Vando is Number 1...
Aku
satu-satunya siswa dikelasku yang mengambil raport sendiri, karena raport teman-temanku
diambil oleh orang tua mereka. Sangat senang sekaligus terkejut ketika bu rina
mengatakan kepada para wali murid bahwa kelasku merupakan kelas dengan nilai
terbaik dan siswa yang merupakan juara umum untuk kelas X ada dikelasku. Aku
semakin berharap jika juara umum tersebut adalah aku, agar aku bisa
mempertahankan prestasiku saat dibangku SMP dan membuat mama papa bangga
padaku. Tapi, ternyata aku harus puas ketika bu rina mengatakan nama Angga
Pradita merupakan peringkat 2, sedangkan juara kelas maupun juara umumnya
adalah seorang siswa yang mungkin diragukan kemampuan akademiknya oleh siswa lainnya
karena tingkah polahnya yang dikenal kurang baik.
“Dan,
untuk juara pertama dikelas ini sekaligus juara umum untuk kelas X adalah
Revando Arnoldi. Namun sayang sekali baik vando dan walinya tidak dapat hadir
pagi hari ini.” kata bu rina ketika membacakan juara umum dihadapan wali murid.
Aku mengingat-ingat, memang sejak tadi aku tak melihat sosok vando.
###
“Hah?
Jadi kamu juara 2 dan juara 1 nya temenmu yang banyak tingkah itu ga?” Kata
arin sambil berjalan dilorong sekolah.
“Iya
rin. Tapi gak heran juga sih, walaupun tingkahnya gak ketulungan gitu, tapi
tiap ulangan atau ujian nilainya selalu bagus loh! Serius!” jawabku.
“Hemmm
keren juga ya tu anak!” Risky menimpali.
“Oya
ga, tentang jurusan kita kelas XI, ternyata kita berdua masuk IPS. Jadi gak
bisa sekelas sama kamu lagi deh ga!” kata arin sedikit manyun.
“Yaudahlah,
gak papa. Sapa tau kalian berdua nanti yang sekelas. Masuk IPS bukan sesuatu
yang buruk kan?” jawabku.
“Tau
tuh arin, maunya sekelas ma kamu mulu deh! Sadar diri dong sama kemampuan.
Masuk sekolah ini aja kebantu sama piagam olahraga beladiri!” risky menyela.
“Yeee
kucing ompong! Bukannya kamu juga kebantu sama piagam! Aku banting juga deh
lama-lama! Mau?!” ancam arin.
“Ehhh
uda-uda. Apaan sih! Inget kalian ini uda mau kelas XI loh! Masih juga kayak
anak kecil!” leraiku.
Saat
berjalan dilorong sekolah, kami melewati kerumunan siswi yang sedang asik
bergosip dan tak sengaja kami dengar.
“Eh,
tau gak sih, juara umum kelas X? Itu tuh, sikeren vando!”
“Hah?
Masa sih? Bukannya anaknya urakan gitu ya?”
“Yee
gak percaya! Beneran! Makin keren aja ya dia, gak nyangka kan biar urakan tapi ternyata
otaknya pintar!”
“Bener
aja dia bisa jadi juara. Wali kelasnya kan tante nya sendiri!”
“Hah
maksudnya?”
“Iya,
bu rina, wali kelasnya itukan tantenya vando. kalian gak tau?”
“Hah????”
jawab semua miss gosip secara serempak, begitupun aku yang tak sengaja
mendengarnya.
“Hah?
Bu rina itu tantenya vando ga?” tanya arin.
“Gak
tau... bu rina gak pernah bilang apa-apa soal itu!”
“Jangan-jangan
nilainya vando itu karena bu rina tuh!” tuduh risky.
“Husss
jangan gitu ah. Sapa tau para miss gosip tadi Cuma mengada-ada. Belum tentu
juga kan kalau vando itu keponakannya bu rina.”
###
Vando anak kembar yang manis & Pintar...
Hari
ini adalah hari pertama masuk sekolah sebagai siswa kelas XI setelah libur agak
panjang. Selama libur, aku sempat ikut mama papa kesurabaya untuk liburan meski
hanya beberapa hari. Sangat menyenangkan bisa berlibur bersama mereka. Lebih
menyenangkan lagi selama liburan, kemanapun kami pergi, kak dion selalu
menggandeng tanganku sekalipun dikeramaian.
Pembagian
kelas dilaksanakan, seperti dugaanku sebelumnya ternyata benar arin dan risky
satu kelas dikelas IPS 1. Sedangan aku, tidak banyak berubah. Masih satu kelas
dengan aldy, riyanti, dan juga vando di IPA 1. Hanya vando yang sepertinya
merasa kehilangan, karena 3 anak buahnya Jono, Bono, dan Dono masuk jurusan
IPS. Lagi-lagi aldy mengajakku duduk berdua dibangku depan meja guru. Suasana
jadi terasa tak banyak berubah dari kelas X.
Setelah
membereskan kelas baruku bersama teman-teman sekelasku, aku pergi ketoilet
untuk membersihkan tanganku. Ketika kembali kekelas, aku melihat bu rina wali
kelas X ku didepan kantor guru. Aku jadi teringat tentang hal yang dibicarakan
oleh para miss gosip waktu itu bahwa vando adalah keponakannya bu rina. Karena
penasaran, akupun memberanikan diri menghampiri bu rina untuk menanyakannya.
“Permisi
bu, maaf mengganggu sebentar” Sapaku pada bu rina untuk mengawali perbincangan.
“Ya
ga, ada apa?” jawabnya dengan ramah.
“Boleh
saya tanya sesuatu pada ibu?”
“Tentang?”
“Emm
tentang vando bu”
“...”
bu rina diam sejenak.
“Baiklah,
ikut ibu! ada sesuatu yang ingin ibu tanyakan juga padamu” Sambungnya.
“Baik
bu” aku mengikuti bu rina dibelakangnya.
“Jadi,
apa yang ingin kamu tanyakan ga?” tanya bu rina setelah sampai dimeja ruang
guru dan mempersilahkanku duduk.
“Emm
sebenarnya ini bukan masalah yang penting bu, tapi teman-teman....”
“Owh,
tentang itu. Iya ga, yang mereka katakan itu benar, vando memang keponakan ibu”
Jelas bu rina setelah memotong pertanyaanku.
“Apa
kamu juga berfikir seperti mereka, kalau ibu membantu nilai vando? Itu salah
ga, ibu tak pernah membantu nilainya sedikitpun. Vando memang benar-benar anak
yang pandai”
“Emm
karena itulah bu, saya menanyakannya langsung pada untuk meluruskan tuduhan
teman-teman”
“Dia
itu anak yang pintar ga, sangat pintar! Dari dulu dia selalu mendapat peringkat
1 dikelasnya. Selain itu, dia juga anak yang baik. Sampai ahirnya suatu musibah
mengubahnya menjadi vando yang nakal seperti sekarang meski prestasi
akademiknya tetap baik dan tak banyak berubah” jelas bu rina, aku hanya diam
menyimak.
“Dia berubah sejak SMP kelas 1. Saat dia harus
kehilangan ayah dan saudara kembarnya”
“Saudara
kembar? Vando punya saudara kembar bu?” spontan aku memotong cerita bu rina.
“Iya,
vando mempunyai saudara kembar. Mereka berdua adalah anak-anak yang baik,
patuh, sopan, dan pintar. Sampai ahirnya musibah itu merubahnya. Saat itu orang
tua vando bertengkar hebat karena mamanya vando, yaitu kakak perempuan ibu
meminta cerai karena papa vando diduga main belakang dengan seorang perempuan. Vando
dan saudara kembarnya yaitu vandi sedang ada dikamarnya dan tak berani keluar. Pertengkaran
itu berahir dengan perginya papa vando dari rumah. Tapi sebelum keluar rumah,
papanya mengajak salah satu dari mereka secara paksa. Dan yang diajak papanya adalah
vandi. Vando dan mamanya sempat mengejar, namun papanya lebih cepat membawa
vandi pergi. Saat itu vando menangis tak henti-henti karena dipisahkan dengan
vandi. Satu jam kemudian, mamanya mendapat telfon dari rumah sakit yang
memberitahu bahwa vandi dan papanya kecelakaan dan mengakibatkan mereka berdua
meninggal dunia. Vando sangat terpukul, ia kehilangan papa dan saudara
kembarnya.”
Aku
masih diam menyimak cerita bu rina, dan tak bisa berkata apa-apa.
“Vando
menyalahkan semua pada mamanya. Ia merasa semua adalah salah mamanya karena
telah meminta cerai pada papanya tanpa alasan yang jelas dan mengakibatkan papa
dan saudara kembarnya meninggal dunia. Apalagi sampai sekarang, belum ada bukti
yang kuat bahwa papanya main belakang dengan wanita lain. Sejak itu vando mulai
berubah. Menjadi anak yang tertutup, dan susah diatur. Mamanya terpaksa lebih
giat bekerja karena sudah tak memiliki tulang punggung keluarga, dan sejak saat
itu pula waktu mamanya untuk vando semakin berkurang. Vando semakin membenci
mamanya. Semakin hari sikap vando semakin tak karuan, menjadi anak yang susah
diatur.” Jelas bu rina kemudian berhenti mengambil jeda sejenak.
“Nah,
sekarang giliran ibu yang bertanya padamu ga”
“Apa
itu bu?”
“Mama
Vando sengaja menitipkannya pada ibu dan memasukannya keSMA ini agar ibu bisa
mengawasinya. Selama ini dia dikenal nakal, tapi ahir-ahir ini ibu lihat dia
sedikit berubah. Apa kamu tahu, siapa orang yang sedang dekat dengannya
ahir-ahir ini?”
“Dekat
dengannya? Emm, sepertinya tidak ada bu selain Jono, Bono dan Dono” Jawabku
setelah berfikir sesaat. Dekat dengannya? Bukankah ahir-ahir ini vando sering
sms aku? Apa itu bisa masuk kategori sedang “dekat”? Meski sikapnya disekolah
tak seperti sikapnya disms.
“Ibu
yakin, vando sedang merasakan apa yang biasanya terjadi pada anak seumuran
kalian!”
“Maksud
ibu?”
“Iya,
vando pasti sedang jatuh cinta. Dan ibu ingin tahu siapa orang yang sudah
membuat vando jatuh cinta. Karena dia yang bisa merubah vando. Ibu akan meminta
tolong padanya. Kasihan mamanya, karena selama ini dia sangat merasa bersalah”
Setelah
bu rina menceritakan semuanya, aku segera pamit untuk kembali kekelasku. Sungguh
tak pernah menyangka jika vando memiliki masa lalu seperti yang diceritakan bu
rina, dia harus kehilangan papa beserta saudara kembarnya. Apalagi bu rina menyimpulkan
tentang vando yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta? Pada siapa?
###
Pacar kak dion...
“Angaaa...
sarapan dulu!” teriak mama dari lantai bawah.
“Iya
ma, bentar lagi angga turun”
Aku
segera turun dan bergabung dengan lainnya untuk sarapan sebelum berangkat
sekolah.
“Jadi
mama sama papa nanti langsung berangkat lagi kejakarta?”
“Iya
dion, kamu sama angga baik-baik dirumah ya!”
“Yah,
sepi lagi deh!”
“Oya
dion, ngomong-ngomong apa kamu sampai sekarang belum punya teman dekat?”
“Ya
banyak lah ma! Tuh, si dicky, gary, andre, dan masih banyak lagi teman dekat
dion!”
“Maksud
mama teman dekat cewek! Pacar gitu... masak sampai sekarang anak mama belum
laku juga!”
“Apaan
sih ma! Emang dion barang dagangan! Belum ada yang cocok aja kali ma!”
“Bener
kata mama kamu dion! Kamu payah sekali, dulu papa aja seumuran kamu udah
puluhan kali pacaran, masa kamu sekali aja belum pernah! Apalagi, kamu ini
punya modal untuk menggaet cewek-cewek cantik dikampus”
“Apaan
sih pa, malah ikut-ikutan mama!”
Aku
hanya diam mendengarkan percakapan mama papa dan kak dion. Sesekali aku melihat
muka kak dion sedikit manyun. Terkadang kak dion juga melihat kearahku dan kami
saling adu pandang.
“Ayolah
dion, kenalkan wanita beruntung pilihan anak mama.”
“Belum
ada ma!”
“Ya
cari dong... kamu kan laki-laki! Pokoknya pulang dari jakarta, kamu harus
ngenalin cewek kamu!”
“Tapi
ma..”
“Gak
ada tapi-tapi an! Udah, buruan dihabisin sarapannya dan berangkat sekolah!”
###
Apakah dia?
Aku
duduk dikursi taman sekolah bersama aldy sambil makan makanan ringan sewaktu
jam istirahat.
“Al...”
“Hemmm...”
“Menurutmu,
apa jatuh cinta itu bisa terjadi pada siapa saja?”
“He
em”
“Siapa
pun?”
“He
em”
“Dan
pada siapapun?”
“He
em”
“Tak
mengenal latar belakang, sifat, suku, ras, agama atau jenis kelamin?”
“He
em”
“Apa
seorang vando bisa juga jatuh cinta ya al?”
“He
em”
“He
em he em mulu dari tadi! Dengerin aku gak sih?”
“He
em”
“Aaaaaalllll!!!”
aku sedikit berteriak pada aldy.
“Apa
sih?”
“Jadi
dari tadi kamu tu gak dengerin aku?” aku sedikit manyun.
“Iya,
iya, apa... aku dengerin nih...”
“Tu
kaaan!!! Arrrrrgh!!! Tau ah!”
“Diiiih
sweety boy ngambek...! maaf, kamu kan tau sendiri kalau aku lagi asik sama
komikku gak bisa diganggu. Hehehe Emang tadi ngomongin apa sih?”
“Tau!
Gak ada siaran ulang!!!”
“Yeee
ngambek beneran ih...kalo gak salah tadi ngomongin tentang jatuh cinta jatuh
cinta gitu kan? Emang siapa yang lagi
jatuh cinta? Kamu ya? Ciyeee sama siapa? Aku yaaaaa”
“Hah???
Sarap!!! Yang ada kamu tuh jatuh cinta sama mbak marni, penjaga kantin! Ya kan?
Ngaku!!!”
“Enak
aja! Masa aku sama mba marni! Yang ada kalau aku jatuh cinta itu sama kamu! kan
disekolah kita selalu berdua! Kata orang cinlok gitu.. Hahahahahaha”
“...”
Aldy?
Apa dia serius? Apa itu jawaban dari kertas berinisial R.A? Aku diam
disampingnya yang sedang tertawa terbahak-bahak dengan suatu “lelucon” yang
tadi dilontarkannya. Apa menurutnya itu sebuah lelucon? Tapi kenapa harus
dengan lelucon seperti itu? Aku berdiri dari dudukku dan meninggalkannya
dikursi taman.
“Ga,
mau kemana?”
“...”
“Ga,
kuq ninggalin aku? Angga....!!!”
“...”
“Sweety
boy!!!”
“...”
Aku
tetap berjalan meninggalkannya tanpa menoleh lagi kebelakang. Sampai didepan
toilet aku mendengar seseorang memanggilku dari samping.
“Angga!”
Aku
menoleh.
“Vando?
ada apa?”
“Emm
aku mau ngomong sesuatu sama kamu tapi...”
“Kenapa?
ngomong aja kali”
“Aku
gak bisa ngomong disini”
“Terus?”
“Emmm...”
“Anggaaaaa!!!!”
Suara aldy terdengar kembali memanggilku dari kejauhan.
“Emm
mungkin lain kali kita bicara lagi! Aku duluan ya.” Kata vando sambil berlalu.
“Ow
oke!”
Vando
ingin ngomong sesuatu? Tentang Apa?
“Angga!!!
Dicariin juga! Kenapa sih kamu ninggalin aku tadi? Kamu marah ya? Sorry...”
Kata aldy setelah sampai didepanku.
“Hah?
Engga” aku masih melihat kearah vando yang berjalan semakin menjauh.
“Kalau
engga kenapa dipanggil diem aja? Eh, kenapa tadi vando? ngomong apa dia?”
“Hah?
Engga”
“Hah
heh hah heh!!! Kamu balas dendam ya gak dengerin aku ?”
“Hah?”
“Tuh
kan!!!!!”
“Hahahaha
emang iya ya??? Rasain! emang enak ngomong gak didengerin! Wekkk”
“Sweety
Boy!!! Tunggu pembalasanku!!!”
“Aku
tunggu guardian angel!!! Hahahahhaaa”
Bersambung...
0 coment�rios: