Home Top Ad

Responsive Ads Here

Sayangnya kali ini aku tak bisa menebak siapa yang sekiranya menaruh kertas ini dalam laciku, karena pagi tadi aku datang hampir terlamb...

Sebuah rahasia [Eps 18]


Sayangnya kali ini aku tak bisa menebak siapa yang sekiranya menaruh kertas ini dalam laciku, karena pagi tadi aku datang hampir terlambat dan teman-teman yang lain sudah duduk dibangkunya masing-masing.
 
“Gak kekantin?”
Suara dari belakang yang tiba-tiba mengagetkanku. Damn! Ternyata vando masih ada dikelas dari tadi. Aku segera memasukkan kertas tersebut kedalam tasku dengan buru-buru agar dia tak menanyakan kertas apa yang aku pegang.
“Eh, emm anu... anu van, uda kenyang!” jawabku dengan gugup.
“Owh...” jawab vando yang kemudian duduk disebelahku.
What?! Ngapain sih vando harus duduk disebelahku! Mana teman-teman yang lain sudah keluar, dikelas hanya tinggal aku dan vando.
“Emmm, kamu kenapa gak kekantin juga?” Tanyaku balik untuk mencairkan suasana.
“Sama, Masih kenyang!” jawabnya.
“Owh...”
“.....” kami diam sesaat, suasana hening, vando membolak-balik buku yang ia pegang, sedangkan aku pura-pura membersihkan kuku. Hanya terdengar suara jam dinding yang gak capek juga berputar-putar.
Sungguh ini situasi yang enak tapi gak enak, gak enak tapi enak. Emm gimana ya? Ya gitu deh pokoknya!
“Emm ga...” suara vando memecah keheningan.
“Ya...”
“Boleh tanya sesuatu?”
“Tentu!”
“Apa aku ini kau anggap teman?”
Deeerrrrr!!! Apa maksud pertanyaan vando? jantungku tiba-tiba berdetak semakin kencang.
“Emm maksud kamu? Ya iya... kamu temanku. Masa musuhku? Bukankah kita tak pernah punya masalah?”
“Emm well, kalau kita temenan, apa kamu bisa dipercaya kalau aku cerita sesuatu kekamu?”
“Hah? Tentu saja!”
“Anggaaaa!!! Di cari bu ratri! Ditunggu diruang seni!” Teriak tama, teman sekelas juga, dari luar kelas.
“Hah? Bu ratri? Ada apa ya? Oke tam, aku kesana!” teriakku pada tama.
“Sip!” jawab tama kemudian berlari pergi.
“Emm eh van, sepertinya aku harus ketemu bu ratri! Mungkin kita bisa bicara lagi nanti?”
“Oke, gak masalah. Lagi pula aku juga mau cerita bukan disini tempatnya”
“Oke! Aku akan jadi pendengar yang baik nanti!”
“Thanks ga. Oya, btw Haapy Bitrhday ya ga!” kata vando sambil mengulurkan tangannya
“Hah? Iya. Makasi van!” aku membalas uluran tangannya.

Vando? tau dari mana dia aku ultah hari ini? dari facebook? Gak mungkin banget! Dia bukan satu dari 11 atau 12 teman facebook ku! Account facebooknya aja aku gak tau! Tau ah!
Aku segera pergi menuju ruang seni, sedikit aneh memang, karena sedari tadi aku tak melihat teman sekelasku satupun kecuali vando yang baru saja ngobrol denganku dikelas. Setelah sampai didepan  ruang seni, segera kubuka pintunya! Dan...

“SURPRISSSSSSSSE!!!!!”  Teriakan serempak dari penghuni ruangan ini! ya, mereka teman-teman sekelasku, dan tambah lagi risky dan arin!
Seperti kata yang mereka teriakan, aku memang merasa surprise saat ini.
“Happy Birthday to youu... Happy Birthday to youuu.......” suara nyanyian terdengar kompak dari mereka. Aku hanya berdiri mematung sambil tersenyum dan bingung harus ngapain. Potongan kertas warna-warni yang mereka tembakkan, sudah berserakan dilantai dan dibadanku.
“Selamat ulang tahun ga!!! Ayo, tiup lilin & potong kuenya! Ini aku yang bikin sendiri loh!” Kata arin sambil menyodorkan kue tar didepanku.
“Tiup lilinnyaaa tiup lilinnyaaaa” nyanyian teman-teman kembali terdengar. Aku segera make a wish dan meniup lilin, setelah itu aku memotong kue dan membagikannya pada mereka.
“Makasih teman-teman... jadi, bisakah diantara kalian memberi tahu, siapa biang kerok dari aksi ini?”
“Siapa lagi kalau bukan dua temanmu ini ga!” kata aldy sambil melirik arin dan risky.
“Mereka yang merencanakannya dari kemarin dan mengajak teman-teman sekelas. Sayangnya, satu orang absen nih! Tau kan siapa teman teraneh dikelas kita?!” jelas aldy.
“Oh, jadi ulah kalian! Pantes aja, tadi tiba-tiba kelas sepi gak ada umat! Dan teman sekelas uda tau semua dari kemarin? Huhuuuu”

Wait! Jadi vando tadi tau kalau hari ini ulang tahunku, itu dari rencana mereka? Pantas saja! Tapi kalau tau, kenapa gak ikut bergabung ya! Hufh.

###

Malam ini, seperti yang sudah direncanakan pagi tadi, kalau ulang tahunku akan dirayakan secara sederhana dengan makan malam bersama keluarga. Mama sedang menyiapkan makanan istimewanya didapur, aku dan papa sedang menunggu dengan menonton tv diruang tengah, sedangkan kak dion sedang menjemput seseorang yang sudah ia janjikan. Ya, kak dion akan memperkenalkan seseorang yang sedang dekat dengannya. Kira-kira siapa yang akan dia bawa? Dalam hatiku berkata seandainya kata-kata kak dion yang pernah ia  lontarkan dulu, bahwa kalau saja aku seorang perempuan, ia akan meminta papa untuk menjadikanku menantunya bukan anak angkatnya. Sayang, itu hanya sebatas “seandainya”. Kenyataannya aku seorang laki-laki. Kiamat pasti akan berlangsung lebih cepat kalau kak dion secara terang-terangan memperkenalkan aku pada mama papa sebagai seseorang yang sedang dekat dengannya, dan pernah ia nyatakan cinta! Anak angkatnya yang sekaligus seorang laki-laki, sejenis dengan anak tunggalnya. 

“Makanan sudah mama siapin di meja makan. Dion belum datang juga ya?” tanya mama yang menghampiri aku dan papa yang sedang diruang TV.
“Belum ma, mungkin sebentar lagi” jawabku.
“Assalamualaikum” terdengar salam dari kak dion
“Walaikumsalam” Jawab kami serempak.
“Dion, sudah datang? Jadi, mana teman wanita yang mau kamu kenalin?” Tanya mama.
Mama terlihat penasaran dengan gadis yang kak dion bawa, begitupun juga denganku.
“Ini dia ma! Vik...” kata kak dion memanggil teman wanitanya.
Sesaat kemudian berdiri seorang wanita berdandan anggun, terlihat cantik natural. Dan tentu saja aku sudah mengenalnya, sangat mengenalnya! Begitupun juga dengan mama papa. Jadi, kak dion tak perlu menjelaskan dan mengenalkan siapa gadis yang ia bawa.
“Vika?”  kata mama sedikit terkejut.
“Malem tante, om, angga!” sapa kak vika.
“Malem juga vik. Jadi vika, gadis yang ingin kamu kenalkan dion?” tambah mama.
Kak dion hanya tersenyum, sedangkan aku hanya melongo karena sedikit shock.
“Ayo masuk nak vika! Sebaiknya kita segera makan sebelum makanannya dingin” timpal papa.
 “Selamat ulang tahun ya ga!” Kata kak vika sambil mengulurkan tangannya dan memberikanku sebuah kado.
“Makasih kak!” jawabku sambil memaksakan diri sedikit tersenyum.
Kami segera menuju meja makan, dan aku masih diam dari tadi, tak tahu harus ngomong apa.
“Gak nyangka kalau gadis yang kamu kenalkan malam ini adalah vika dion! Bagus deh, Kalian kan teman dari kecil. Keluarga kita juga udah kenal dekat. Jadi, kapan kalian jadian?” Tanya mama spontan membuatku pasang kuping untuk mendengar jawabannya. Kak vika hanya tersenyum malu.
“Emm kita baru jadian tadi siang ma!” Jawab kak dion ragu tapi sukses membuatku tersedak.
Secepat itukah? Baru tadi pagi kak dion memberikan sebuah kado istimewa, dan sekarang dia justru menambahnya dengan sebuah hantaman melebihi ledakan gas elpiji didadaku dihari ulang tahunku! Sakit sekali mendengarnya.
“Angga! Pelan-pelan dong sayang. Minum dulu minum!” Kata mama sambil memberikan segelas air putih.
 “Makasih ma” 

Segera kuminum air putih yang diberikan mama. Aku lihat wajah kak dion sedikit menampakkan rasa penyesalan. Apa dia benar menyesal mengatakan itu didepanku, tepat dihari ulang tahunku?
Makan malam yang sangat tak enak ini ahirnya berahir, aku sudah menahan tangis dari tadi. Ditambah lagi mendengar percakapan mama, papa, kak dion dan kak vika. Rasanya seperti kena ulat bulu ditelingaku. Setelah basa-basi dan lain sebagainya, kak vika berpamitan dan diantarkan pulang oleh kak dion. Akupun segera berpamitan pada mama dan papa untuk pergi kekamarku. Tentu saja untuk melampiaskan hasrat yang sedari tadi aku tahan, apalagi kalau bukan menangis! Kalian fikir aku ingin apa? onani? Disaat seperti ini dan dengan situasi yang baru saja aku alami, apa aku punya nafsu untuk itu? Atau kalian mengira aku ingin BAB? Plisss makanan yang aku makan saja belum sampai usus halus, jadi gak mungkin ingin segera dikeluarkan!

Mataku serasa bocor, dan isinya tumpah kemana-mana. Air mata yang sedari tadi aku tahan-tahan ahirnya mengalir deras. Apa aku ini cengeng? Aku tak peduli lagi kalau kalian mengataiku demikian.
Aku meringkuk disudut kamarku. Sungguh rasanya sakit sekali. Meski aku tahu cepat atau lambat ini semua harus terjadi. Tapi kenapa harus dihari ulang tahunku? Dan kenapa harus menghapus kebahagiaan dari kado istimewa yang baru aku terima pagi tadi.

Sesaat kemudian terdengar seseorang masuk kamarku dan melangkah berdiri disampingku. Air mataku masih membanjir, pandanganku aku buang kearah jendela menatap langit yang mendung seperti suasana hatiku saat ini.

“Ma.. maafkan kak dion ga...”
“....” aku masih diam dan sesekali sesenggukan.
“Maaf sudah membuatmu harus terluka... ini semua salah kak dion. Kak dion sudah melibatkanmu dalam perasaan kak dion yang salah”
“Cukup kak...” Aku pun ahirnya bersuara.
“Tidak ga, kamu harus mendengar penjelasan kak dion. Satu hal yang harus kamu tahu ga, aku tak pernah berbohong tentang perasaanku terhadapmu. Aku benar-benar sayang sama kamu ga! Sangat menyayangimu! Tapi, aku salah. Aku salah mengartikan rasa sayangku terhadapmu. Mungkin karena aku terlalu bahagia bisa memiliki seorang adik.”
“....” Aku masih diam dengan tangisanku.
“Kamu tau ga, mendengar harapan mama papa tentang sesorang yang dipilih oleh anak laki-laki kandung satu-satunya untuk dijadikan calon menantunya. Itu sangat menyakitkan ga, karna tak mungkin aku mengenalkanmu sebagai kekasihku. Bukankah kak dion sudah pernah mengatakan kalau saja kamu seorang perempuan, aku akan meminta papa untuk menjadikanmu menantunya, bukan anaknya? Tapi kenyataannya kamu lelaki ga. Kamu jadi adikku, dan itu memang seharusnya. Maafkan kak dion ga...”
“....”
“Kak dion benar-benar minta maaf ga. Plisss! Tak seharusnya kak dion melakukan ini semua terhadapmu. Aku sayang kamu ga! Aku sayang kamu adikku! Maafkan kak dion!” Kata kak dion sambil duduk disampingku dan memelukku. Air matanya kini ikut menetes.
“Pergilah kekamarmu kak, kita lupakan semua yang sudah terjadi” kataku berusaha untuk bijak.
“Kak vika wanita yang baik. Kak dion tak salah pilih. Kalian akan menjadi pasangan paling bahagia kelak” Tambahku.
“Kamu benar ga, dia wanita terbaik yang pernah aku kenal. Sebaiknya kamu segera beristirahat ga, kamu membutuhkan itu saat ini” Kata kak dion sambil mencium keningku, tepat ketika hujan turun diluar jendela. Ciuman kening dari seorang kakak untuk adiknya. Ya, aku akan catat itu baik-baik.

Malam ini malam yang benar-benar berat untukku. Hujan turun deras mengiringi tangisanku , Berusaha tidur sambil menghapus memori tentang kenangan dan perasaanku terhadap kak dion. TUHAN, berikan sedikit amnesia esok pagi...

Bersambung...

0 coment�rios: