Home Top Ad

Responsive Ads Here

Menjadi anak yatim diumur 7 tahun, harus hidup berdu bersama ibu, tanpa ada sanak saudara atau keluarga lain, diolok-olok teman sekola...

Sebuah Rahasia [Eps 3]


Menjadi anak yatim diumur 7 tahun, harus hidup berdu bersama ibu, tanpa ada sanak saudara atau keluarga lain, diolok-olok teman sekolah karena tak punya ayah, dan diumur 14 tahun aku sudah benar-benar sendirian. Aku anak yatim piatu. Ibu meninggalkanku didunia ini sendirian, rumahpun sudah terbakar. Harus apa aku sekarang? Kenapa TUHAN begitu kejam, kenapa dia tega sekali membiarkan semua ini terjadi. Semua itu membuatku tertekan, aku masih belum bisa menerima atas apa yang telah terjadi dalam hidupku. Sekarang, aku hanya membayangkan jika kebahagiaan semasa kecilku kembali lagi. Bermain sama ayah ibu, jalan-jalan kemall ketika weekend, atau sesekali bertamasya ketika liburan datang. Aku merindukan saat-saat itu. Aku tertawa sendiri kalau mengingatnya. Tapi begitu ingat dengan apa yang terjadi dengan ayah atau ibu, aku menangis histeris. Sesekali aku melihat beberapa orang mendekatiku. Siapa mereka? Apa yang mereka katakan? Kenapa perempuan itu menangis melihatku? Satu lagi, orang yang tak suka i. Orang berbaju putih itu selalu mendekatiku dengan sesuatu yang menyakitiku. Jarum!iya, dia suka menancapkan jarum ketubuhku ketika aku mengamuk atau menangis histeris, selanjutnya aku akan selalu mengantuk dan tertidur. Siapa sih mereka ini? Kenapa mereka suka mengajakku bicara, atau memaksaku untuk makan makanan yang mereka bawa? Masa bodoh, aku tak peduli. Aku Cuma ingin ayah dan ibu disini, menemaniku, dan mengajakku pulang kerumah.
Aku terbangun dari tidurku. Aku melihat 3 orang duduk disampingku. Aku langsung duduk diatas tempat tidurku, memeluk bantal dan tertunduk. Mereka ini menakutkanku. Siapa mereka? Satu orang berdiri memandangku dengan mata yang penuh harap, satu orang lagi, mengatakan sesuatu yang aku tidak mengerti apa yang sedang ia bicarakan sambil menyodorkan sendok dari makanan dipiring yang ia pegang, dan satu orang diantaranya memegang sesuatu. Dan orang itu, tiba-tiba memangku sesuatu yang sebelumnya ia pegang itu. Sebuah alat, alat yang ia petik dan mengeluarkan suara yang indah sekali. Gitar? Sebuah gitar?

Tiba-tiba aku mendengar suara yang lirih, merdu, yang diiringi petikan gitar dan seperti tidak asing bagiku.

“Sahabat sejatiku... hilangkan dari ingatanmu.. dihari kita saling berbagi....”
Suara itu? Lagu itu? Sepertinya mengingatkan aku dengan seseorang... Lagu itu. Lagu yang tidak asing bagiku. Aku mulai tersadar.. mengingat sesuatu. Kepalaku pusing sekali.
“Rii..riis..ky! Aaa..rin!” aku berkata lirih. 2 nama itu yang aku ingat mendengar lagu itu.
“Angga.... kamu mengenali kami? Angga, kamu ingat lagu ini? Lagu yang biasa kita nyanyikan bersama???” Suara arin bersemangat ketika mendengar namanya kusebut.
“Angga, kamu ingat kan ngga, lagu sheila on 7 yang slalu kita nyanyikan! Kamu,aku dan arin” risky melanjutkan.
“Risky, Arin, di..mana kita? Kenapa kalian memandangku sperti itu?”aku menjawab dengan sedikit kebingungan.

Tiba-tiba seseorang menghampiriku dan memelukku erat, aku tak sempat melihat wajahnya. Aku hanya bisa melihat arin dan risky yang tersenyum sambil meneteskan air mata. Sebenarnya, apa yang telah terjadi?

“Ahirnya kamu sembuh dek...” suara lirih orang yang memelukku. Suara itu sepertinya juga kukenal...
“Kamu harus tegar dek,seperti janjimu pada ibumu! Dan aku sudah yakin kalau kamu bisa, pasti bisa!” orang itu melanjutkan.
Ibu? Tegar? Iya, sepertinya aku pernah berjanji pada ibuku untuk menjadi lelaki tegar.
“Kaaak dion!” jawabku lirih.
“Ahirnya kamu mengenaliku dek” kak dion melepaskan pelukannya,memandangku dan memelukku kembali.

Aku sudah sadar sekarang, aku harus pegang janji itu. Janji untuk menjadi sosok yang tegar. Aku memang kehilangan semuanya. Kehilangan ayah, kehilangan ibu, dan kehilangan rumah. Tapi aku sangat bodoh! Aku tidak sadar, bahwa TUHAN menggantikan itu semua jauh lebih dari apa yang ia ambil. Ia memberikanku tante dian dan om idrus menjadi mama papa baru yang sangat perhatian padaku, ia memberikan kak dion yang slalu menjagaku, dan ia juga memberikan Arin dan Risky yang selalu menemaniku. Belum lagi perhatian-perhatian dari warga dan tetangga sekitar rumah. TUHAN, maafkan aku yang telah lupa untuk bersyukur kepadamu.
Hari ini aku pulang kerumah kak dion, sudah sekitar 1 bulan aku berada dirumah sakit jiwa. Ya, aku dirumah sakit jiwa! Tapi bukan berarti aku gila. Kata dokter, aku hanya depresi dan stres karena tertekan dengan sebuah keadaan yang belum bisa aku terima. Itu membuatku sering berhalusinasi dan sibuk dengan pikiranku sendiri, tanpa peduli dengan sekitar. Ahirnya aku bisa hidup normal lagi, meskipun harus mengkonsumsi beberapa obat, dan harus rutin terapi ke psikolog. Tante dian dan om idrus tampak senang sekali melihatku kembali. Sekarang mereka adalah mama papa ku juga, dan kak dion sekarang menjadi kakakku. Aku senang sekali.

“Mah, aku ingin segera masuk sekolah, aku tak sabar untuk belajar lagi” Kataku ke mama atau tante dian ketika makan malam dirumah.
“Jangan dulu sayang,kondisimu belum memungkinkan. Lihat tubuhmu, seperti orang gak makan setahun” jawab mama
“hahahahaha” suara ketawa papa dan kak dion
“iya angga, selama kamu sakit, kamu jarang makan, dan sekarang lihat badanmu... kurus sekali. Memang gak malu nanti disekolah dikatain cacing kering?” timpal papa
“hahahahaha” suara ketawa kami pecah dimeja makan. Bik inah yang didapur mendengarnya ikut ketawa sendirian.
“Pah,Mah, 2 hari lagi kan weekend, mama sama papa juga lagi dirumah kan? Gimana kalau kita liburan? Kan sudah lama kita tidak melakukannya?” kak dion menyela
“Ide bagus tuh pa, kita butuh refreshing sepertinya, setelah apa yang terjadi” mama menyetujui
“Oke kalau gitu! Nanti kita kejogja, yang gak terlalu jauh, jadi kita bisa bawa mobil sendiri” Jawab papa dengan mantab.
“Yeaaay! Ahirnya kita bisa liburan bersama! Angga, ajakin risky sama arin ya!” Kak dion berkata dengan penuh semangat.
“Iya ngga, ajak mereka,biar lebih rame & seru” tambah mama.
“Oke ma, biar nanti aku telfon mereka” jawabku sambil tersenyum.

Weekend tiba,dan ahirnya kami liburan kejogja. Kami bernyanyi-nyanyi dimobil selama perjalanan. Seru sekali! Om idrus yang menyetir dan tante dian yang duduk disebelahnya Cuma senyum-senyum melihat tingkah kami berempat dibelakang. Tadinya kita mau ke pantai parangtritis, tapi kak dion menyarankan untuk ke BKK. Pantai baron, krakal, dan kukup. Kami mendatangi pantai itu satu persatu, bermain ombak, bermain pasir, foto-foto, dan banyak lagi yang kita lakukan disana. Terahir kita kepantai baron. Mama papa sepertinya sudah kelelahan, mereka tidak ikut kebibir pantai, hanya melihat dari kejauhan sambil menikmati es kelapa muda dan sibuk memilih souvenir yang dijajakan pedagang. Sedangkan arin dan risky tampak senang sekali nyebur dipantai dangkal, dan bermain air.

