Sayangnya
kali ini aku tak bisa menebak siapa yang sekiranya menaruh kertas ini dalam
laciku, karena pagi tadi aku datang hampir terlambat dan teman-teman yang lain
sudah duduk dibangkunya masing-masing.
“Gak
kekantin?”
Suara
dari belakang yang tiba-tiba mengagetkanku. Damn! Ternyata vando masih ada
dikelas dari tadi. Aku segera memasukkan kertas tersebut kedalam tasku dengan
buru-buru agar dia tak menanyakan kertas apa yang aku pegang.
“Eh,
emm anu... anu van, uda kenyang!” jawabku dengan gugup.
“Owh...”
jawab vando yang kemudian duduk disebelahku.
What?!
Ngapain sih vando harus duduk disebelahku! Mana teman-teman yang lain sudah
keluar, dikelas hanya tinggal aku dan vando.
“Emmm,
kamu kenapa gak kekantin juga?” Tanyaku balik untuk mencairkan suasana.
“Sama,
Masih kenyang!” jawabnya.
“Owh...”
“.....”
kami diam sesaat, suasana hening, vando membolak-balik buku yang ia pegang,
sedangkan aku pura-pura membersihkan kuku. Hanya terdengar suara jam dinding
yang gak capek juga berputar-putar.
Sungguh
ini situasi yang enak tapi gak enak, gak enak tapi enak. Emm gimana ya? Ya gitu
deh pokoknya!
“Emm
ga...” suara vando memecah keheningan.
“Ya...”
“Boleh
tanya sesuatu?”
“Tentu!”
“Apa
aku ini kau anggap teman?”
Deeerrrrr!!!
Apa maksud pertanyaan vando? jantungku tiba-tiba berdetak semakin kencang.
“Emm
maksud kamu? Ya iya... kamu temanku. Masa musuhku? Bukankah kita tak pernah
punya masalah?”
“Emm
well, kalau kita temenan, apa kamu bisa dipercaya kalau aku cerita sesuatu
kekamu?”
“Hah?
Tentu saja!”
“Anggaaaa!!!
Di cari bu ratri! Ditunggu diruang seni!” Teriak tama, teman sekelas juga, dari
luar kelas.
“Hah?
Bu ratri? Ada apa ya? Oke tam, aku kesana!” teriakku pada tama.
“Sip!”
jawab tama kemudian berlari pergi.
“Emm
eh van, sepertinya aku harus ketemu bu ratri! Mungkin kita bisa bicara lagi
nanti?”
“Oke,
gak masalah. Lagi pula aku juga mau cerita bukan disini tempatnya”
“Oke!
Aku akan jadi pendengar yang baik nanti!”
“Thanks
ga. Oya, btw Haapy Bitrhday ya ga!” kata vando sambil mengulurkan tangannya
“Hah?
Iya. Makasi van!” aku membalas uluran tangannya.
Vando?
tau dari mana dia aku ultah hari ini? dari facebook? Gak mungkin banget! Dia
bukan satu dari 11 atau 12 teman facebook ku! Account facebooknya aja aku gak
tau! Tau ah!
Aku
segera pergi menuju ruang seni, sedikit aneh memang, karena sedari tadi aku tak
melihat teman sekelasku satupun kecuali vando yang baru saja ngobrol denganku
dikelas. Setelah sampai didepan ruang
seni, segera kubuka pintunya! Dan...
“SURPRISSSSSSSSE!!!!!” Teriakan serempak dari penghuni ruangan ini!
ya, mereka teman-teman sekelasku, dan tambah lagi risky dan arin!
Seperti
kata yang mereka teriakan, aku memang merasa surprise saat ini.
“Happy
Birthday to youu... Happy Birthday to youuu.......” suara nyanyian terdengar
kompak dari mereka. Aku hanya berdiri mematung sambil tersenyum dan bingung
harus ngapain. Potongan kertas warna-warni yang mereka tembakkan, sudah
berserakan dilantai dan dibadanku.
“Selamat
ulang tahun ga!!! Ayo, tiup lilin & potong kuenya! Ini aku yang bikin sendiri
loh!” Kata arin sambil menyodorkan kue tar didepanku.
“Tiup
lilinnyaaa tiup lilinnyaaaa” nyanyian teman-teman kembali terdengar. Aku segera
make a wish dan meniup lilin, setelah itu aku memotong kue dan membagikannya
pada mereka.
“Makasih
teman-teman... jadi, bisakah diantara kalian memberi tahu, siapa biang kerok
dari aksi ini?”
“Siapa
lagi kalau bukan dua temanmu ini ga!” kata aldy sambil melirik arin dan risky.
“Mereka
yang merencanakannya dari kemarin dan mengajak teman-teman sekelas. Sayangnya, satu
orang absen nih! Tau kan siapa teman teraneh dikelas kita?!” jelas aldy.
“Oh,
jadi ulah kalian! Pantes aja, tadi tiba-tiba kelas sepi gak ada umat! Dan teman
sekelas uda tau semua dari kemarin? Huhuuuu”
Wait!
Jadi vando tadi tau kalau hari ini ulang tahunku, itu dari rencana mereka?
Pantas saja! Tapi kalau tau, kenapa gak ikut bergabung ya! Hufh.
###
Malam
ini, seperti yang sudah direncanakan pagi tadi, kalau ulang tahunku akan
dirayakan secara sederhana dengan makan malam bersama keluarga. Mama sedang
menyiapkan makanan istimewanya didapur, aku dan papa sedang menunggu dengan
menonton tv diruang tengah, sedangkan kak dion sedang menjemput seseorang yang
sudah ia janjikan. Ya, kak dion akan memperkenalkan seseorang yang sedang dekat
dengannya. Kira-kira siapa yang akan dia bawa? Dalam hatiku berkata seandainya
kata-kata kak dion yang pernah ia
lontarkan dulu, bahwa kalau saja aku seorang perempuan, ia akan meminta
papa untuk menjadikanku menantunya bukan anak angkatnya. Sayang, itu hanya
sebatas “seandainya”. Kenyataannya aku seorang laki-laki. Kiamat pasti akan
berlangsung lebih cepat kalau kak dion secara terang-terangan memperkenalkan
aku pada mama papa sebagai seseorang yang sedang dekat dengannya, dan pernah ia
nyatakan cinta! Anak angkatnya yang sekaligus seorang laki-laki, sejenis dengan
anak tunggalnya.
“Makanan
sudah mama siapin di meja makan. Dion belum datang juga ya?” tanya mama yang
menghampiri aku dan papa yang sedang diruang TV.
“Belum
ma, mungkin sebentar lagi” jawabku.
“Assalamualaikum”
terdengar salam dari kak dion
“Walaikumsalam”
Jawab kami serempak.
“Dion,
sudah datang? Jadi, mana teman wanita yang mau kamu kenalin?” Tanya mama.
Mama
terlihat penasaran dengan gadis yang kak dion bawa, begitupun juga denganku.
“Ini
dia ma! Vik...” kata kak dion memanggil teman wanitanya.
Sesaat
kemudian berdiri seorang wanita berdandan anggun, terlihat cantik natural. Dan
tentu saja aku sudah mengenalnya, sangat mengenalnya! Begitupun juga dengan
mama papa. Jadi, kak dion tak perlu menjelaskan dan mengenalkan siapa gadis
yang ia bawa.
“Vika?” kata mama sedikit terkejut.
“Malem
tante, om, angga!” sapa kak vika.
“Malem
juga vik. Jadi vika, gadis yang ingin kamu kenalkan dion?” tambah mama.
Kak
dion hanya tersenyum, sedangkan aku hanya melongo karena sedikit shock.
“Ayo
masuk nak vika! Sebaiknya kita segera makan sebelum makanannya dingin” timpal
papa.
“Selamat ulang tahun ya ga!” Kata kak vika
sambil mengulurkan tangannya dan memberikanku sebuah kado.
“Makasih
kak!” jawabku sambil memaksakan diri sedikit tersenyum.
Kami
segera menuju meja makan, dan aku masih diam dari tadi, tak tahu harus ngomong
apa.
“Gak
nyangka kalau gadis yang kamu kenalkan malam ini adalah vika dion! Bagus deh,
Kalian kan teman dari kecil. Keluarga kita juga udah kenal dekat. Jadi, kapan
kalian jadian?” Tanya mama spontan membuatku pasang kuping untuk mendengar
jawabannya. Kak vika hanya tersenyum malu.
“Emm
kita baru jadian tadi siang ma!” Jawab kak dion ragu tapi sukses membuatku
tersedak.
Secepat
itukah? Baru tadi pagi kak dion memberikan sebuah kado istimewa, dan sekarang
dia justru menambahnya dengan sebuah hantaman melebihi ledakan gas elpiji
didadaku dihari ulang tahunku! Sakit sekali mendengarnya.
“Angga!
Pelan-pelan dong sayang. Minum dulu minum!” Kata mama sambil memberikan segelas
air putih.
“Makasih ma”
Segera
kuminum air putih yang diberikan mama. Aku lihat wajah kak dion sedikit
menampakkan rasa penyesalan. Apa dia benar menyesal mengatakan itu didepanku,
tepat dihari ulang tahunku?
Makan
malam yang sangat tak enak ini ahirnya berahir, aku sudah menahan tangis dari
tadi. Ditambah lagi mendengar percakapan mama, papa, kak dion dan kak vika.
Rasanya seperti kena ulat bulu ditelingaku. Setelah basa-basi dan lain
sebagainya, kak vika berpamitan dan diantarkan pulang oleh kak dion. Akupun
segera berpamitan pada mama dan papa untuk pergi kekamarku. Tentu saja untuk
melampiaskan hasrat yang sedari tadi aku tahan, apalagi kalau bukan menangis!
Kalian fikir aku ingin apa? onani? Disaat seperti ini dan dengan situasi yang
baru saja aku alami, apa aku punya nafsu untuk itu? Atau kalian mengira aku
ingin BAB? Plisss makanan yang aku makan saja belum sampai usus halus, jadi gak
mungkin ingin segera dikeluarkan!
Mataku
serasa bocor, dan isinya tumpah kemana-mana. Air mata yang sedari tadi aku
tahan-tahan ahirnya mengalir deras. Apa aku ini cengeng? Aku tak peduli lagi
kalau kalian mengataiku demikian.
Aku
meringkuk disudut kamarku. Sungguh rasanya sakit sekali. Meski aku tahu cepat
atau lambat ini semua harus terjadi. Tapi kenapa harus dihari ulang tahunku?
Dan kenapa harus menghapus kebahagiaan dari kado istimewa yang baru aku terima
pagi tadi.
Sesaat
kemudian terdengar seseorang masuk kamarku dan melangkah berdiri disampingku.
Air mataku masih membanjir, pandanganku aku buang kearah jendela menatap langit
yang mendung seperti suasana hatiku saat ini.
“Ma..
maafkan kak dion ga...”
“....”
aku masih diam dan sesekali sesenggukan.
“Maaf
sudah membuatmu harus terluka... ini semua salah kak dion. Kak dion sudah
melibatkanmu dalam perasaan kak dion yang salah”
“Cukup
kak...” Aku pun ahirnya bersuara.
“Tidak
ga, kamu harus mendengar penjelasan kak dion. Satu hal yang harus kamu tahu ga,
aku tak pernah berbohong tentang perasaanku terhadapmu. Aku benar-benar sayang
sama kamu ga! Sangat menyayangimu! Tapi, aku salah. Aku salah mengartikan rasa
sayangku terhadapmu. Mungkin karena aku terlalu bahagia bisa memiliki seorang
adik.”
“....”
Aku masih diam dengan tangisanku.
“Kamu
tau ga, mendengar harapan mama papa tentang sesorang yang dipilih oleh anak
laki-laki kandung satu-satunya untuk dijadikan calon menantunya. Itu sangat
menyakitkan ga, karna tak mungkin aku mengenalkanmu sebagai kekasihku. Bukankah
kak dion sudah pernah mengatakan kalau saja kamu seorang perempuan, aku akan
meminta papa untuk menjadikanmu menantunya, bukan anaknya? Tapi kenyataannya
kamu lelaki ga. Kamu jadi adikku, dan itu memang seharusnya. Maafkan kak dion
ga...”
“....”
“Kak
dion benar-benar minta maaf ga. Plisss! Tak seharusnya kak dion melakukan ini
semua terhadapmu. Aku sayang kamu ga! Aku sayang kamu adikku! Maafkan kak
dion!” Kata kak dion sambil duduk disampingku dan memelukku. Air matanya kini
ikut menetes.
“Pergilah
kekamarmu kak, kita lupakan semua yang sudah terjadi” kataku berusaha untuk
bijak.
“Kak
vika wanita yang baik. Kak dion tak salah pilih. Kalian akan menjadi pasangan
paling bahagia kelak” Tambahku.
“Kamu
benar ga, dia wanita terbaik yang pernah aku kenal. Sebaiknya kamu segera
beristirahat ga, kamu membutuhkan itu saat ini” Kata kak dion sambil mencium
keningku, tepat ketika hujan turun diluar jendela. Ciuman kening dari seorang
kakak untuk adiknya. Ya, aku akan catat itu baik-baik.
Malam
ini malam yang benar-benar berat untukku. Hujan turun deras mengiringi tangisanku , Berusaha
tidur sambil menghapus memori tentang kenangan dan perasaanku terhadap kak
dion. TUHAN, berikan sedikit amnesia esok pagi...
Bersambung...
0 coment�rios: