Home Top Ad

Responsive Ads Here

 Vando is Number 1...   Aku satu-satunya siswa dikelasku yang mengambil raport sendiri, karena raport teman-temanku diambil oleh orang...

Sebuah Rahasia [Eps 16]


 Vando is Number 1...
 
Aku satu-satunya siswa dikelasku yang mengambil raport sendiri, karena raport teman-temanku diambil oleh orang tua mereka. Sangat senang sekaligus terkejut ketika bu rina mengatakan kepada para wali murid bahwa kelasku merupakan kelas dengan nilai terbaik dan siswa yang merupakan juara umum untuk kelas X ada dikelasku. Aku semakin berharap jika juara umum tersebut adalah aku, agar aku bisa mempertahankan prestasiku saat dibangku SMP dan membuat mama papa bangga padaku. Tapi, ternyata aku harus puas ketika bu rina mengatakan nama Angga Pradita merupakan peringkat 2, sedangkan juara kelas maupun juara umumnya adalah seorang siswa yang mungkin diragukan kemampuan akademiknya oleh siswa lainnya karena tingkah polahnya yang dikenal kurang baik.

“Dan, untuk juara pertama dikelas ini sekaligus juara umum untuk kelas X adalah Revando Arnoldi. Namun sayang sekali baik vando dan walinya tidak dapat hadir pagi hari ini.” kata bu rina ketika membacakan juara umum dihadapan wali murid. Aku mengingat-ingat, memang sejak tadi aku tak melihat sosok vando.

###

“Hah? Jadi kamu juara 2 dan juara 1 nya temenmu yang banyak tingkah itu ga?” Kata arin sambil berjalan dilorong sekolah.
“Iya rin. Tapi gak heran juga sih, walaupun tingkahnya gak ketulungan gitu, tapi tiap ulangan atau ujian nilainya selalu bagus loh! Serius!” jawabku.
“Hemmm keren juga ya tu anak!” Risky menimpali.
“Oya ga, tentang jurusan kita kelas XI, ternyata kita berdua masuk IPS. Jadi gak bisa sekelas sama kamu lagi deh ga!” kata arin sedikit manyun.
“Yaudahlah, gak papa. Sapa tau kalian berdua nanti yang sekelas. Masuk IPS bukan sesuatu yang  buruk kan?” jawabku.
“Tau tuh arin, maunya sekelas ma kamu mulu deh! Sadar diri dong sama kemampuan. Masuk sekolah ini aja kebantu sama piagam olahraga beladiri!” risky menyela.
“Yeee kucing ompong! Bukannya kamu juga kebantu sama piagam! Aku banting juga deh lama-lama! Mau?!” ancam arin.
“Ehhh uda-uda. Apaan sih! Inget kalian ini uda mau kelas XI loh! Masih juga kayak anak kecil!” leraiku.
Saat berjalan dilorong sekolah, kami melewati kerumunan siswi yang sedang asik bergosip dan tak sengaja kami dengar.
“Eh, tau gak sih, juara umum kelas X? Itu tuh, sikeren vando!”
“Hah? Masa sih? Bukannya anaknya urakan gitu ya?”
“Yee gak percaya! Beneran! Makin keren aja ya dia, gak nyangka kan biar urakan tapi ternyata otaknya pintar!”
“Bener aja dia bisa jadi juara. Wali kelasnya kan tante nya sendiri!”
“Hah maksudnya?”
“Iya, bu rina, wali kelasnya itukan tantenya vando. kalian gak tau?”
“Hah????” jawab semua miss gosip secara serempak, begitupun aku yang tak sengaja mendengarnya.
“Hah? Bu rina itu tantenya vando ga?” tanya arin.
“Gak tau... bu rina gak pernah bilang apa-apa soal itu!”
“Jangan-jangan nilainya vando itu karena bu rina tuh!” tuduh risky.
“Husss jangan gitu ah. Sapa tau para miss gosip tadi Cuma mengada-ada. Belum tentu juga kan kalau vando itu keponakannya bu rina.”

###

Vando anak kembar yang manis & Pintar...
 
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah sebagai siswa kelas XI setelah libur agak panjang. Selama libur, aku sempat ikut mama papa kesurabaya untuk liburan meski hanya beberapa hari. Sangat menyenangkan bisa berlibur bersama mereka. Lebih menyenangkan lagi selama liburan, kemanapun kami pergi, kak dion selalu menggandeng tanganku sekalipun dikeramaian.
Pembagian kelas dilaksanakan, seperti dugaanku sebelumnya ternyata benar arin dan risky satu kelas dikelas IPS 1. Sedangan aku, tidak banyak berubah. Masih satu kelas dengan aldy, riyanti, dan juga vando di IPA 1. Hanya vando yang sepertinya merasa kehilangan, karena 3 anak buahnya Jono, Bono, dan Dono masuk jurusan IPS. Lagi-lagi aldy mengajakku duduk berdua dibangku depan meja guru. Suasana jadi terasa tak banyak berubah dari kelas X.

Setelah membereskan kelas baruku bersama teman-teman sekelasku, aku pergi ketoilet untuk membersihkan tanganku. Ketika kembali kekelas, aku melihat bu rina wali kelas X ku didepan kantor guru. Aku jadi teringat tentang hal yang dibicarakan oleh para miss gosip waktu itu bahwa vando adalah keponakannya bu rina. Karena penasaran, akupun memberanikan diri menghampiri bu rina untuk menanyakannya.

“Permisi bu, maaf mengganggu sebentar” Sapaku pada bu rina untuk mengawali perbincangan.
“Ya ga, ada apa?” jawabnya dengan ramah.
“Boleh saya tanya sesuatu pada ibu?”
“Tentang?”
“Emm tentang vando bu”
“...” bu rina diam sejenak.
“Baiklah, ikut ibu! ada sesuatu yang ingin ibu tanyakan juga padamu” Sambungnya.
“Baik bu” aku mengikuti bu rina dibelakangnya.
“Jadi, apa yang ingin kamu tanyakan ga?” tanya bu rina setelah sampai dimeja ruang guru dan mempersilahkanku duduk.
“Emm sebenarnya ini bukan masalah yang penting bu, tapi teman-teman....”
“Owh, tentang itu. Iya ga, yang mereka katakan itu benar, vando memang keponakan ibu” Jelas bu rina setelah memotong pertanyaanku.
“Apa kamu juga berfikir seperti mereka, kalau ibu membantu nilai vando? Itu salah ga, ibu tak pernah membantu nilainya sedikitpun. Vando memang benar-benar anak yang pandai”
“Emm karena itulah bu, saya menanyakannya langsung pada untuk meluruskan tuduhan teman-teman”
“Dia itu anak yang pintar ga, sangat pintar! Dari dulu dia selalu mendapat peringkat 1 dikelasnya. Selain itu, dia juga anak yang baik. Sampai ahirnya suatu musibah mengubahnya menjadi vando yang nakal seperti sekarang meski prestasi akademiknya tetap baik dan tak banyak berubah” jelas bu rina, aku hanya diam menyimak.
 “Dia berubah sejak SMP kelas 1. Saat dia harus kehilangan ayah dan saudara kembarnya”
“Saudara kembar? Vando punya saudara kembar bu?” spontan aku memotong cerita bu rina.
“Iya, vando mempunyai saudara kembar. Mereka berdua adalah anak-anak yang baik, patuh, sopan, dan pintar. Sampai ahirnya musibah itu merubahnya. Saat itu orang tua vando bertengkar hebat karena mamanya vando, yaitu kakak perempuan ibu meminta cerai karena papa vando diduga main belakang dengan seorang perempuan. Vando dan saudara kembarnya yaitu vandi sedang ada dikamarnya dan tak berani keluar. Pertengkaran itu berahir dengan perginya papa vando dari rumah. Tapi sebelum keluar rumah, papanya mengajak salah satu dari mereka secara paksa. Dan yang diajak papanya adalah vandi. Vando dan mamanya sempat mengejar, namun papanya lebih cepat membawa vandi pergi. Saat itu vando menangis tak henti-henti karena dipisahkan dengan vandi. Satu jam kemudian, mamanya mendapat telfon dari rumah sakit yang memberitahu bahwa vandi dan papanya kecelakaan dan mengakibatkan mereka berdua meninggal dunia. Vando sangat terpukul, ia kehilangan papa dan saudara kembarnya.”

Aku masih diam menyimak cerita bu rina, dan tak bisa berkata apa-apa.

“Vando menyalahkan semua pada mamanya. Ia merasa semua adalah salah mamanya karena telah meminta cerai pada papanya tanpa alasan yang jelas dan mengakibatkan papa dan saudara kembarnya meninggal dunia. Apalagi sampai sekarang, belum ada bukti yang kuat bahwa papanya main belakang dengan wanita lain. Sejak itu vando mulai berubah. Menjadi anak yang tertutup, dan susah diatur. Mamanya terpaksa lebih giat bekerja karena sudah tak memiliki tulang punggung keluarga, dan sejak saat itu pula waktu mamanya untuk vando semakin berkurang. Vando semakin membenci mamanya. Semakin hari sikap vando semakin tak karuan, menjadi anak yang susah diatur.” Jelas bu rina kemudian berhenti mengambil jeda sejenak.
“Nah, sekarang giliran ibu yang bertanya padamu ga”
“Apa itu bu?”
“Mama Vando sengaja menitipkannya pada ibu dan memasukannya keSMA ini agar ibu bisa mengawasinya. Selama ini dia dikenal nakal, tapi ahir-ahir ini ibu lihat dia sedikit berubah. Apa kamu tahu, siapa orang yang sedang dekat dengannya ahir-ahir ini?”
“Dekat dengannya? Emm, sepertinya tidak ada bu selain Jono, Bono dan Dono” Jawabku setelah berfikir sesaat. Dekat dengannya? Bukankah ahir-ahir ini vando sering sms aku? Apa itu bisa masuk kategori sedang “dekat”? Meski sikapnya disekolah tak seperti sikapnya disms.
“Ibu yakin, vando sedang merasakan apa yang biasanya terjadi pada anak seumuran kalian!”
“Maksud ibu?”
“Iya, vando pasti sedang jatuh cinta. Dan ibu ingin tahu siapa orang yang sudah membuat vando jatuh cinta. Karena dia yang bisa merubah vando. Ibu akan meminta tolong padanya. Kasihan mamanya, karena selama ini dia sangat merasa bersalah”

Setelah bu rina menceritakan semuanya, aku segera pamit untuk kembali kekelasku. Sungguh tak pernah menyangka jika vando memiliki masa lalu seperti yang diceritakan bu rina, dia harus kehilangan papa beserta saudara kembarnya. Apalagi bu rina menyimpulkan tentang vando yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta? Pada siapa?


###

Pacar kak dion...

“Angaaa... sarapan dulu!” teriak mama dari lantai bawah.
“Iya ma, bentar lagi angga turun”
Aku segera turun dan bergabung dengan lainnya untuk sarapan sebelum berangkat sekolah.
“Jadi mama sama papa nanti langsung berangkat lagi kejakarta?”
“Iya dion, kamu sama angga baik-baik dirumah ya!”
“Yah, sepi lagi deh!”
“Oya dion, ngomong-ngomong apa kamu sampai sekarang belum punya teman dekat?”
“Ya banyak lah ma! Tuh, si dicky, gary, andre, dan masih banyak lagi teman dekat dion!”
“Maksud mama teman dekat cewek! Pacar gitu... masak sampai sekarang anak mama belum laku juga!”
“Apaan sih ma! Emang dion barang dagangan! Belum ada yang cocok aja kali ma!”
“Bener kata mama kamu dion! Kamu payah sekali, dulu papa aja seumuran kamu udah puluhan kali pacaran, masa kamu sekali aja belum pernah! Apalagi, kamu ini punya modal untuk menggaet cewek-cewek cantik dikampus”
“Apaan sih pa, malah ikut-ikutan mama!”
Aku hanya diam mendengarkan percakapan mama papa dan kak dion. Sesekali aku melihat muka kak dion sedikit manyun. Terkadang kak dion juga melihat kearahku dan kami saling adu pandang.
“Ayolah dion, kenalkan wanita beruntung pilihan anak mama.”
“Belum ada ma!”
“Ya cari dong... kamu kan laki-laki! Pokoknya pulang dari jakarta, kamu harus ngenalin cewek kamu!”
“Tapi ma..”
“Gak ada tapi-tapi an! Udah, buruan dihabisin sarapannya dan berangkat sekolah!”

###

Apakah dia?

Aku duduk dikursi taman sekolah bersama aldy sambil makan makanan ringan sewaktu jam istirahat.
“Al...”
“Hemmm...”
“Menurutmu, apa jatuh cinta itu bisa terjadi pada siapa saja?”
“He em”
“Siapa pun?”
“He em”
“Dan pada siapapun?”
“He em”
“Tak mengenal latar belakang, sifat, suku, ras, agama atau jenis kelamin?”
“He em”
“Apa seorang vando bisa juga jatuh cinta ya al?”
“He em”
“He em he em mulu dari tadi! Dengerin aku gak sih?”
“He em”
“Aaaaaalllll!!!” aku sedikit berteriak pada aldy.
“Apa sih?”
“Jadi dari tadi kamu tu gak dengerin aku?” aku sedikit manyun.
“Iya, iya, apa... aku dengerin nih...”
“Tu kaaan!!! Arrrrrgh!!! Tau ah!”
“Diiiih sweety boy ngambek...! maaf, kamu kan tau sendiri kalau aku lagi asik sama komikku gak bisa diganggu. Hehehe Emang tadi ngomongin apa sih?”
“Tau! Gak ada siaran ulang!!!”
“Yeee ngambek beneran ih...kalo gak salah tadi ngomongin tentang jatuh cinta jatuh cinta gitu kan?  Emang siapa yang lagi jatuh cinta? Kamu ya? Ciyeee sama siapa? Aku yaaaaa”
“Hah??? Sarap!!! Yang ada kamu tuh jatuh cinta sama mbak marni, penjaga kantin! Ya kan? Ngaku!!!”
“Enak aja! Masa aku sama mba marni! Yang ada kalau aku jatuh cinta itu sama kamu! kan disekolah kita selalu berdua! Kata orang cinlok gitu.. Hahahahahaha”
“...”
Aldy? Apa dia serius? Apa itu jawaban dari kertas berinisial R.A? Aku diam disampingnya yang sedang tertawa terbahak-bahak dengan suatu “lelucon” yang tadi dilontarkannya. Apa menurutnya itu sebuah lelucon? Tapi kenapa harus dengan lelucon seperti itu? Aku berdiri dari dudukku dan meninggalkannya dikursi taman.
“Ga, mau kemana?”
“...”
“Ga, kuq ninggalin aku? Angga....!!!”
“...”
“Sweety boy!!!”
“...”
Aku tetap berjalan meninggalkannya tanpa menoleh lagi kebelakang. Sampai didepan toilet aku mendengar seseorang memanggilku dari samping.
“Angga!”
Aku menoleh.
“Vando? ada apa?”
“Emm aku mau ngomong sesuatu sama kamu tapi...”
“Kenapa? ngomong aja kali”
“Aku gak bisa ngomong disini”
“Terus?”
“Emmm...”
“Anggaaaaa!!!!” Suara aldy terdengar kembali memanggilku dari kejauhan.
“Emm mungkin lain kali kita bicara lagi! Aku duluan ya.” Kata vando sambil berlalu.
“Ow oke!”

Vando ingin ngomong sesuatu? Tentang Apa?

“Angga!!! Dicariin juga! Kenapa sih kamu ninggalin aku tadi? Kamu marah ya? Sorry...” Kata aldy setelah sampai didepanku.
“Hah? Engga” aku masih melihat kearah vando yang berjalan semakin menjauh.
“Kalau engga kenapa dipanggil diem aja? Eh, kenapa tadi vando? ngomong apa dia?”
“Hah? Engga”
“Hah heh hah heh!!! Kamu balas dendam ya gak dengerin aku ?”
“Hah?”
“Tuh kan!!!!!”
“Hahahaha emang iya ya??? Rasain! emang enak ngomong gak didengerin! Wekkk”
“Sweety Boy!!! Tunggu pembalasanku!!!”
“Aku tunggu guardian angel!!! Hahahahhaaa”


Bersambung...

0 coment�rios: