Home Top Ad

Responsive Ads Here

Suara pintu terdengar terbuka, aku menoleh, dan ternyata tante dian yang masuk... “Angga, biar tante yang ganti nungguin ibu kamu, kam...

Sebuah Rahasia [Eps 2]


Suara pintu terdengar terbuka, aku menoleh, dan ternyata tante dian yang masuk...

“Angga, biar tante yang ganti nungguin ibu kamu, kamu belum makan kan? Kamu cari makan dulu gih,sama kak dion” Kata tante dian setelah masuk ruangan.
“Gak tante, aku masih ingin disini, aku gak lapar” jawabku
“Iya ngga, kamu terlihat pucat,dan lemas,pasti kamu belum makan. Kalau kamu nanti  juga sakit, terus siapa yang akan jagain ibu kamu?yuk ikut kakak,kita cari makan” sahut kak dion.
“Baiklah kalau begitu kak. Tante, angga titip ibu ya tante, kalau nanti ibu sadar, tolong langsung hubungi saya lewat HP kak dion”
“Iya sayang, pasti...” jawab tante dian.

Malam itu, aku menginap dirumah sakit ditemani kak dion. Sedangkan om idrus, tante dian, pakde Jarot, dan bude ratna, pulang kerumah. Pagi-pagi sekali om idrus mampir rumah sakit sama tante dian sebelum berangkat kerja. Dia membawakan makanan untuk sarapan dan baju ganti buatku dan kak dion.

“Angga, ini baju nya kak dion yang uda kekecilan. Mungkin masih muat buat kamu. Kemarin warga sudah merapikan barang-barang yang tersisa dari rumah kamu yang terbakar. Untung barang kamu dan ibu kamu yang ada dikamar selamat, karena api belum menjalar sampai kamar, tapi tetap saja kondisinya kotor semua, jadi tante baru nyuru bik inah buat bersihin semua barang-barang kamu” jelas tante dian.
“Makasih  tante, maaf sudah banyak merepotkan” jawabku
“Jangan begitu ngga, kamu ini sudah seperti anak tante sendiri, sudah seperti adiknya dion. Yasudah, tante sama om gak bisa lama-lama. Masalah sekolah kamu,tante sudah urus ijinnya, Dion juga biar ijin sekolah dulu menemani kamu, tante tinggal dulu ya sayang. Nanti kalau ada apa-apa telfon saja tante atau om, suruh kak dion yang hubungi. Ya?” Jelas tante dian sambil berpamitan
“ Baik tante, makasih om, tante” jawabku sambil mencium tangan mereka.
Tak lama mereka keluar ruangan, tiba-tiba ada suara orang masuk. Mereka adalah arin dan risky.
“Arin??? Risky???” Aku hanya bisa bengong melihat mereka tiba-tiba ada didepanku.
BRUUUUuuuukkkkkkk!!! Arin dan risky tiba-tiba memelukku secara bersamaan, mata mereka berkaca-kaca.
“Sabar ya ngga...” risky berkata lirih dikupingku. Sedangkan arin masih memelukku sambil terisak.
“Iya, makasih ky... tapi kenapa kalian bisa tau? Aku menjawab sambil melepas pelukan mereka.
“Pagi tadi orang-orang kompleks perumahanku ramai membicarakan kejadian kebakaran dikompleksmu. Aku ditelfon risky, kalau ternyata itu rumah kamu. Ayahnya yang menceritakannya. Jadi, kami langsung kesini tadi” Arin bercerita sambil mengusap air matanya.
Memang rumah kami agak berjauhan, karena beda kompleks. Rumah Arin sama Risky saja yang berdekatan karena satu kompleks.
“Owh gitu, yaudah gak usah nangis lagi. Pendekar kuq nangis.hehe” jawabku sambil meninju tangan kanan arin.
“hehehe aku kan juga cewek biasa ngga, aku sangat kawatir” jawab arin yang membuatku terharu.
Baru saja kami ngobrol tiba-tiba...
“Ngga, ibu kamu ngga..” Kata kak dion
“Ibuuukk, ibuk sudah sadar???” aku langsung menghampiri ibu yang sudah mulai sadar.
“bentar ngga, aku mau panggil dokter sama telfon mama papa, mungkin mereka belum jalan,masih disekitar rumah sakit.
“Iya kak” jawabku
Aku berdiri disamping ibu,ditemani arin dan risky.
“Ibuk, ibuk gak papa kan?ini angga buk... ibuk harus cepat sembuh.” Kataku sambil meneteskan air mata.
“Anggaaa... ma..ma..maafkan ibuk ya ngga,ibu tledor,hingga terjadi kebakaran dirumah kita.” Jelas ibu sambil tebata-bata.

Ibu berusaha menjelaskan apa yang terjadi. Belakangan diketahui kalau penyebab kebakaran berasal dari dapur. Sepertinya ibu lagi menyiapkan makan siang seperti biasa,namun karena kelelahan setelah seharian mengajar, sambil menunggu nasi matang ia ketiduran dimeja makan dekat dapur,dan ahirnya terjadi kebakaran itu.

“Udah buk,ibuk gak boleh mikirin apa-apa. Yang penting sekarang ibu cepet sembuh” jawabku sambil memegang tangan ibu yang terbalut perban.
“Oh ya, Selamat ulang tahun buk, angga sudah membelikan sesuatu buat ibuk, angga sengaja nabung untuk membelikan ini” Aku mengeluarkan kalung dari saku,dan memberikannya pada ibuk.
“Terimakasih ya nak, kamu memang anak yang baik” jawab ibu sambil tersenyum
Tak lama kemudian tante dian sama om idrus datang. Mereka belum jadi berangkat kerja, baru sampai tempat parkir rumah sakit dan ditelfon oleh kak dion.
“Mba diaaaan” ibu memanggil tante dian dengan suara yang sepertinya dipaksakan.
“iya dek fatma” jawab tante dian sambil mendekati ibuk
“ Mba, boleh saya minta tolong sama mba dian?”
“ Minta tolong apa dik, kalu memang saya sanggup, pasti saya jalankan”
“Saya nitip angga ya mba, mas ridwan sudah menjemputku. Saya harap mba dian menganggapnya seperti anak sendiri” jelas ibu yang membuat semua orang yang ada didalam ruangan langsung meneteskan air mata.
“Dik fatma gak boleh bilang seperti itu, angga memang sudah saya anggap seperti anak sendiri dik”  Jawab tante dian sambil meneteskan air mata
“Syukurlah kalau begitu mba. Angga, kamu gak boleh nakal ya, kamu harus jadi lelaki tegar, kamu gak boleh banyak merepotkan tante dian sama om idrus. Ya,,,?” kata ibu dengan suara yang semakin lirih dan lemah,sesekali ia bernafas panjang,tampak seperti kesusahan untuk bernafas normal.
“Ibuuuuk, kenapa ibuk bilang seperti itu” aku berkata sambil mencium pipi ibu
“Angga, ada sesuatu yang harus kamu tahu. Nanti kamu cari kotak kayu yang ibu simpan dialmari kamar. Aku harap,kotak itu masih ada dan tak ikut terbakar. Disana ada beberapa barang yang akan membantumu kelak, tante dian akan menceritakannya semua, tapi nanti kalau kamu sudah berusia 17 tahun. Jadi kamu harus menunggu waktu itu dengan sabar, kamu harus janji pada ibuk akan menjadi lelaki tegar.. janji???”
“Angga janji buk” aku melingkarkan jari kelingking pada jari kelingking ibu.
“Mba dian, mas idrus, tolong jaga angga sampai ia umur 17 ya, nanti tepat usianya ke17 tolong ceritakan semua nya. Biar nanti ia memilih jalannya sendiri setelah itu,agar dia menjadi lelaki yang tegar dan bertanggung jawab kelak.”
“Iya dik, kami akan menjaga angga, sampai kapanpun. Angga akan menjadi bagian dari keluarga kami” Om idrus menjawab, ibu tersenyum lega.
“Nak dion, tolong jaga angga ya, tante tau kamu sangat sayang sama angga seperti adik kandung sendiri, Arin sama risky juga, terimakasih sudah jadi teman angga yang baik. Jaga persahabatan kalian ya”
“iya tante” jawab kak dion,arin sm risky hampir bersamaan.
“Jaga diri baik-baik ya ngga, ibu sayang sama angga.....” Jawab ibu dengan suara yang semakin lirih dan lemah. Tangannya melepas kalung pemberianku, dan matanya mulai terpejam.
“Ibuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuk!” Jangan tinggalin angga.....!!!!!ibuuuuukkkkkk!!!