“Kita duduk disana yuk dek” kak dion mengajakku duduk sambil bermain pasir ditepi pantai.
“Ayooo” aku menjawab
Kami duduk ditepi pantai bermain pasir. Sesekali istana pasir yang kita buat dihantam ombak.
“Yah, istananya runtuh lagi, kasian raja nya pasti bingung... istananya kena tsunami” kataku spontan ketika ombak menghantam istana pasir kami.
“hahaha ada-ada aja kamu dek! Sini deh deketan kakak,aku pengin meluk adek kakak yang ganteng ini” kata kak dion sambil menarikku
“hihihi ahirnya ada yang ngakuin aku ganteng” jawabku nyengir
“Iya,ganteng... tapi masi kalah ganteng sama kakaknya, abisnya tu badan kayak ikan asin!hahaha” jawab kak dion sambil menyindirku
“Yeeee, awas aja nanti kalau aku sudah banyak makan, uda gemukan, pasti lebih ganteng dari kakak lagi” balasku
“Kita lihat saja, sapa yang lebih ganteng nanti” kak dion gak mau kalah

Kami cuma asik tertawa berdua, kami duduk menghadap pantai dan kak dion merangkulku. Dia benar-benar sosok yang selalu membuatku nyaman. Dia selalu memperlihatkan sikap yang sayang terhadapku. Aku pun juga sangat sayang padanya. Sepertinya,aku ingin selalu dalam dekapannya seperti ini, meski tsunami datang menghantam aku tak akan pernah mau melepaskannya. Hehe apa sih yang aku pikirkan! Ada-ada saja! Aku Cuma senyum senyum sendiri disamping kak dion. Tapi kak dion tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuyarkan lamunanku.

“Kak dion sayang sama kamu dek, lebih dari apapun!”

Deeeeerrrrr! Jantungku mendadak berdetak kencang, entah apa yang aku rasakan, tapi kata-kata kak dion tadi membuatku semakin nyaman berada didekatnya.
Aku hanya diam dan menengok wajahnya, tampak ia sedang menahan tangis bahagia.

“Aaa..ku juga sayang sama kak dion!” Aku menjawab sambil tersenyum.
“Aku senang sekali ketika kamu sembuh, aku takut kalau harus kehilangan kamu. Seandainya kamu tau bagaimana rasanya kakak ketika kamu tidak mengenali kakak. Kamu membuatku takut sekali waktu itu. Aku tak ingin itu terjadi lagi. Aku sangat sayang sama kamu, sangat sayang sekali!” kak dion mempertegas apa yang iya katakan, dan selanjutnya mencium keningku [lagi]. 

Aku cuma tersenyum mendengar itu, nyaman sekali... tak ada yang membuatku nyaman selain ucapan kak dion tadi. Apalagi jika keningku dicium oleh kak dion seperti itu. Aku tidak tau harus menjawab apa. Aku Cuma diam sambil menikmati momen yang menyenangkan ini. Arin sepertinya ingin menghampiri kami, tapi risky mencegahnya. Risky menarik tangan arin dan mengajaknya kembali ketempat mereka bermain air tadi. Tampak arin sedikit cemberut. Mungkin risky tau kalau aku memang lagi ingin berdua saja sama kak dion sekarang, tanpa ada orang lain tentunya.
Apa arin cemburu? Hah cemburu? Oke, aku tau arin dari dulu menunjukkan perhatian lebih terhadapku. Risky suka menggodanya, dia bilang arin naksir aku. Tapi sekalipun arin suka padaku, masa dia harus cemburu melihatku dekat sama kak dion? Dia kan sekarang menjadi kakakku sendiri.
Kak dion? Kakak sendiri? Kenapa ketika aku bilang dia kakakku, ada sedikit rasa kecewa dihatiku? Kenapa juga aku mengira arin cemburu melihatku dekat dengan kak dion? Seakan-akan aku ini dekat dengan kak dion bukan karena dia adalah kakakku? Apa-apa an sih, pikiranku semakin mengada-ada. Aku ini anak umur 14 tahun! Kenapa harus mikirin sampai kesitu! Sudahlah, yang jelas aku nyaman selama ada didekat kak dion.

“Diooooon!Anggaaaaa!Ariiiiiin!Risssssky!sudah main-mainnya! Ayo kita pulang! Hari Sudah semakin sore!” Terdengar suara mama teriak memanggil kami.

Kami menuju mobil, setelah membeli beberapa souvenir. Sebelum pulang kesolo kita mampir cari restaurant seafood! Kami makan dengan sangat lahap! Apalagi aku, selain memang seafood makanan kesukaanku, aku kan lagi dalam program penggemukan badan.hehe Papa memesan makanan yang gak kira-kira banyaknya. Dia bilang aku harus menghabiskannya.

“Ayo angga,kamu harus habisin semua, biar cepet gemukan!” kata papa sambil menambahkan nasi kepiringku.
“Wah,papa... udah kenyang nih angga. Penyiksaan kalau harus habisin makanan se RT gini” jawabku
“Hahaha”  semua tertawa melihatku kelabakan makan makanan yang disodorkan papa.
“Tadinya sih, mama rencana mau mampir malioboro, kita jalan-jalan belanja sambil cari oleh-oleh. Tapi sepertinya kita akan kemalaman sampai rumah. Jadi kemalioboro kapan-kapan saja ya anak-anak, nanti kita beli oleh-oleh dijalan pulang aja kan banyak” kata mama.
“Yaudah, kayaknya angga juga uda mau pingsan tu mah, karena kekenyangan, sebaiknya kita pulang terus istirahat” jawab kak dion.
“Baiklah kalau gitu,ayo pulang anak-anak” jawab papa

Kami pulang dan mampir membeli oleh-oleh untuk tetangga sekitar rumah,dan buat dibawa pulang arin dan risky. Sesampainya disolo, kami mengantarkan arin dan risky terlebih dahulu, kemudian kami pulang kerumah. Sepertinya kami sangat kelelahan. Karena setiba dirumah kami langsung menuju kamar masing-masing,mandi,dan kemudian tidur.
Paginya, rutinitas sudah berjalan normal. Papa sama mama bersiap-siap untuk berangkat kesurabaya, mereka mau melihat bisnis mereka disana. Memang papa sama mama sering keluar kota untuk melihat langsung bisnis mereka. Sedangkan kak dion sudah siap-siap berangkat sekolah. Setelah mandi, aku bergabung bersama mereka untuk sarapan bersama.

“Yah,masa aku dirumah sendiri,gak asik nih...” kataku sambil manyunin bibirku.
“Emangnya mau ikut papa mama ke surabaya? Ya gak papa kalau kamu mau?” jawab mama
“Beneran boleh mah?” jawabku bersemangat.
“Engga, engga, enak aja, aku ditinggal sendiri dirumah! Pokoknya kalau angga ikut aku juga ikut!” Kak dion tak setuju.
“hahaha tuh, kak dion malah mau ikut juga... gak usah ikut semua lah, sekolah kamu nanti gimana dion. Lagian papa sama mama kan bukan mau piknik, tapi kerja. Paling seminggu kita disana. Angga dirumah aja ya sama bik inah, nunggu kak dion pulang, nanti kita beliin oleh-oleh dari sana. Oke anak papa yang ganteng!” jelas papa
“Oke deh pa, nanti biar angga jaga rumah!” jawabku
“Yeeee, papa ini! Gantengan juga aku!huh” protes kak dion
“Sudah,sudah, semua anak mama ganteng-ganteng! Sekarang buruan diabisin sarapannya, dion buruan keburu telat sekolahnya.” Mama menyela.
“hehehe iya deh ma”Jawab kak dion.
Ahirnya aku ditinggal sendirian dirumah sama bik inah. Papa, mama, kak dion semua sudah berangkat. Kata mama sih,minggu depan aku boleh masuk sekolah lagi. Setelah minum obat dari dokter, aku nonton TV diruang tengah. Lama-lama bosan juga. Ahirnya aku terfikir untuk jalan-jalan keluar, aku juga ingin nengokin bekas rumahku yang sudah terbakar.
“Bikkkk,bik inaaaah,angga mau jalan-jalan keluar sebentar ya,capek dirumah terus!” Aku pamit ke bik inah yang sedang menyirami tanaman.
“Njih den, tapi jangan jauh-jauh, jangan lama-lama, nanti bik inah yang dimarahin” bik inah menjawab
“iya bik,tenang aja” jawabku sambil keluar dan membuka gerbang.

Sesampainya didepan pekarangan bekas rumahku yang terbakar, tiba-tiba aku meneteskan air mata. Aku meyesali kenapa ini bisa terjadi. Coba kalau kebakaran itu tidak terjadi,mungkin sekarang aku masih bisa melihat senyum ibu. Ingat ibu, aku langsung teringat pesan terahirnya. Selain ingin aku menjadi lelaki yang tegar, beliau juga bilang aku harus ambil kotak kayu yang ada dialmari kamar. Iya, ibu pernah berpesan demikian! Kira-kira kotak itu masih ada gak ya? Kenapa aku sampai melupakannya? Bodoh, kenapa kemaren aku harus depresi dan lupa semuanya sih!
Aku mencoba masuk melewati rumput liar yang sudah mulai tumbuh sampai kelutut, dan masuk rumah yang penuh dengan reruntuhan kayu gosong, dan setelah sampai dikamar, yang kulihat hanya tempat tidur yang terlihat kotor, usang, dan setengah gosong, dan almari terbuka yang sudah tidak ada isinya! Hah? Terus dimana kotak itu? Aku teringat dengan perkataan tante dian waktu pulang dari pemakaman itu, dia bilang sudah merapikan barang-barang yang tersisa. Tapi mama sudah berangkat kesurabaya. Aku harus menunggu seminggu untuk menanyakanya. Kalau aku mencari sendiri dirumah, sepertinya tidak sopan. Aku tidak mau dianggap lancang! Oke, kalau begitu, aku memang harus bersabar menunggu mama pulang dari surabaya.

Bersambung...

0 coment�rios: