti yang dikatakan aldy!

Selama pelajaran berlangsung aku selalu gelisah, bukan karena pembalutku tembus, tapi tentang kertas surat itu! Paham kan? Atau kalian juga berfikir aku sedang menstruasi? Plisss buang jauh-jauh pikiran aneh itu!

Setelah menunggu cukup lama, berganti jam pelacaran, ahirnya bell istirahat berbunyi. Aldy sempat mengajakku kekantin, tapi aku menolaknya dengan alasan ingin menyelesaikan catatanku yang belum selesai aku catat tadi. Setelah kelas sepi, aku ambil kertas itu dari tas, dan membukanya. Aku baca per;ahan tulisan yang ada dikertas itu.

Melihatmu adalah candu,
Engkau seperti penawar sakau hatiku...
Bersamamu adalah nyawaku,
Hidup tanpamu seperti mati suri bagiku...
Sebuah kata cinta saja mungkin tak cukup,
Karna rasaku padamu lebih dari kata itu...
Selamat ulang tahun cinta,
Semoga hatimu terjaga dalam bahagia...


R.A.


Damn!!! Aku kecolongan! Lagi-lagi dia menaruh kertas ini dalam laci tanpa aku ketahui siapa dia. Cukup! Aku harus segera mengetahui siapa R.A sebenarnya!

Bersambung...