 Aku berteriak histeris, semua orang meluapkan tangisannya sambil mencoba menenangkanku.
Dokter datang dan menyuruh kami keluar. Ibu ditangani dokter didalam sana, tapi sia-sia. Dokter keluar dengan kabar yang membuatku ahirnya pingsan.

Entah sudah berapa jam aku pingsan,tapi tiba-tiba aku tersadar dan sudah berada dikamar kak dion. Memori 7 tahun yang lalu seperti kembali. Sama persis, ketika aku bangun, terdengar suara gaduh diluar dan suara orang mengaji. Bedanya aku sekarang dirumah tante dian karena rumahku sudah kebakaran. Dan disampingku sudah ada sosok yang tak asing.

“Kak dion?” Kataku dengan lirih
“angga, kamu sudah sadar?”jawab kak dion sambil menghampiriku
Aku hanya diam,sambil mengingat apa yang telah terjadi.
“Kak dion, katakan kalau aku hanya bermimpi??? Iya kan??? Jangan diam saja kak,aku mohon,katakan kalau aku hanya bermimpi!” aku sangat berharap semua hanya mimpi atas apa yang telah terjadi.
“Sabar ya ngga, kamu sudah janji akan menjadi yang tegar kan? Kak dion akan slalu ada disampingmu” jawab kan dion sambil memelukku
“Engga kak,engga.......!!! ibu gak boleh pergi,gak boleh!!!!” Aku menangis histeris didalam kamar kak dion.

Prosesi pemakaman ibu sudah selesai, aku memeluk gundukan tanah dimana ibu dikebumikan disamping makam ayah. Satu persatu pelayat meninggalkan pemakaman,mulai teman-teman sekolah,guru, teman-teman ibu,ayah,tetangga,dan semuanya. tinggal aku, kak dion,arin, dan risky. Sedangkan tante dian dan om idrus sudah menunggu kami dimobil. Tante dian gak kuat melihatku, dan om idrus mencoba menenangkannya dan membawanya kemobil.

“Ibuuuu, ayaaaah, kenapa kalian tega ninggalin aku sendiri didunia ini... aku sekarang sendiri, aku sudah tidak punya siapa-siapa. Aku bingung...” aku menjerit dipusaran makan ibu.
“Angga, kamu gak boleh ngomong kayak gitu. Kamu masih punya kak dion, kamu punya keluarga baru, mama sama papa sekarang jadi mama papa kamu juga. Kamu juga punya arin dan risky yang selalu menemani kamu” kak dio menghiburku.
“Iya ngga,kak dion benar,sebaiknya kita pulang sekarang” Risky menimpali
Mereka membujuku untuk segera pulang, agak lama memang,karna aku masih ingin berada dipemakaman,namun ahirnya aku luluh juga dan mau meninggalkan pemakaman.
“Angga, sekarang kamu adalah bagian dari keluarga kami. Kamu bisa panggil om idrus jadi papa, dan tante dian jadi mama kamu” jelas om idrus dimobil
“Iya ngga,kita tepati janti terahir sama ibu kamu ya. Kamu juga sudah janji kan?” sambung tante dian
“Iya tante,emmm iya mah. Terimakasih” aku menjawab singkat.

Dirumah tante dian, aku hanya berdiam diri berhari-hari dikamar yang sudah disiapkan tante dian untukku. Tak ada semangat untuk melakukan apapun. Makanan yang disiapkan bik inah dimeja samping tempat tidur tak pernah aku sentuh. Aku benar-benar hanya diam dan tidak pernah menjawab setiap ada orang mengajakku bicara, meski mereka selalu merayuku untuk makan,ataupun menghiburku dengan kata-kata lucu agar aku tersenyum,atau mungkin sekedar untuk merespon apa yang mereka katakan. Tapi aku sama sekali tak menghiraukannya. Aku hanya sibuk dengan pikiranku sendiri,membayangkan jika ibu dan ayah masih ada bersamaku. Melewati hari-hari bahagia bersama. Tak jarang aku tertawa sendiri atau bahkan tiba-tiba menangis sendiri. Ya,aku depresi!
Bersambung...
***

0 coment�rios: