Suara pintu
terdengar terbuka, aku menoleh, dan ternyata tante dian yang masuk...
“Angga, biar
tante yang ganti nungguin ibu kamu, kamu belum makan kan? Kamu cari makan dulu
gih,sama kak dion” Kata tante dian setelah masuk ruangan.
“Gak tante, aku
masih ingin disini, aku gak lapar” jawabku
“Iya ngga, kamu
terlihat pucat,dan lemas,pasti kamu belum makan. Kalau kamu nanti juga sakit, terus siapa yang akan jagain ibu
kamu?yuk ikut kakak,kita cari makan” sahut kak dion.
“Baiklah kalau
begitu kak. Tante, angga titip ibu ya tante, kalau nanti ibu sadar, tolong
langsung hubungi saya lewat HP kak dion”
“Iya sayang,
pasti...” jawab tante dian.
Malam itu, aku
menginap dirumah sakit ditemani kak dion. Sedangkan om idrus, tante dian, pakde
Jarot, dan bude ratna, pulang kerumah. Pagi-pagi sekali om idrus mampir rumah
sakit sama tante dian sebelum berangkat kerja. Dia membawakan makanan untuk
sarapan dan baju ganti buatku dan kak dion.
“Angga, ini baju
nya kak dion yang uda kekecilan. Mungkin masih muat buat kamu. Kemarin warga
sudah merapikan barang-barang yang tersisa dari rumah kamu yang terbakar.
Untung barang kamu dan ibu kamu yang ada dikamar selamat, karena api belum
menjalar sampai kamar, tapi tetap saja kondisinya kotor semua, jadi tante baru
nyuru bik inah buat bersihin semua barang-barang kamu” jelas tante dian.
“Makasih tante, maaf sudah banyak merepotkan” jawabku
“Jangan begitu
ngga, kamu ini sudah seperti anak tante sendiri, sudah seperti adiknya dion.
Yasudah, tante sama om gak bisa lama-lama. Masalah sekolah kamu,tante sudah
urus ijinnya, Dion juga biar ijin sekolah dulu menemani kamu, tante tinggal
dulu ya sayang. Nanti kalau ada apa-apa telfon saja tante atau om, suruh kak
dion yang hubungi. Ya?” Jelas tante dian sambil berpamitan
“ Baik tante,
makasih om, tante” jawabku sambil mencium tangan mereka.
Tak lama mereka
keluar ruangan, tiba-tiba ada suara orang masuk. Mereka adalah arin dan risky.
“Arin???
Risky???” Aku hanya bisa bengong melihat mereka tiba-tiba ada didepanku.
BRUUUUuuuukkkkkkk!!!
Arin dan risky tiba-tiba memelukku secara bersamaan, mata mereka berkaca-kaca.
“Sabar ya
ngga...” risky berkata lirih dikupingku. Sedangkan arin masih memelukku sambil
terisak.
“Iya, makasih
ky... tapi kenapa kalian bisa tau? Aku menjawab sambil melepas pelukan mereka.
“Pagi tadi
orang-orang kompleks perumahanku ramai membicarakan kejadian kebakaran
dikompleksmu. Aku ditelfon risky, kalau ternyata itu rumah kamu. Ayahnya yang
menceritakannya. Jadi, kami langsung kesini tadi” Arin bercerita sambil
mengusap air matanya.
Memang rumah
kami agak berjauhan, karena beda kompleks. Rumah Arin sama Risky saja yang berdekatan
karena satu kompleks.
“Owh gitu,
yaudah gak usah nangis lagi. Pendekar kuq nangis.hehe” jawabku sambil meninju
tangan kanan arin.
“hehehe aku kan
juga cewek biasa ngga, aku sangat kawatir” jawab arin yang membuatku terharu.
Baru saja kami
ngobrol tiba-tiba...
“Ngga, ibu kamu
ngga..” Kata kak dion
“Ibuuukk, ibuk
sudah sadar???” aku langsung menghampiri ibu yang sudah mulai sadar.
“bentar ngga,
aku mau panggil dokter sama telfon mama papa, mungkin mereka belum jalan,masih
disekitar rumah sakit.
“Iya kak”
jawabku
Aku berdiri
disamping ibu,ditemani arin dan risky.
“Ibuk, ibuk gak
papa kan?ini angga buk... ibuk harus cepat sembuh.” Kataku sambil meneteskan
air mata.
“Anggaaa...
ma..ma..maafkan ibuk ya ngga,ibu tledor,hingga terjadi kebakaran dirumah kita.”
Jelas ibu sambil tebata-bata.
Ibu berusaha
menjelaskan apa yang terjadi. Belakangan diketahui kalau penyebab kebakaran
berasal dari dapur. Sepertinya ibu lagi menyiapkan makan siang seperti
biasa,namun karena kelelahan setelah seharian mengajar, sambil menunggu nasi
matang ia ketiduran dimeja makan dekat dapur,dan ahirnya terjadi kebakaran itu.
“Udah buk,ibuk
gak boleh mikirin apa-apa. Yang penting sekarang ibu cepet sembuh” jawabku
sambil memegang tangan ibu yang terbalut perban.
“Oh ya, Selamat
ulang tahun buk, angga sudah membelikan sesuatu buat ibuk, angga sengaja nabung
untuk membelikan ini” Aku mengeluarkan kalung dari saku,dan memberikannya pada
ibuk.
“Terimakasih ya
nak, kamu memang anak yang baik” jawab ibu sambil tersenyum
Tak lama
kemudian tante dian sama om idrus datang. Mereka belum jadi berangkat kerja,
baru sampai tempat parkir rumah sakit dan ditelfon oleh kak dion.
“Mba diaaaan”
ibu memanggil tante dian dengan suara yang sepertinya dipaksakan.
“iya dek fatma”
jawab tante dian sambil mendekati ibuk
“ Mba, boleh
saya minta tolong sama mba dian?”
“ Minta tolong
apa dik, kalu memang saya sanggup, pasti saya jalankan”
“Saya nitip
angga ya mba, mas ridwan sudah menjemputku. Saya harap mba dian menganggapnya
seperti anak sendiri” jelas ibu yang membuat semua orang yang ada didalam
ruangan langsung meneteskan air mata.
“Dik fatma gak
boleh bilang seperti itu, angga memang sudah saya anggap seperti anak sendiri
dik” Jawab tante dian sambil meneteskan
air mata
“Syukurlah kalau
begitu mba. Angga, kamu gak boleh nakal ya, kamu harus jadi lelaki tegar, kamu
gak boleh banyak merepotkan tante dian sama om idrus. Ya,,,?” kata ibu dengan
suara yang semakin lirih dan lemah,sesekali ia bernafas panjang,tampak seperti
kesusahan untuk bernafas normal.
“Ibuuuuk, kenapa
ibuk bilang seperti itu” aku berkata sambil mencium pipi ibu
“Angga, ada
sesuatu yang harus kamu tahu. Nanti kamu cari kotak kayu yang ibu simpan
dialmari kamar. Aku harap,kotak itu masih ada dan tak ikut terbakar. Disana ada
beberapa barang yang akan membantumu kelak, tante dian akan menceritakannya
semua, tapi nanti kalau kamu sudah berusia 17 tahun. Jadi kamu harus menunggu
waktu itu dengan sabar, kamu harus janji pada ibuk akan menjadi lelaki tegar..
janji???”
“Angga janji
buk” aku melingkarkan jari kelingking pada jari kelingking ibu.
“Mba dian, mas
idrus, tolong jaga angga sampai ia umur 17 ya, nanti tepat usianya ke17 tolong
ceritakan semua nya. Biar nanti ia memilih jalannya sendiri setelah itu,agar
dia menjadi lelaki yang tegar dan bertanggung jawab kelak.”
“Iya dik, kami
akan menjaga angga, sampai kapanpun. Angga akan menjadi bagian dari keluarga
kami” Om idrus menjawab, ibu tersenyum lega.
“Nak dion,
tolong jaga angga ya, tante tau kamu sangat sayang sama angga seperti adik
kandung sendiri, Arin sama risky juga, terimakasih sudah jadi teman angga yang
baik. Jaga persahabatan kalian ya”
“iya tante”
jawab kak dion,arin sm risky hampir bersamaan.
“Jaga diri
baik-baik ya ngga, ibu sayang sama angga.....” Jawab ibu dengan suara yang
semakin lirih dan lemah. Tangannya melepas kalung pemberianku, dan matanya
mulai terpejam.
“Ibuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuk!”
Jangan tinggalin angga.....!!!!!ibuuuuukkkkkk!!!
Aku berteriak histeris, semua orang meluapkan
tangisannya sambil mencoba menenangkanku.
Dokter datang
dan menyuruh kami keluar. Ibu ditangani dokter didalam sana, tapi sia-sia.
Dokter keluar dengan kabar yang membuatku ahirnya pingsan.
Entah sudah
berapa jam aku pingsan,tapi tiba-tiba aku tersadar dan sudah berada dikamar kak
dion. Memori 7 tahun yang lalu seperti kembali. Sama persis, ketika aku bangun,
terdengar suara gaduh diluar dan suara orang mengaji. Bedanya aku sekarang
dirumah tante dian karena rumahku sudah kebakaran. Dan disampingku sudah ada
sosok yang tak asing.
“Kak dion?”
Kataku dengan lirih
“angga, kamu
sudah sadar?”jawab kak dion sambil menghampiriku
Aku hanya
diam,sambil mengingat apa yang telah terjadi.
“Kak dion,
katakan kalau aku hanya bermimpi??? Iya kan??? Jangan diam saja kak,aku
mohon,katakan kalau aku hanya bermimpi!” aku sangat berharap semua hanya mimpi
atas apa yang telah terjadi.
“Sabar ya ngga,
kamu sudah janji akan menjadi yang tegar kan? Kak dion akan slalu ada
disampingmu” jawab kan dion sambil memelukku
“Engga
kak,engga.......!!! ibu gak boleh pergi,gak boleh!!!!” Aku menangis histeris
didalam kamar kak dion.
Prosesi
pemakaman ibu sudah selesai, aku memeluk gundukan tanah dimana ibu dikebumikan
disamping makam ayah. Satu persatu pelayat meninggalkan pemakaman,mulai
teman-teman sekolah,guru, teman-teman ibu,ayah,tetangga,dan semuanya. tinggal
aku, kak dion,arin, dan risky. Sedangkan tante dian dan om idrus sudah menunggu
kami dimobil. Tante dian gak kuat melihatku, dan om idrus mencoba
menenangkannya dan membawanya kemobil.
“Ibuuuu,
ayaaaah, kenapa kalian tega ninggalin aku sendiri didunia ini... aku sekarang
sendiri, aku sudah tidak punya siapa-siapa. Aku bingung...” aku menjerit
dipusaran makan ibu.
“Angga, kamu gak
boleh ngomong kayak gitu. Kamu masih punya kak dion, kamu punya keluarga baru,
mama sama papa sekarang jadi mama papa kamu juga. Kamu juga punya arin dan
risky yang selalu menemani kamu” kak dio menghiburku.
“Iya ngga,kak
dion benar,sebaiknya kita pulang sekarang” Risky menimpali
Mereka membujuku
untuk segera pulang, agak lama memang,karna aku masih ingin berada
dipemakaman,namun ahirnya aku luluh juga dan mau meninggalkan pemakaman.
“Angga, sekarang
kamu adalah bagian dari keluarga kami. Kamu bisa panggil om idrus jadi papa,
dan tante dian jadi mama kamu” jelas om idrus dimobil
“Iya ngga,kita
tepati janti terahir sama ibu kamu ya. Kamu juga sudah janji kan?” sambung
tante dian
“Iya tante,emmm
iya mah. Terimakasih” aku menjawab singkat.
Dirumah tante
dian, aku hanya berdiam diri berhari-hari dikamar yang sudah disiapkan tante
dian untukku. Tak ada semangat untuk melakukan apapun. Makanan yang disiapkan
bik inah dimeja samping tempat tidur tak pernah aku sentuh. Aku benar-benar
hanya diam dan tidak pernah menjawab setiap ada orang mengajakku bicara, meski
mereka selalu merayuku untuk makan,ataupun menghiburku dengan kata-kata lucu
agar aku tersenyum,atau mungkin sekedar untuk merespon apa yang mereka katakan.
Tapi aku sama sekali tak menghiraukannya. Aku hanya sibuk dengan pikiranku
sendiri,membayangkan jika ibu dan ayah masih ada bersamaku. Melewati hari-hari
bahagia bersama. Tak jarang aku tertawa sendiri atau bahkan tiba-tiba menangis
sendiri. Ya,aku depresi!
Bersambung...
***
0 coment�rios: