Apa? Sebuah
album foto? Jadi, kotak kayu yang ibu maksud waktu itu, isinya Cuma album foto?
Memang, apa istimewanya? Apakah album ini berisi foto-foto yang belum pernah
aku lihat sebelumnya? Ah, masa hanya untuk foto-foto saja, ibu sampai berpesan
untuk menyimpannya.
Aku semakin penasaran,
apa maksud dari semua ini, perlahan aku ambil album itu, dan aku buka dari
depan. Papa sama mama hanya duduk memperhatikanku. Aku menoleh kearah mama,
namun ia hanya tersenyum.
Apa ini???
Kenapa halaman pertama kosong? Sepertinya ada foto yang lepas dihalaman pertama
album ini. Aku menoleh kearah mama, dan ia hanya tersenyum lagi. Akupun kembali
membuka album kehalaman berikutnya. Dihalaman kedua, ada foto-foto yang
sepertinya aku kenal siapa yang ada difoto ini. Dua orang cewek dan dua orang
cowok, memang terlihat lebih muda, tapi aku yakin! Salah satu cewek yang ada
disitu adalah ibu. Sedangkan cowok yang satu adalah ayah! Iya benar, itu
mereka.hehe lucu sekali. Ayah waktu muda terlihat gagah dan tampan, mungkin aku
nanti akan seperti beliau! Hihi aku hanya bisa tertawa melihatnya. Cewek yang
ada disampingnya juga sangat cantik, dan itu adalah foto ibu. “Hem, pantes ayah
bisa jatuh cinta pada ibu”, gumamku. Dan 2 orang lainnya ini adalah... orang yang
juga sudah tidak asing buatku! Aku menoleh kearah mama dan papa dan mereka
kompak tersenyum bersama! Ya! Itu mereka!
“Hahaha ini foto
ayah, ibu, mama, sama papa??? Yang agak beda Cuma papa, ada kumisnya sekarang!hehehe” tanyaku pada mereka.
“Hehe papa dulu
ganteng kan, gak kalah sama ayahmu!” jawab papa.
“Itu foto kami
berempat waktu masih kuliah ngga, mama sama ibu kamu cantik kan?” timpal mama
gak mau kalah.
“Iya ma, kenapa
aku gak pernah liat foto ini ya? Lucu sekali” kataku sambil sedikit tertawa.
“Eh, lagi pada
ngapain sih? Foto siapa itu dek?” Suara kak dion yang tiba-tiba ada
disampingku.
“Hahaha ini kak,
foto-foto ayah, ibu, mama, sama papa jaman dulu. Hehe sini kak kita lihat
sama-sama..” jawabku.
Kak dion pun
ikut melihat foto demi foto yang ada dialbumnya. Ahirnya kami berempat
melihatnya sambil tertawa bersama diteras samping. Ini seperti album perjalanan
hidup ayah ibu. Karena foto-foto itu diurutkan mulai dari foto ayah ibu yang
masih kuliah, waktu pacaran, foto mereka waktu menikah didepan penghulu, foto
ibu yang sedang mengandungku, fotoku waktu bayi mulai dari lahir sampai
kanak-kanak. Semua komplit dan diurutkan dengan sangat rapih. Sampai ahirnya
aku tiba-tiba meneteskan air mata ketika sampai difoto ulang tahunku yang ke 6.
Itu membuatku flashback kembali kemasa itu. Dimana, kami sangat bahagia sekali.
Ulang tahunku yang terahir kalinya dirayakan bersama ayah. Terlihat ayah berada
disebelah kanan dan ibu berada disebelah kiri, dan mereka menciumku secara
bersamaan, aku yang ditengah terlihat tersenyum bahagia.
Mama mengelus
punggungku, dan tersenyum. Akupun mengusap air mataku yang ternyata sudah
berlinang dipipi.
“Lanjut dek,
kefoto berikutnya!” kata kak dion tiba-tiba.
Kamipun kembali
melanjutkan melihat foto-foto berikutnya. Dan foto terahir adalah fotoku
bersama ibu yang sedang berpelukan. Itu adalah foto lebaran terahir bersama
ibu.
Setelah melihat
foto-foto itu, hatiku semakin berkecamuk. Senang sekali bisa melihat foto-foto
itu, dan sesuai janjiku pada ibu, sudah pasti ini akan aku simpan. Tapi timbul
sebuah pertanyaan. Apa sebenarnya maksud ibu bikin album foto yang diurutkan
seperti ini? Bukankah waktu itu dirumah juga sudah banyak album foto, walaupun
tidak diurutkan serapih ini, tapi kenapa album yang ini begitu special hingga
ibu ingin aku menyimpannya. Terus, dengan foto dihalaman pertama tadi, kenapa
kosong? Kenapa sudah tidak ada foto disitu?
“Emm mah,
kira-kira apa maksud ibu bikin album foto ini dan ingin aku menyimpannya?”
tanyaku pada mama
“Ya, mungkin ibu
kamu tahu, kalau suatu saat nanti kamu pasti akan sangat merindukan mereka,
jadi ibu kamu bikin sebuah album ringkasan dari semua foto keluarga kamu, jadi
kamu bisa melihatnya kalau kamu merindukannya. Dan terbukti kan? Itu pasti
sangat berharga buat kamu!” Jawab mama
“Iya, tapi
maksud ibu waktu itu, kelak aku akan memerlukan ini, karena ini akan
membantuku, dan tadi kenapa dihalaman pertama kosong sudah tidak ada fotonya?”
tanyaku lagi
“Emm.. ya, gak
tahu ngga, kita lihat saja nanti. Masalah foto dihalaman pertama kenapa tidak
ada, mama juga tidak tahu” jawab mama sedikit gugup
“Sepertinya ibu
waktu itu juga meminta mama untuk menceritakan sesuatu kepadaku. Memangnya, apa
yang harus mama ceritakan?” tanyaku semakin penasaran.
“Emm.. itu kamu
masih ingat ngga. Berarti kamu masih ingat juga kata ibu kamu, kapan aku boleh
menceritakannya. Kalau kamu sudah umur 17 kan? Karna, ibu kamu ingin kamu lebih
dewasa terlebih dahulu untuk menentukan pilihan kamu sendiri, sedangkan untuk
sementara ini ibu kamu menitipkanmu pada papa sama mama. Itu pesan terahirnya,
dan kamu pasti gak ingin mengecewakannya kan?” jelas mama
“Emm.. iya ma,
kita akan tepati janji itu sama-sama. Berarti aku harus menunggu berumur 17
tahun” jawabku yang dibalas mama dengan sebuah senyuman lagi.
Sedikit terasa
lega, ahirnya bisa melihat apa isi kotak kayu itu. Meski justru semakin
membuatku penasaran karena muncul banyak pertanyaan. Tentang foto dihalaman
pertama. Memang kosong, hilang, atau??? Mama menyembunyikannya? Kalau memang
disembunyikan, memang foto apa itu, sampai aku tak boleh melihatnya? Satu lagi,
tentang sesuatu yang harus diceritakan mama kepadaku nanti diusia 17 tahun.
Ribet amat! Bertele-tele! Apa bedanya cerita sekarang atau nanti? Toh intinya
aku bisa mengerti apa yang diceritakan.
Tapi, sudahlah... pasti ibu dan mama punya alasan sendiri kenapa harus menunggu
sampai aku usia 17 tahun. Setidaknya mereka bilang diusia itu aku dipandang
sudah cukup dewasa untuk menerima dan memutuskan sesuatu.
Tiga tahun lagi,
tiga tahun lagi aku harus menunggu saat itu. Itu akan sangat lama kalau aku
menghitung dari hari kehari dan melingkari setiap tanggalnya. Tapi akan terasa
cepat kalau aku tidak terlalu memikirkannya, dan menikmati apa yang ada
sekarang. Ya! Aku tidak harus menunggu waktunya datang dengan memikirkannya
setiap hari. Jalankan dan nikmati apa yang ada sekarang, dan itu artinya saat
ini aku harus mempersiapkan diri untuk UAN SMP ku agar hasilnya maksimal, dan
bisa diterima di SMA favorite dan membuat mama dan papa bangga padaku. Hanya
itu yang bisa aku perbuat sekarang untuk mengucapkan terima kasih atas apa yang
mereka berikan padaku selama ini.
###
Aku baru pulang
dari les tambahan sore ini, baru saja aku masuk pekarangan rumah, tapi aku
mendengar suara ribut didalam rumah. Tak sengaja aku mendengar beberapa
percakapan mereka. Sepertinya itu suara kak dion dan mama. Aku hanya berdiri
didepan pintu, karena tak enak ingin masuk.
“Tidak ma! Dion
gak mau! Pokoknya gak mau! Biarkan dion yang memilih! Karna dion yang nanti
akan menjalaninya!” suara kak dion terdengar keras.
“Dengerin
kata-kata mama dion! Ini juga buat kebaikan kamu! Buat masa depan kamu!” suara
mama tak kalah keras.
“Sudahlah, yang
jelas dion gak mau! Titik!” jawab kak dion sambil meninggalkan mama.
Tak lama
kemudian, kak dion keluar, ia sempat kaget ketika melihatku berada didepan
pintu.
“Kak, kak dion
gak papa?” tanyaku sedikit hati-hati.
“Gak papa, kak
dion mau sendiri dulu ngga!” jawab kak dion dan berlalu meninggalkanku dan
pergi dengan motornya.
Aku yang masih
bertanya-tanya ahirnya memberanikan diri masuk rumah, ternyata mama sudah tak
ada, mungkin masuk kekamarnya. Sebenarnya apa yang baru saja terjadi? Kenapa
mama sampai bertengkar dengan kak dion? Seumur-umur, aku baru melihat mereka
beradu argumen masing-masing dengan suara keras seperti itu. Aku segera masuk
kamar, mandi dan belajar, sampai ahirnya mama memanggilku untuk makan malam.
“Bagaimana
dengan sekolah kamu hari ini ngga? Sudah siap belum menghadapi UAN?” tanya mama
memecah keheningan dimeja makan.
“Emm, sudah ma,
insya allah... disekolah lagi banyak les
tambahan buat nyiapin UAN” jawabku.
“Yasudah, kamu
harus rajin belajar ya, biar bisa dapet nilai maksimal nanti. Mama yakin, kamu
pasti bisa menghadapi UAN dengan baik, jangan lupa istirahat yang cukup, jaga
kesehatan!” mama menasehati.
“Iya ma, pasti”
Suasana kembali
hening, semua sibuk dengan makanan dipiring masing-masing. Kak dion juga diam
saja dari tadi. Entah kenapa, tapi aku tak suka suasana seperti ini. Sebenarnya
ada masalah apa? Sebenarnya ingin sekali aku menanyakannya, tapi sepertinya ini
bukan waktu yang tepat.
###
“Hayoooo!!! Bengong mulu!!! Kesambet loh!”
Suara arin tiba-tiba mengagetkanku.
“Ah, kamu rin!
Ngagetin aja! Mau bikin aku jantungan apa!” jawabku sewot.
“Hehe iya,
sory.. sory.. abisnya aku perhatiin dari jam pertama tadi kerjaanmu melamun
mulu! Ada apa sih? Ada masalah ya?” tanya arin.
“Ah, engga..”
jawabku singkat.
“Hayooooo!!!
Malah pada pacaran disini! Dicariin dari tadi juga! Heh rin, dicari tuh sama bu
hera, ditunggu dimejanya sekarang!” Risky tiba-tiba datang mengahampiri kami.
“Bu hera? Ada
apa lagi sih, kemaren nyuruh bagiin hasil ulangan, sekarang apa lagi coba! Hah,
ganggu aja deh! Yauda, aku kesana dulu! Ntar kalau kekantin, aku pesenin bakso
ya! Ntar aku nyusul.. oke!” kata arin sambil pergi keruang guru.
“Iya bawel...!
eh ngga, ada apa sih kamu? Seharian ini manyun mulu!” kata risky sambil duduk
disampingku.
“Ah engga ky,
Cuma kepikiran kak dion!” jawabku.
“Kak dion? Emang
kenapa?” tanya risky.
“Kemarin kak
dion bertengkar sama mama, aku sih gak tau masalahnya, tapi aku mendengar mama
bilang demi kebaikan kak dion lah, masa depan lah, apa maksudnya ya ky?”
jelasku pada risky.
“Dijodohin!”
jawab risky dengan singkat.
“Maksudnya???
Kak dion mau dijodohin gitu sama mama?”
“Mungkin! Dan
kak dion gak mau. Tapi, itu kan juga Cuma dugaanku, gak tau juga
sebenarnya!hahaha”
“Masuk akal sih
ky, Tapi kan kak dion baru mau lulus SMA, masa mau dijodohin?” jawabku heran.
“Kenapa gak kamu
tanyain aja langsung kak dion!”
“Gak enak lah
ky, takut dikira nyampurin urusannya ntar!”
“Yaudahlah, gak
usa dipikirin juga, emang kalau kak dion bener dijodohin, rugi apa kamu? Hahaha
udah yuk kekantin, laper nih, keburu jam istirahat habis!” kata risky sambil
menarikku kekantin.
Dijodohin? Masa
iya kak dion mau dijodohin? Dia kan baru mau lulus SMA. Tapi masuk akal juga
sih, mungkin mama mau ngenalin anak temennya, temen mama kan banyak. Lagi pula
selama ini kak dion juga gak pernah ngenalin temen perempuannya, atau pacarnya.
Eh, tapi bener juga kata risky! Kalau memang dijodohkan, emang aku rugi apa?
Ah, gak tau ah!
Hari ini seperti
biasa aku pulang sore karena ada les tambahan. Sepertinya akan menjadi pikiran
terus kalau aku tidak menanyakan masalah ini. Setelah makan malam, aku menyusul
kak dion kekamarnya. Aku cari-cari, ternyata ia sedang duduk dibalkon kamarnya
sambil memainkan gitar. Aku hanya berdiri dibelakangnya, sambil mendengarkan
petikan gitarnya.
“Sampai kapan
kamu matung disitu ngga? Gak pegel emangnya?” kata kak dion tiba-tiba
membuyarkan lamunanku.
“Eh.. emm kak
dion! Gak nyangka kak dion pintar memainkan gitar!” Jawabku sedikit salah
tingkah.
“Duduk sini,
kenapa tumben malem-malem nyari kak dion?” tanya kak dion.
“Emmm gak papa
kuq kak!”
“Uda, gak usah
bohong, kakak tau kamu sedang memikirkan sesuatu!”
“Eh iya kak,
maaf. Sebenarnya angga Cuma mau nanyain tentang pertengkaran kak dion sama mama
kemarin. Emangnya ada masalah apa sih kak?”
“Gak ada apa-apa
kuq!”
“Tuh kan,
sekarang kak dion yang gak mau cerita!”
“Gak ada apa-apa
ngga, kak dion Cuma gak mau nurutin kemauan mama. Itu saja!”
“Tentang???”
“Kenapa sih,
kamu ngebet banget pengin tau! Hehe”
“Iiiih, kak dion
nih, ditanyain serius juga! Terus kenapa kak dion gak mau nurutin kemauan
mama???”
“Karenaaaa....
kamu!”
“Karena aku?
Maksud kak dion?”
“Yaudahlah, yang
penting sekarang kamu istirahat, udah malem! Besuk sekolah! Oke, sana tidur!”
jawab kak dion sambil mendorongku keluar kamarnya.
Karena aku???
Maksud kak dion???
0 coment�rios: