Home Top Ad

Responsive Ads Here

Apa? Sebuah album foto? Jadi, kotak kayu yang ibu maksud waktu itu, isinya Cuma album foto? Memang, apa istimewanya? Apakah album ini ...

Sebuah Rahasia [Eps 6]


Apa? Sebuah album foto? Jadi, kotak kayu yang ibu maksud waktu itu, isinya Cuma album foto? Memang, apa istimewanya? Apakah album ini berisi foto-foto yang belum pernah aku lihat sebelumnya? Ah, masa hanya untuk foto-foto saja, ibu sampai berpesan untuk menyimpannya.
Aku semakin penasaran, apa maksud dari semua ini, perlahan aku ambil album itu, dan aku buka dari depan. Papa sama mama hanya duduk memperhatikanku. Aku menoleh kearah mama, namun ia hanya tersenyum. 

Apa ini??? Kenapa halaman pertama kosong? Sepertinya ada foto yang lepas dihalaman pertama album ini. Aku menoleh kearah mama, dan ia hanya tersenyum lagi. Akupun kembali membuka album kehalaman berikutnya. Dihalaman kedua, ada foto-foto yang sepertinya aku kenal siapa yang ada difoto ini. Dua orang cewek dan dua orang cowok, memang terlihat lebih muda, tapi aku yakin! Salah satu cewek yang ada disitu adalah ibu. Sedangkan cowok yang satu adalah ayah! Iya benar, itu mereka.hehe lucu sekali. Ayah waktu muda terlihat gagah dan tampan, mungkin aku nanti akan seperti beliau! Hihi aku hanya bisa tertawa melihatnya. Cewek yang ada disampingnya juga sangat cantik, dan itu adalah foto ibu. “Hem, pantes ayah bisa jatuh cinta pada ibu”, gumamku. Dan 2 orang lainnya ini adalah... orang yang juga sudah tidak asing buatku! Aku menoleh kearah mama dan papa dan mereka kompak tersenyum bersama! Ya! Itu mereka!

“Hahaha ini foto ayah, ibu, mama, sama papa??? Yang agak beda Cuma papa, ada  kumisnya sekarang!hehehe” tanyaku pada mereka.
“Hehe papa dulu ganteng kan, gak kalah sama ayahmu!” jawab papa.
“Itu foto kami berempat waktu masih kuliah ngga, mama sama ibu kamu cantik kan?” timpal mama gak mau kalah.
“Iya ma, kenapa aku gak pernah liat foto ini ya? Lucu sekali” kataku sambil sedikit tertawa.
“Eh, lagi pada ngapain sih? Foto siapa itu dek?” Suara kak dion yang tiba-tiba ada disampingku.
“Hahaha ini kak, foto-foto ayah, ibu, mama, sama papa jaman dulu. Hehe sini kak kita lihat sama-sama..” jawabku.

Kak dion pun ikut melihat foto demi foto yang ada dialbumnya. Ahirnya kami berempat melihatnya sambil tertawa bersama diteras samping. Ini seperti album perjalanan hidup ayah ibu. Karena foto-foto itu diurutkan mulai dari foto ayah ibu yang masih kuliah, waktu pacaran, foto mereka waktu menikah didepan penghulu, foto ibu yang sedang mengandungku, fotoku waktu bayi mulai dari lahir sampai kanak-kanak. Semua komplit dan diurutkan dengan sangat rapih. Sampai ahirnya aku tiba-tiba meneteskan air mata ketika sampai difoto ulang tahunku yang ke 6. Itu membuatku flashback kembali kemasa itu. Dimana, kami sangat bahagia sekali. Ulang tahunku yang terahir kalinya dirayakan bersama ayah. Terlihat ayah berada disebelah kanan dan ibu berada disebelah kiri, dan mereka menciumku secara bersamaan, aku yang ditengah terlihat tersenyum bahagia.
Mama mengelus punggungku, dan tersenyum. Akupun mengusap air mataku yang ternyata sudah berlinang dipipi.

“Lanjut dek, kefoto berikutnya!” kata kak dion tiba-tiba.

Kamipun kembali melanjutkan melihat foto-foto berikutnya. Dan foto terahir adalah fotoku bersama ibu yang sedang berpelukan. Itu adalah foto lebaran terahir bersama ibu.
Setelah melihat foto-foto itu, hatiku semakin berkecamuk. Senang sekali bisa melihat foto-foto itu, dan sesuai janjiku pada ibu, sudah pasti ini akan aku simpan. Tapi timbul sebuah pertanyaan. Apa sebenarnya maksud ibu bikin album foto yang diurutkan seperti ini? Bukankah waktu itu dirumah juga sudah banyak album foto, walaupun tidak diurutkan serapih ini, tapi kenapa album yang ini begitu special hingga ibu ingin aku menyimpannya. Terus, dengan foto dihalaman pertama tadi, kenapa kosong? Kenapa sudah tidak ada foto disitu? 

“Emm mah, kira-kira apa maksud ibu bikin album foto ini dan ingin aku menyimpannya?” tanyaku pada mama
“Ya, mungkin ibu kamu tahu, kalau suatu saat nanti kamu pasti akan sangat merindukan mereka, jadi ibu kamu bikin sebuah album ringkasan dari semua foto keluarga kamu, jadi kamu bisa melihatnya kalau kamu merindukannya. Dan terbukti kan? Itu pasti sangat berharga buat kamu!” Jawab mama
“Iya, tapi maksud ibu waktu itu, kelak aku akan memerlukan ini, karena ini akan membantuku, dan tadi kenapa dihalaman pertama kosong sudah tidak ada fotonya?” tanyaku lagi
“Emm.. ya, gak tahu ngga, kita lihat saja nanti. Masalah foto dihalaman pertama kenapa tidak ada, mama juga tidak tahu” jawab mama sedikit gugup
“Sepertinya ibu waktu itu juga meminta mama untuk menceritakan sesuatu kepadaku. Memangnya, apa yang harus mama ceritakan?” tanyaku semakin penasaran.
“Emm.. itu kamu masih ingat ngga. Berarti kamu masih ingat juga kata ibu kamu, kapan aku boleh menceritakannya. Kalau kamu sudah umur 17 kan? Karna, ibu kamu ingin kamu lebih dewasa terlebih dahulu untuk menentukan pilihan kamu sendiri, sedangkan untuk sementara ini ibu kamu menitipkanmu pada papa sama mama. Itu pesan terahirnya, dan kamu pasti gak ingin mengecewakannya kan?” jelas mama
“Emm.. iya ma, kita akan tepati janji itu sama-sama. Berarti aku harus menunggu berumur 17 tahun” jawabku yang dibalas mama dengan sebuah senyuman lagi.

Sedikit terasa lega, ahirnya bisa melihat apa isi kotak kayu itu. Meski justru semakin membuatku penasaran karena muncul banyak pertanyaan. Tentang foto dihalaman pertama. Memang kosong, hilang, atau??? Mama menyembunyikannya? Kalau memang disembunyikan, memang foto apa itu, sampai aku tak boleh melihatnya? Satu lagi, tentang sesuatu yang harus diceritakan mama kepadaku nanti diusia 17 tahun. Ribet amat! Bertele-tele! Apa bedanya cerita sekarang atau nanti? Toh intinya aku  bisa mengerti apa yang diceritakan. Tapi, sudahlah... pasti ibu dan mama punya alasan sendiri kenapa harus menunggu sampai aku usia 17 tahun. Setidaknya mereka bilang diusia itu aku dipandang sudah cukup dewasa untuk menerima dan memutuskan sesuatu. 

Tiga tahun lagi, tiga tahun lagi aku harus menunggu saat itu. Itu akan sangat lama kalau aku menghitung dari hari kehari dan melingkari setiap tanggalnya. Tapi akan terasa cepat kalau aku tidak terlalu memikirkannya, dan menikmati apa yang ada sekarang. Ya! Aku tidak harus menunggu waktunya datang dengan memikirkannya setiap hari. Jalankan dan nikmati apa yang ada sekarang, dan itu artinya saat ini aku harus mempersiapkan diri untuk UAN SMP ku agar hasilnya maksimal, dan bisa diterima di SMA favorite dan membuat mama dan papa bangga padaku. Hanya itu yang bisa aku perbuat sekarang untuk mengucapkan terima kasih atas apa yang mereka berikan padaku selama ini.
###
Aku baru pulang dari les tambahan sore ini, baru saja aku masuk pekarangan rumah, tapi aku mendengar suara ribut didalam rumah. Tak sengaja aku mendengar beberapa percakapan mereka. Sepertinya itu suara kak dion dan mama. Aku hanya berdiri didepan pintu, karena tak enak ingin masuk.

“Tidak ma! Dion gak mau! Pokoknya gak mau! Biarkan dion yang memilih! Karna dion yang nanti akan menjalaninya!” suara kak dion terdengar keras.
“Dengerin kata-kata mama dion! Ini juga buat kebaikan kamu! Buat masa depan kamu!” suara mama tak kalah keras.
“Sudahlah, yang jelas dion gak mau! Titik!” jawab kak dion sambil meninggalkan mama.
Tak lama kemudian, kak dion keluar, ia sempat kaget ketika melihatku berada didepan pintu.
“Kak, kak dion gak papa?” tanyaku sedikit hati-hati.
“Gak papa, kak dion mau sendiri dulu ngga!” jawab kak dion dan berlalu meninggalkanku dan pergi dengan motornya.

Aku yang masih bertanya-tanya ahirnya memberanikan diri masuk rumah, ternyata mama sudah tak ada, mungkin masuk kekamarnya. Sebenarnya apa yang baru saja terjadi? Kenapa mama sampai bertengkar dengan kak dion? Seumur-umur, aku baru melihat mereka beradu argumen masing-masing dengan suara keras seperti itu. Aku segera masuk kamar, mandi dan belajar, sampai ahirnya mama memanggilku untuk makan malam.

“Bagaimana dengan sekolah kamu hari ini ngga? Sudah siap belum menghadapi UAN?” tanya mama memecah keheningan dimeja makan.
“Emm, sudah ma, insya allah...  disekolah lagi banyak les tambahan buat nyiapin UAN” jawabku.
“Yasudah, kamu harus rajin belajar ya, biar bisa dapet nilai maksimal nanti. Mama yakin, kamu pasti bisa menghadapi UAN dengan baik, jangan lupa istirahat yang cukup, jaga kesehatan!” mama menasehati.
“Iya ma, pasti”
Suasana kembali hening, semua sibuk dengan makanan dipiring masing-masing. Kak dion juga diam saja dari tadi. Entah kenapa, tapi aku tak suka suasana seperti ini. Sebenarnya ada masalah apa? Sebenarnya ingin sekali aku menanyakannya, tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat.
###
 “Hayoooo!!! Bengong mulu!!! Kesambet loh!” Suara arin tiba-tiba mengagetkanku.
“Ah, kamu rin! Ngagetin aja! Mau bikin aku jantungan apa!” jawabku sewot.
“Hehe iya, sory.. sory.. abisnya aku perhatiin dari jam pertama tadi kerjaanmu melamun mulu! Ada apa sih? Ada masalah ya?” tanya arin.
“Ah, engga..” jawabku singkat.
“Hayooooo!!! Malah pada pacaran disini! Dicariin dari tadi juga! Heh rin, dicari tuh sama bu hera, ditunggu dimejanya sekarang!” Risky tiba-tiba datang mengahampiri kami.
“Bu hera? Ada apa lagi sih, kemaren nyuruh bagiin hasil ulangan, sekarang apa lagi coba! Hah, ganggu aja deh! Yauda, aku kesana dulu! Ntar kalau kekantin, aku pesenin bakso ya! Ntar aku nyusul.. oke!” kata arin sambil pergi keruang guru.
“Iya bawel...! eh ngga, ada apa sih kamu? Seharian ini manyun mulu!” kata risky sambil duduk disampingku.
“Ah engga ky, Cuma kepikiran kak dion!” jawabku.
“Kak dion? Emang kenapa?” tanya risky.
“Kemarin kak dion bertengkar sama mama, aku sih gak tau masalahnya, tapi aku mendengar mama bilang demi kebaikan kak dion lah, masa depan lah, apa maksudnya ya ky?” jelasku pada risky.
“Dijodohin!” jawab risky dengan singkat.
“Maksudnya??? Kak dion mau dijodohin gitu sama mama?”
“Mungkin! Dan kak dion gak mau. Tapi, itu kan juga Cuma dugaanku, gak tau juga sebenarnya!hahaha”
“Masuk akal sih ky, Tapi kan kak dion baru mau lulus SMA, masa mau dijodohin?” jawabku heran.
“Kenapa gak kamu tanyain aja langsung kak dion!”
“Gak enak lah ky, takut dikira nyampurin urusannya ntar!”
“Yaudahlah, gak usa dipikirin juga, emang kalau kak dion bener dijodohin, rugi apa kamu? Hahaha udah yuk kekantin, laper nih, keburu jam istirahat habis!” kata risky sambil menarikku kekantin.

Dijodohin? Masa iya kak dion mau dijodohin? Dia kan baru mau lulus SMA. Tapi masuk akal juga sih, mungkin mama mau ngenalin anak temennya, temen mama kan banyak. Lagi pula selama ini kak dion juga gak pernah ngenalin temen perempuannya, atau pacarnya. Eh, tapi bener juga kata risky! Kalau memang dijodohkan, emang aku rugi apa? Ah, gak tau ah!

Hari ini seperti biasa aku pulang sore karena ada les tambahan. Sepertinya akan menjadi pikiran terus kalau aku tidak menanyakan masalah ini. Setelah makan malam, aku menyusul kak dion kekamarnya. Aku cari-cari, ternyata ia sedang duduk dibalkon kamarnya sambil memainkan gitar. Aku hanya berdiri dibelakangnya, sambil mendengarkan petikan gitarnya.

“Sampai kapan kamu matung disitu ngga? Gak pegel emangnya?” kata kak dion tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
“Eh.. emm kak dion! Gak nyangka kak dion pintar memainkan gitar!” Jawabku sedikit salah tingkah.
“Duduk sini, kenapa tumben malem-malem nyari kak dion?” tanya kak dion.
“Emmm gak papa kuq kak!”
“Uda, gak usah bohong, kakak tau kamu sedang memikirkan sesuatu!”
“Eh iya kak, maaf. Sebenarnya angga Cuma mau nanyain tentang pertengkaran kak dion sama mama kemarin. Emangnya ada masalah apa sih kak?”
“Gak ada apa-apa kuq!”
“Tuh kan, sekarang kak dion yang gak mau cerita!”
“Gak ada apa-apa ngga, kak dion Cuma gak mau nurutin kemauan mama. Itu saja!”
“Tentang???”
“Kenapa sih, kamu ngebet banget pengin tau! Hehe”
“Iiiih, kak dion nih, ditanyain serius juga! Terus kenapa kak dion gak mau nurutin kemauan mama???”
“Karenaaaa.... kamu!”
“Karena aku? Maksud kak dion?”
“Yaudahlah, yang penting sekarang kamu istirahat, udah malem! Besuk sekolah! Oke, sana tidur!” jawab kak dion sambil mendorongku keluar kamarnya.
Karena aku??? Maksud kak dion???

0 coment�rios: