Home Top Ad

Responsive Ads Here

Apa? Sebuah album foto? Jadi, kotak kayu yang ibu maksud waktu itu, isinya Cuma album foto? Memang, apa istimewanya? Apakah album ini ...

Sebuah Rahasia [Eps 6]


Apa? Sebuah album foto? Jadi, kotak kayu yang ibu maksud waktu itu, isinya Cuma album foto? Memang, apa istimewanya? Apakah album ini berisi foto-foto yang belum pernah aku lihat sebelumnya? Ah, masa hanya untuk foto-foto saja, ibu sampai berpesan untuk menyimpannya.
Aku semakin penasaran, apa maksud dari semua ini, perlahan aku ambil album itu, dan aku buka dari depan. Papa sama mama hanya duduk memperhatikanku. Aku menoleh kearah mama, namun ia hanya tersenyum. 

Apa ini??? Kenapa halaman pertama kosong? Sepertinya ada foto yang lepas dihalaman pertama album ini. Aku menoleh kearah mama, dan ia hanya tersenyum lagi. Akupun kembali membuka album kehalaman berikutnya. Dihalaman kedua, ada foto-foto yang sepertinya aku kenal siapa yang ada difoto ini. Dua orang cewek dan dua orang cowok, memang terlihat lebih muda, tapi aku yakin! Salah satu cewek yang ada disitu adalah ibu. Sedangkan cowok yang satu adalah ayah! Iya benar, itu mereka.hehe lucu sekali. Ayah waktu muda terlihat gagah dan tampan, mungkin aku nanti akan seperti beliau! Hihi aku hanya bisa tertawa melihatnya. Cewek yang ada disampingnya juga sangat cantik, dan itu adalah foto ibu. “Hem, pantes ayah bisa jatuh cinta pada ibu”, gumamku. Dan 2 orang lainnya ini adalah... orang yang juga sudah tidak asing buatku! Aku menoleh kearah mama dan papa dan mereka kompak tersenyum bersama! Ya! Itu mereka!

“Hahaha ini foto ayah, ibu, mama, sama papa??? Yang agak beda Cuma papa, ada  kumisnya sekarang!hehehe” tanyaku pada mereka.
“Hehe papa dulu ganteng kan, gak kalah sama ayahmu!” jawab papa.
“Itu foto kami berempat waktu masih kuliah ngga, mama sama ibu kamu cantik kan?” timpal mama gak mau kalah.
“Iya ma, kenapa aku gak pernah liat foto ini ya? Lucu sekali” kataku sambil sedikit tertawa.
“Eh, lagi pada ngapain sih? Foto siapa itu dek?” Suara kak dion yang tiba-tiba ada disampingku.
“Hahaha ini kak, foto-foto ayah, ibu, mama, sama papa jaman dulu. Hehe sini kak kita lihat sama-sama..” jawabku.

Kak dion pun ikut melihat foto demi foto yang ada dialbumnya. Ahirnya kami berempat melihatnya sambil tertawa bersama diteras samping. Ini seperti album perjalanan hidup ayah ibu. Karena foto-foto itu diurutkan mulai dari foto ayah ibu yang masih kuliah, waktu pacaran, foto mereka waktu menikah didepan penghulu, foto ibu yang sedang mengandungku, fotoku waktu bayi mulai dari lahir sampai kanak-kanak. Semua komplit dan diurutkan dengan sangat rapih. Sampai ahirnya aku tiba-tiba meneteskan air mata ketika sampai difoto ulang tahunku yang ke 6. Itu membuatku flashback kembali kemasa itu. Dimana, kami sangat bahagia sekali. Ulang tahunku yang terahir kalinya dirayakan bersama ayah. Terlihat ayah berada disebelah kanan dan ibu berada disebelah kiri, dan mereka menciumku secara bersamaan, aku yang ditengah terlihat tersenyum bahagia.
Mama mengelus punggungku, dan tersenyum. Akupun mengusap air mataku yang ternyata sudah berlinang dipipi.

“Lanjut dek, kefoto berikutnya!” kata kak dion tiba-tiba.

Kamipun kembali melanjutkan melihat foto-foto berikutnya. Dan foto terahir adalah fotoku bersama ibu yang sedang berpelukan. Itu adalah foto lebaran terahir bersama ibu.
Setelah melihat foto-foto itu, hatiku semakin berkecamuk. Senang sekali bisa melihat foto-foto itu, dan sesuai janjiku pada ibu, sudah pasti ini akan aku simpan. Tapi timbul sebuah pertanyaan. Apa sebenarnya maksud ibu bikin album foto yang diurutkan seperti ini? Bukankah waktu itu dirumah juga sudah banyak album foto, walaupun tidak diurutkan serapih ini, tapi kenapa album yang ini begitu special hingga ibu ingin aku menyimpannya. Terus, dengan foto dihalaman pertama tadi, kenapa kosong? Kenapa sudah tidak ada foto disitu? 

“Emm mah, kira-kira apa maksud ibu bikin album foto ini dan ingin aku menyimpannya?” tanyaku pada mama
“Ya, mungkin ibu kamu tahu, kalau suatu saat nanti kamu pasti akan sangat merindukan mereka, jadi ibu kamu bikin sebuah album ringkasan dari semua foto keluarga kamu, jadi kamu bisa melihatnya kalau kamu merindukannya. Dan terbukti kan? Itu pasti sangat berharga buat kamu!” Jawab mama
“Iya, tapi maksud ibu waktu itu, kelak aku akan memerlukan ini, karena ini akan membantuku, dan tadi kenapa dihalaman pertama kosong sudah tidak ada fotonya?” tanyaku lagi
“Emm.. ya, gak tahu ngga, kita lihat saja nanti. Masalah foto dihalaman pertama kenapa tidak ada, mama juga tidak tahu” jawab mama sedikit gugup
“Sepertinya ibu waktu itu juga meminta mama untuk menceritakan sesuatu kepadaku. Memangnya, apa yang harus mama ceritakan?” tanyaku semakin penasaran.
“Emm.. itu kamu masih ingat ngga. Berarti kamu masih ingat juga kata ibu kamu, kapan aku boleh menceritakannya. Kalau kamu sudah umur 17 kan? Karna, ibu kamu ingin kamu lebih dewasa terlebih dahulu untuk menentukan pilihan kamu sendiri, sedangkan untuk sementara ini ibu kamu menitipkanmu pada papa sama mama. Itu pesan terahirnya, dan kamu pasti gak ingin mengecewakannya kan?” jelas mama
“Emm.. iya ma, kita akan tepati janji itu sama-sama. Berarti aku harus menunggu berumur 17 tahun” jawabku yang dibalas mama dengan sebuah senyuman lagi.

Sedikit terasa lega, ahirnya bisa melihat apa isi kotak kayu itu. Meski justru semakin membuatku penasaran karena muncul banyak pertanyaan. Tentang foto dihalaman pertama. Memang kosong, hilang, atau??? Mama menyembunyikannya? Kalau memang disembunyikan, memang foto apa itu, sampai aku tak boleh melihatnya? Satu lagi, tentang sesuatu yang harus diceritakan mama kepadaku nanti diusia 17 tahun. Ribet amat! Bertele-tele! Apa bedanya cerita sekarang atau nanti? Toh intinya aku  bisa mengerti apa yang diceritakan. Tapi, sudahlah... pasti ibu dan mama punya alasan sendiri kenapa harus menunggu sampai aku usia 17 tahun. Setidaknya mereka bilang diusia itu aku dipandang sudah cukup dewasa untuk menerima dan memutuskan sesuatu. 

Tiga tahun lagi, tiga tahun lagi aku harus menunggu saat itu. Itu akan sangat lama kalau aku menghitung dari hari kehari dan melingkari setiap tanggalnya. Tapi akan terasa cepat kalau aku tidak terlalu memikirkannya, dan menikmati apa yang ada sekarang. Ya! Aku tidak harus menunggu waktunya datang dengan memikirkannya setiap hari. Jalankan dan nikmati apa yang ada sekarang, dan itu artinya saat ini aku harus mempersiapkan diri untuk UAN SMP ku agar hasilnya maksimal, dan bisa diterima di SMA favorite dan membuat mama dan papa bangga padaku. Hanya itu yang bisa aku perbuat sekarang untuk mengucapkan terima kasih atas apa yang mereka berikan padaku selama ini.
###
Aku baru pulang dari les tambahan sore ini, baru saja aku masuk pekarangan rumah, tapi aku mendengar suara ribut didalam rumah. Tak sengaja aku mendengar beberapa percakapan mereka. Sepertinya itu suara kak dion dan mama. Aku hanya berdiri didepan pintu, karena tak enak ingin masuk.

“Tidak ma! Dion gak mau! Pokoknya gak mau! Biarkan dion yang memilih! Karna dion yang nanti akan menjalaninya!” suara kak dion terdengar keras.
“Dengerin kata-kata mama dion! Ini juga buat kebaikan kamu! Buat masa depan kamu!” suara mama tak kalah keras.
“Sudahlah, yang jelas dion gak mau! Titik!” jawab kak dion sambil meninggalkan mama.
Tak lama kemudian, kak dion keluar, ia sempat kaget ketika melihatku berada didepan pintu.
“Kak, kak dion gak papa?” tanyaku sedikit hati-hati.
“Gak papa, kak dion mau sendiri dulu ngga!” jawab kak dion dan berlalu meninggalkanku dan pergi dengan motornya.

Aku yang masih bertanya-tanya ahirnya memberanikan diri masuk rumah, ternyata mama sudah tak ada, mungkin masuk kekamarnya. Sebenarnya apa yang baru saja terjadi? Kenapa mama sampai bertengkar dengan kak dion? Seumur-umur, aku baru melihat mereka beradu argumen masing-masing dengan suara keras seperti itu. Aku segera masuk kamar, mandi dan belajar, sampai ahirnya mama memanggilku untuk makan malam.

“Bagaimana dengan sekolah kamu hari ini ngga? Sudah siap belum menghadapi UAN?” tanya mama memecah keheningan dimeja makan.
“Emm, sudah ma, insya allah...  disekolah lagi banyak les tambahan buat nyiapin UAN” jawabku.
“Yasudah, kamu harus rajin belajar ya, biar bisa dapet nilai maksimal nanti. Mama yakin, kamu pasti bisa menghadapi UAN dengan baik, jangan lupa istirahat yang cukup, jaga kesehatan!” mama menasehati.
“Iya ma, pasti”
Suasana kembali hening, semua sibuk dengan makanan dipiring masing-masing. Kak dion juga diam saja dari tadi. Entah kenapa, tapi aku tak suka suasana seperti ini. Sebenarnya ada masalah apa? Sebenarnya ingin sekali aku menanyakannya, tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat.
###
 “Hayoooo!!! Bengong mulu!!! Kesambet loh!” Suara arin tiba-tiba mengagetkanku.
“Ah, kamu rin! Ngagetin aja! Mau bikin aku jantungan apa!” jawabku sewot.
“Hehe iya, sory.. sory.. abisnya aku perhatiin dari jam pertama tadi kerjaanmu melamun mulu! Ada apa sih? Ada masalah ya?” tanya arin.
“Ah, engga..” jawabku singkat.
“Hayooooo!!! Malah pada pacaran disini! Dicariin dari tadi juga! Heh rin, dicari tuh sama bu hera, ditunggu dimejanya sekarang!” Risky tiba-tiba datang mengahampiri kami.
“Bu hera? Ada apa lagi sih, kemaren nyuruh bagiin hasil ulangan, sekarang apa lagi coba! Hah, ganggu aja deh! Yauda, aku kesana dulu! Ntar kalau kekantin, aku pesenin bakso ya! Ntar aku nyusul.. oke!” kata arin sambil pergi keruang guru.
“Iya bawel...! eh ngga, ada apa sih kamu? Seharian ini manyun mulu!” kata risky sambil duduk disampingku.
“Ah engga ky, Cuma kepikiran kak dion!” jawabku.
“Kak dion? Emang kenapa?” tanya risky.
“Kemarin kak dion bertengkar sama mama, aku sih gak tau masalahnya, tapi aku mendengar mama bilang demi kebaikan kak dion lah, masa depan lah, apa maksudnya ya ky?” jelasku pada risky.
“Dijodohin!” jawab risky dengan singkat.
“Maksudnya??? Kak dion mau dijodohin gitu sama mama?”
“Mungkin! Dan kak dion gak mau. Tapi, itu kan juga Cuma dugaanku, gak tau juga sebenarnya!hahaha”
“Masuk akal sih ky, Tapi kan kak dion baru mau lulus SMA, masa mau dijodohin?” jawabku heran.
“Kenapa gak kamu tanyain aja langsung kak dion!”
“Gak enak lah ky, takut dikira nyampurin urusannya ntar!”
“Yaudahlah, gak usa dipikirin juga, emang kalau kak dion bener dijodohin, rugi apa kamu? Hahaha udah yuk kekantin, laper nih, keburu jam istirahat habis!” kata risky sambil menarikku kekantin.

Dijodohin? Masa iya kak dion mau dijodohin? Dia kan baru mau lulus SMA. Tapi masuk akal juga sih, mungkin mama mau ngenalin anak temennya, temen mama kan banyak. Lagi pula selama ini kak dion juga gak pernah ngenalin temen perempuannya, atau pacarnya. Eh, tapi bener juga kata risky! Kalau memang dijodohkan, emang aku rugi apa? Ah, gak tau ah!

Hari ini seperti biasa aku pulang sore karena ada les tambahan. Sepertinya akan menjadi pikiran terus kalau aku tidak menanyakan masalah ini. Setelah makan malam, aku menyusul kak dion kekamarnya. Aku cari-cari, ternyata ia sedang duduk dibalkon kamarnya sambil memainkan gitar. Aku hanya berdiri dibelakangnya, sambil mendengarkan petikan gitarnya.

“Sampai kapan kamu matung disitu ngga? Gak pegel emangnya?” kata kak dion tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
“Eh.. emm kak dion! Gak nyangka kak dion pintar memainkan gitar!” Jawabku sedikit salah tingkah.
“Duduk sini, kenapa tumben malem-malem nyari kak dion?” tanya kak dion.
“Emmm gak papa kuq kak!”
“Uda, gak usah bohong, kakak tau kamu sedang memikirkan sesuatu!”
“Eh iya kak, maaf. Sebenarnya angga Cuma mau nanyain tentang pertengkaran kak dion sama mama kemarin. Emangnya ada masalah apa sih kak?”
“Gak ada apa-apa kuq!”
“Tuh kan, sekarang kak dion yang gak mau cerita!”
“Gak ada apa-apa ngga, kak dion Cuma gak mau nurutin kemauan mama. Itu saja!”
“Tentang???”
“Kenapa sih, kamu ngebet banget pengin tau! Hehe”
“Iiiih, kak dion nih, ditanyain serius juga! Terus kenapa kak dion gak mau nurutin kemauan mama???”
“Karenaaaa.... kamu!”
“Karena aku? Maksud kak dion?”
“Yaudahlah, yang penting sekarang kamu istirahat, udah malem! Besuk sekolah! Oke, sana tidur!” jawab kak dion sambil mendorongku keluar kamarnya.
Karena aku??? Maksud kak dion???

0 coment�rios:

Aku mencium pipi kak dion yang sedang ngomel sambil menggosok dan meniup-niup tanganku yang kedinginan. Setelah itu aku segera berlari...

Sebuah Rahasia [Eps 5]


Aku mencium pipi kak dion yang sedang ngomel sambil menggosok dan meniup-niup tanganku yang kedinginan. Setelah itu aku segera berlari menuju kamar kecil untuk ganti baju, sedangkan kak dion hanya berdiri mematung tampak syok dan tidak percaya dengan apa yang baru saja aku perbuat. Aku berlari, menutup pintu kamar kecil dan memikirkan apa yang baru saja terjadi.

“Oh my goooood!!! Apa yang barusan aku perbuat! Kenapa tiba-tiba aja gitu aku cium kak dion! Gilaaaaaaa!!! Setan apa yang barusan merasukiku! Aaaaah, begooooo!!! Apa yang harus aku katakan nanti kalau kak dion membahasnya!!! Arrrrrr” gumamku didalam kamar kecil.
Aku sendiri masih tak percaya kenapa aku melakukannya! Itu berlangsung cepat sekali. Walaupun mungkin kak dion sering mencium keningku, tapi ini pertama kalinya aku nyium pipi kak dion! Apa yang harus aku jelaskan nanti, kalau kak dion menanyakan kenapa aku melakukannya. Aku masih sibuk memikirkannya, dan tiba-tiba ada suara yang membuyarkan lamunanku.
“Anggaaaa, buruan! Lama bener, ganti baju doang. Mau ikut pulang gak nih? Atau kak dion tinggal disini?” teriak kak dion dari luar.
“Iya kak, udah mo selesai kuq” jawabku sedikit teriak juga.
Aku buru-buru mengganti bajuku yang basah kuyup. Masih dengan hati yang berkecamuk, aku keluar kamar kecil, dan aku melihat kak dion sudah menunggu diluar.
“Lama bener sih, ayo buruan!” ajak kak dion untuk segera pulang.
“Iya kak” aku menjawab singkat.
“Mampir cari makan dulu ya, sama minuman yang panas, biar agak angetan badannya” sambung kak dion.
“Iya kak” aku jawab singkat lagi.

Aku dan kak dion segera mencari warung makan sekitar, dan memesan mie rebus dan teh panas. Hangat sekali, menikmati mie rebus dan teh panas diudara yang dingin ditawangmangu. Selama makan, kak dion tidak membahas tentang apa yang tadi telah terjadi. Syukurlah, aku sendiri juga bingungharus menjawab apa. Selesai makan, kami kembali melanjutkan perjalanan kerumah. Dijalan, kak dion cerita banyak. Katanya dikaranganyar ini, banyak objek wisata yang cukup asik! karena berada dilereng gunung lawu dengan udara yang dingin dan pemandangan yang asri. Air terjun, perkebunan teh, candi ceto, dll. Dia berjanji akan mengajakku lagi nanti, tentu saja dengan syarat aku gak boleh ngeyel lagi.hihihi
Kami sampai dirumah agak sore, ketika motor kami masuk pekarangan rumah, aku melihat motor metik yang udah gak asing bagiku terparkir dekat garasi.

“Arin? Risky? Udah lama?” sapa ku ke arin dan risky yang sedang duduk diteras rumah.
“Baru kuq, kamu dari mana?” tanya arin
“Emmm abis diajak kak dion ketawangmangu, hehe” jawabku
“Hah? ketawangmangu? Kuq gak ngajak? Huh!curang!” jawab arin dengan muka agak cemberut, sedangkan risky Cuma diam dibelakangnya.
“Hai arin, risky, Kapan-kapan nanti kita kesana lagi bareng-bareng, yaudah ayo kita masuk dulu” Ajak kak dion

Kami masuk rumah, kemudian arin sama risky mengajakku belajar bersama. Karena aku sudah banyak tertinggal pelajaran, makanya mereka membantuku. Dulu kan aku yang sering membantu mereka belajar, dan sekarang gantian mereka yang mengajariku. Ternyata mereka kalau serius, bisa juga memahami pelajaran, buktinya mereka bisa mengajariku.
###
Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah setelah lebih dari sebulan tidak masuk. Banyak teman-teman yang menyambutku dengan gembira, tapi ada juga beberapa yang sepertinya tidak suka melihatku. Bahkan, dari mereka ada yang mengataiku gila. Tapi aku tetap bersemangat, karena arin dan risky selalu menguatkanku, beberapa teman dan guru juga mengucapkan rasa simpati mereka atas apa yang terjadi padaku. Mereka bilang salut kepadaku, karena aku bisa melewati semua ini.
Setiap hari aku belajar, baik disekolah atau dirumah. Ya, aku harus kerja keras mengejar ketertinggalanku. Aku hanya punya waktu 3 bulan agar bisa lulus dengan nilai yang maximal dan melanjutkan sekolah menengah atas favorite. Aku harus membuat mama papa bangga, karena mereka sudah mau membiayai dan mengasuhku sekarang. Aku sedang belajar dikamar, tiba-tiba bel berbunyi, sepertinya bik inah sudah membukakan pintu. Aku keluar kamar, dan sudah melihat papa mama berada diruang tengah.

“Mama? Papa? Kuq gak ngabarin mau pulang hari ini?” tanyaku sambil menghampiri mereka dan mencium tangannya.
“Hai anak mama, papa mama kan mau bikin surprise buat kamu sama kakak kamu!” jawab mama
“Oh ya, kak dion mana? Ini mama bawain oleh-oleh buat kamu sama kak dion” sambung mama sambil memberikan 2 kantong tas.
“Yeeeey, makasi mah, eh itu kak dion mah” jawabku sambil menunjuk kak dion yang baru keluar dari kamarnya.
“Papa mama, udah pulang? kirain asik sama kerjaan sampe lupa rumah.hehe” sapa kak dion sambil mencium tangan papa mama
“Ah, kamu ini dion ada-ada aja. Gak mungkin lah mama papa lupa sama rumah yang isinya pangeran-pangeran ganteng mama.hehe” jawab mama
“Oya, bik inah masak apa nih? Kita makan yuk, papa udah laper banget nih” sambung papa mengajak kami makan malam.

Kami makan malam bersama dimeja makan, sambil bercerita. Selesai makan, kami menonton TV sambil membuka oleh-oleh yang dibawain sama papa mama. Jam diruang tengah sudah menunjukkan pukul 9 malam. Mama menyuruh kami segera istirahat karena besuk harus sekolah.
Senang sekali rasanya bangun pagi, dan menemukan keluarga yang sangat hangat. Ya, meskipun mereka bukan orang tua kandungku, tapi perhatian mereka hampir seperti perhatian ayah ibu dulu. Begitu senangnya hatiku, sarapan bersama, berangkat sekolah bareng kak dion diantar papa, dan sangat bersemangat sekolah hari ini, sampai-sampai aku melupakannya lagi! Menanyakan dimana kotak kayu itu sama mama.

“Duh, kenapa aku sampai lupa lagi ya! Huh.. tapi yasudahlah, nanti pulang sekolah aku langsung menanyakannya! Harus! Dan gak boleh lupa lagi” Gumamku ketika memasuki gerbang sekolah.
“Hai sob, uda nyampe yak! Tadi aku mo kerumah, mo ngajakin berangkat bareng, tapi katanya tante dian kamu uda berangkat! Ah, sekarang gak asik nih, kita jarang barengan” kata risky yang tiba-tiba merangkulku dari belakang.
“Hai ky, iya nih maaf. Soalnya tadi papa pengin nganter, soalnya lagi dirumah sih, tapi nanti pulangnya tetep nebeng yaaaa. Hehe” jawabku sambil nyengir
“Yeee dasar! Iya deh, apa sih yang engga buat ayang..hihi” jawab risky yang gak kalah cengirannya.
“Heh? Ayang? Apa-apa an manggil ayang! Kamu tuh yang ayan! Dasar epilepsi.hahaha” jawabku kaget sambil meledeknya.
“Hahaha kurang ajar! Aku cium juga deh lama-lama.haha” ancamnya
“Hah? Berani? Nih...” jawabku sambil ngepelin tangan siap nonjok
“Eeeits, jangan main kasar dong!santaiiii bercanda sob!hehe” jawabnya
“Eh, tumben omonganmu ngelantur! Salah obat ya?!” ledekku lagi
“Haha sialan! Lagi seneng aja, soalnya bisa ketemu kamu lagi disekolah. Tau kan, disekolah temenku Cuma kamu sama arin doang” jawabnya

Dari dulu risky memang gak berubah. Dia menganggap temannya itu ya Cuma aku sama arin, yang lainnya, Cuma numpang lewat!haha ada-ada saja. Itu karena sejak SD dia dianggap teman-teman yang lain seorang “autis”! Pribadi yang pendiam, suka menyendiri, cuek, dan jarang bersosialisasi yang membuat risky di cap sebagai seorang autis! Padahal gak gitu juga, kalau sudah kenal dekat risky itu juga bisa banyak omong, tentang hoby nya yang suka menyendiri, dia pernah bilang, kalau dia itu seorang calon seniman! Setidaknya itu cita-citanya. Jadi butuh ketenangan untuk mencari inspirasi katanya. Terbukti kan, prestasi dalam bidang seninya jawara! Dan tentang cuek atau jarang bersosialisasi itu karna uda terlanjur dicap sebagai seorang autis, dan membuat ia malas untuk bergaul. Cuma sama aku dan arin lah dia bisa bertingkah atau berbicara konyol seperti tadi. hahaha

“Eh, ngomong-ngomong arin, Kemana dia? Kuq gak barengan? Tanyaku.
“Tau tuh, tadi sih, katanya mau berangkat sendiri dianter papanya. Soalnya pas aku samperin kerumah dianya baru mau mandi. Kesiangan sih katanya! Makanya nyuruh aku duluan. Kita tunggu aja nanti pasti dia lari keliling lapangan.hihihi” ketawanya licik.
“Seneng ye, kalau temen lagi susah!huuu” kataku sambil jitak kepala risky
“Duh! Sakit tauk! Ni bocah, gak bisa diajak bercanda ya! Huhuhu” Protes risky
“Hehehe kamu juga sih, mulai duluan! Udah ah, ayok buruan masuk keburu telat!” kataku sambil narik tangan risky.

Pelajaran pertama sudah dimulai, sampai 45 menit pertama arin juga belum datang, ketika pak edi guru matematika sedang menulis soal didepan kelas, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk, dan pak edi mempersilahkan masuk.

“Selamat pagi pak, maaf saya terlambat” kata arin sambil ngos-ngosan.
“Ya, selamat pagi. Kenapa kamu telat? Sudah lapor petugas BP? Sudah dapat hukuman?” tanya pak edi
“Saya bangun kesiangan pak, udah dihukum juga tadi lari lapangan 3X” jawab arin masih ngos-ngosan.
“Owh, ya sudah. Besuk jangan diulangi. Duduklah dibangkumu” jawab pak edi dan melanjutkan kembali menulis dipapan tulis
“Iya pak, terimakasih” jawab arin sambil menuju bangku yang berada disamping bangku ku dan risky.
“Emang enak, pagi-pagi udah lari keliling lapangan 3X.hihihi” ledek risky, pas arin lewat sampingnya.
“Niiiih! Enak kan!” Jawab arin sambil jitak kepala risky.
“Aduuuuh!!!” teriak kecil risky
“Hihihi emang enak, pagi-pagi udah kena jitak 2X! Hihihi” Ganti aku meledek risky

Jam sekolah hari ini, sudah berakhir dengan bell panjang sebagai tanda waktunya pulang. Aku segera bergegas, karena memang ingin cepat sampai dirumah dan menanyakan kotak kayu itu. Aku pulang bersama risky dan arin dengan mobil jemputan risky.

“Daaaa angga” kata arin sambil melambaikan tangannya dari mobil, setelah mengantarkanku sampai depan rumah.
“Daaaa sampai jumpa lagi” Aku membalas lambaian tangan mereka.

Aku segera masuk rumah, dan ketika sampai diruang tengah, aku lihat mama sedang menyiapkan makan siang dimeja makan.

“Eh, anak mama udah pulang, buruan ganti baju gih, cuci tangan, terus kita makan sama-sama. Itu kak dionnya juga lagi ganti baju barusan nyampe” Kata mama ketika melihat kedatanganku.
“Iya mah” Jawabku sambil menuju kamar.

Kami makan bersama siang ini, setelah selesai dan membereskan meja makan, mama menemani papa duduk diteras samping rumah. Aku bingung harus mengawali dari mana, tapi aku harus segera menanyakannya. Mumpung mama papa lagi ada dirumah. Aku mendekati mama yang sedang asik ngobrol sama papa, sedangkan kak dion masuk kamar lagi dan sibuk dengan laptopnya.

“Emm mah, angga boleh nanya sesuatu gak?” tanyaku pada mama dan berdiri disampingnya.
“Nanya apa ngga, tentu saja boleh” jawab mama
“Emm mama masih ingat kan kata ibu dirumah sakit waktu itu, beliau bilang angga harus ambil kotak kayu yang ada dialmari kamar rumah angga yang terbakar. Katanya itu akan membantuku kelak. Memangnya ada apa dengan kotak itu? Terus, ada dimana kotak itu sekarang? Apa mama sempat menyimpannya?” Tanyaku agak gugup.
Mama sama papa diam sejenak, dan ahirnya mama yang menjawabnya.
“Owh, itu. Ada kuq, mama simpan. Mama tau itu penting buat kamu ngga. Apa kamu ingin tau itu sekarang?” tanya mama sambil menghela nafas.
“Emm iya ma, angga penasaran, apa isi kotak kayu itu, sehingga ibu bilang harus mengambilnya dari almari rumah” jawabku
“Oke, tunggu disini, mama ambilin dulu” kata mama sambil beranjak dari kursi dan menuju kamarnya.

Mama mengambil kotak kayu itu cukup lama. Aku tidak tahu kenapa harus selama ini, itu membuatku semakin penasaran. Sebenarnya apa sih, isi kotak itu? Setelah beberapa saat aku menunggu, ahirnya mama keluar dan membawa kotak itu.

“Ini ngga, kotaknya. Bukalah sendiri” kata mama sambil duduk disampingku dan memberikan kotak itu.
“Baik mah” Jawabku sambil menerima kotaknya
Aku membuka perlahan kotak itu, kotak yang sudah membuatku penasaran! Memangnya, ada rahasia apa dalam kotak ini? Setelah terbuka, aku justru semakin bingung melihat isinya.
Sebuah “Album Foto”???

Bersambung...

0 coment�rios:

Sepertinya sudah tidak ada lagi barang dirumah ini yang bisa aku selamatkan. Pasti mama sudah merawatnya terlebih dahulu kemarin. Sayang...

Sebuah Rahasia [Eps 4]


Sepertinya sudah tidak ada lagi barang dirumah ini yang bisa aku selamatkan. Pasti mama sudah merawatnya terlebih dahulu kemarin. Sayang, kemaren aku lupa menanyakannya. Harus sabar nunggu mama pulang dari surabaya seminggu dulu deh! Baru saja aku melangkah meninggalkan bekas rumahku ini, aku seperti mendengar seseorang yang memanggilku.
 
“Anggaaaaa, anggaaaaaa, itu kamu nak???”
“Eh, bude ratna... iya bude, ini angga. Apa kabar bude?” Aku menghampiri bude ratna yang sedang menyirami tanaman didepan rumahnya, dan segera aku mencium tangannya.
“Bude baik nak, gimana dengan kamu? Sudah baikan kan? Maaf, bude belum bisa jenguk kamu, pasca pulang dari rumah sakit kemaren. Rencana baru ini nanti mau kesana. Malah uda liat kamu disitu. Masuk yuk nak, sudah sarapan belum?” tanya bude ratna sambil menarikku dalam rumahnya.
“Sudah kuq bude, emmm pakde jarot kemana bude? Kuq sepi?” Tanyaku setelah tidak mendapati pakde diteras. Biasanya jam segini, pakde jarot diteras rumah sibuk sama burung-burung kesayangannya. Maklum, pakde jarot adalah seorang pensiunan pegawai negeri, jadi uda gak ada kesibukan lain dirumah.
“Nah, itu dia ngga, pakde lagi sakit, uda seminggu ini, makanya bude belum bisa jenguk kamu. Tapi uda baikan kuq, itu lagi istirahat dikamar. Kamu masuk aja, pakde pasti senang sekali kamu dateng, dia pasti juga kangen sama kamu. Bude buatin minum pakde sama kamu  dulu sebentar ya didapur” jawab bude ratna sambil menuju dapur.
“Baik bude, angga kekamar pakde dulu, angga juga kangen sama pakde jarot” jawabku sambil menuju kamar pakde jarot.
Aku masuk kamar pakde jarot, yang tidak ditutup pintunya. Aku lihat pakde jarot berusaha beranjak dari tempat tidurnya.
“Angga, itu kamu nak?”  suara pakde jarot serak dan sedikit terbatuk-batuk.
“Iya pakde, ini angga. Udah, pakde tiduran aja, angga temenin disini” aku menjawab sambil menghampiri pakde jarot dan membantunya untuk kembali tiduran.
“Kamu sudah gak papa nak? Tadi pakde seperti mendengar suaramu, jadi pakde langsung ingin keluar kamar” jelas pakde jarot.
“Iya pakde, angga uda pulang beberapa hari yang lalu. Pakde kenapa? Kata bude sedang sakit? Cepat sembuh ya pakde” jawabku
“Iya, pakde gak papa, syukurlah kamu juga baik-baik saja sekarang, yang sabar ya nak, kamu sering-seringlah main kesini, anggap saja rumah sendiri. Kalau kamu merasa bosan atau sendirian dirumah idrus, kamu bisa menginap dirumah pakde. Pakde sama bude akan sangat senang sekali. Apalagi kak vika, pasti dia juga kangen sekali sama kamu” jelas pakde jarot.
“Iya pakde, angga juga kangen semua” sahutku

Ditengah obrolanku dengan pakde jarot, bude ratna datang membawa 2 gelas teh, untuk pakde sama untukku. 

“Kamu benar sudah sarapan ngga?” tanya bude ratna.
“Sudah bude, nih, perut angga sudah bulet” jawabku sambil menunjukkan perut kerempengku.
“Bulet apanya, kamu tampak kurus sekali, baiklah kalau memang sudah sarapan, berarti makan siang nanti kamu harus disini, sama bude pakde” tawar bude ratna.
“Iya bude, kalau memang bude memaksa” jawabku sambil tersenyum.
“O,ya. Bilang sama dik dian ya, makasih buat oleh-olehnya dari jogja. Tadi pagi-pagi, inah datang kesini ngasih oleh-olehnya. Katanya kalian kemaren liburan kejogja. Gimana, seru gak? Kamu memang butuh refreshing nak”
“Iya bude, seru sekali. Setidaknya beban dipundak angga terasa agak ringan sekarang” 

Bude ratna sama pakde jarot tersenyum mendengarnya. Setelah agak lama ngobrol dikamar, aku sama bude ratna nonton TV diruang tengah sambil cerita-cerita banyak sekali, sedangkan pakde jarot kembali istirahat. Mereka ini salah satu tetangga yang sangat memperhatikanku dari dulu. Mereka punya 3 anak, anak pertama lelaki namanya kak arif,  dia menjadi seorang polisi dan sedang bertugas di Riau. Anak kedua namanya kak Vika. Dia seumuran kak dion, sekarang sedang bersekolah juga tentunya. Dan satu lagi, anak ketiga namanya adi, dia seumuranku. Tapi sayang, umur 5 tahun dia meninggal, kata bude ratna karena demam berdarah. Mungkin itu juga yang membuat keluarga ini sangat sayang sama aku, mengingatkan mereka sama adi.
Sampai siang aku dirumah pakde jarot, membantu bude ratna memasak juga didapur. Bantuin nyicip maksudnya...hehe setelah itu, aku, pakde jarot dan bude ratna duduk dimeja makan, untuk makan siang bersama. Sambil menikmati menu makan siang, kami cerita banyak sekali sambil sesekali bercanda. Ditengah makan, terdengar salam dari luar.

“Assalamualaikum”
“Wallaikumsalam” Kami menjawab dengan kompak
“Eh, itu kak vika uda pulang sekolah ngga” kata bude ratna
Tak lama kemudian kak vika datang, dia sepertinya agak terkejut melihatku.
“Angga, itu kamu?” dia menghampiriku dan memelukku.
“Iya kak, kak vika apa kabar? Kuq uda pulang sekolahnya”jawabku
“Iya nih, jam terahir kosong, guru mapel nya lagi sakit, gak ada guru ganti, Cuma dikasih tugas, makanya kelasku pulang agak awal.hehe duh, kak vika kangen banget sama kamu ngga” kata kak vika sambil nyubit pipiku.
“Yaudah kak, skalian makan bareng sini, kita kan udah lama gak cerita-cerita”
“Oke deh, aku cuci tangan dulu ya”

Kami berempat makan bersama siang itu, aku sama kak vika asik bercerita, sedangkan pakde sama bude cuma mendengarkan kami cerita dan ngeliatin kita berdua sambil senyum-senyum.

“Eh ngga, katanya kemaren abis liburan ya? Kalian gak asik nih gak ngajak-ngajak..” gerutu kak vika
“Hehe iya kak, maaf abisnya gak kepikir juga sih, kirain kak vika liburan sendiri gitu sama cowoknya” jawabku sambil menggoda kak vika biar gak ngambek
“Cowok siapa, orang gak punya cowok. Maunya sih, kemaren ada yang ngajak, terus disana ada yang bilang mau jadi cowokku” kata kak vika dengan suara yang semakin pelan dan senyum-senyum gak jelas
“Apa kak?” aku meyakinkan apa yang aku dengar.
“Eh, gak papa. Lupakan aja.hehe” jawab kak vika salah tingkah.
“Eh, dion kuq gak ikut kesini ngga?” sambungnya
“Loh, kak dion kan masi sekolah, belum pulang, kuq kak vika tiba-tiba nanyain kak dion? Hayoooooo” jawabku menggoda kak vika lagi.
“Iiiiih,apaan sih, Cuma nanya juga!” kak vika makin salah tingkah.
Selesai makan, aku pamit pulang, takut nanti kak dion pulang dan tahu aku gak dirumah, pasti dia akan kawatir. Baru melangkah keluar dari rumah pakde jarot, kak dion datang masih dengan sragam sekolah.
“Anggaaaa, kamu disini. Kak dion cariin juga! Bikin kawatir aja kamu” kata kak dion terdengar panik.
“Iya kak,maaf. Tadi angga Cuma mau maen,soalnya bosan dirumah sendirian. Terus disuru bude ratna makan siang bareng. Ini baru mau pulang” jelasku
“Kak vikaaaa, dicari sama yang kamu cari tadi niiiih” Teriakku kedalam rumah
“Siapa ngga???” Kak vika lari keluar dengan semangat sekali.
“Eh dion, uda pulang?” lanjut kak vika salah tingkah
“Uda vik, kamu kuq uda dirumah” jawab kak dion
“Iya, tadi pulang awal. Eh,udah makan belum?” tanya kak vika
“Udah kuq tadi, disekolah. Oke deh, aku sama angga pulang dulu ya” jawab kak dion
“Yah, kak dion, kak vika nya kan masi kangen...” godaku
“Anggaaaaaa, apaan sih” pipi kak vika memerah
“hehehe, ciyeeee maluuuu-maluuu, tadi aja nyari-nyari...hahaha” godaku sambil menarik tangan kak dion berlari pulang.
“Anggaaaaa, awas ya kamuuuuuu” Teriak kak vika.

Aku dari dulu memang suka godain kak vika sama kak dion. Kak vik sih, suka sok ngambek kalau aku godain gitu, tapi aku tahu kuq dia seneng juga. Soalnya dari gelagatnya memang kadang suka keliatan kalau dia suka sama kak dion. Tapi kak dion nya selalu cuek. Gak tau deh kenapa. Kasian juga kak vika. hehe
Selama hampir seminggu, kesibukanku hanya seperti itu. Kadang, arin sama risky suka maen juga kerumah, sekedar belajar bareng, atau ngajak jalan-jalan. Hari ini hari sabtu, kata mama, senin uda boleh masuk sekolah! Asiiiiik, bakal ketemu temen-temen sama guru-guru lagi. Tapi, sepertinya aku harus kerja keras. Itu karena aku sudah tertinggal banyak pelajaran, sedangkan 3 bulan lagi sudah UAN. Aku baru keluar kamar, tiba-tiba telfon berdering.

“Hallo, assalamualaikum” kak dion mengangkat telfon.
“Owh, iya mah.. iya, nanti dion sampaikan ke angga... oke, bye ma... walaikumsalam” Lanjut kak dion.
“Telfon dari mama ya kak?” tanyaku
“Iya, katanya papa mama belum bisa pulang, soalnya harus langsung terbang ke batam. Katanya bisnis disana ada masalah, makanya papa harus segera cek kesana. Oya, kata mama hari senin kamu sudah boleh sekolah. Tadi mama juga sudah ngirim uang kerekening kakak, katanya itu uang tambahan buat jajan sama jalan-jalan kita, biar gak bosan ditinggal lama sama papa mama” Jelas kak dion.
“Owh, iya deh kak. Angga juga udah bosan dirumah terus, pengin cepet-cepet sekolah” jawabku
Yah, berarti harus sabar lagi, buat nanyain kotak kayu itu sama mama. Yaudah lah, nanti pasti mama juga pulang.
“Eh, kuq malah ngelamun dek! sebelum masuk sekolah, gimana kalau kita besuk jalan-jalan? mau gak?” tanya kak dion.
“Kemana kak? Angga sih, mau-mau aja.hehe” jawabku
“Lihat aja besok! sekarang, kita keluar yuk, cari martabak, lagi pengin nih...hehe” ajak kak dion.
“Kayak orang ngidam aja kak.hahaha” jawabku

Kak dion mengajakku jalan malam itu, nyari martabak telur. Aku agak kikuk pas dibonceng motor kak dion. Kak dion menyuruhku untuk pegangan, dan aku lihat kanan kiri, yang berboncengan dijalan kebanyakan sepasang kekasih, karena memang pas malam minggu. Sempat aku bertanya pada kak dion, kenapa malam minggu gak pernah keluar ngajak jalan temen ceweknya, atau pacarnya mungkin? Tapi dia bilang, belum nyaman, belum ada yang pas dihati. Padahal kalau lihat kak dion, gak mungkin ada cewek yang nolak diajak jalan sama dia. Ganteng, gagah, tajir, dan gak neko-neko! Kurang apa coba? Setelah dapat martabak, kami pulang dan kak dion makan ampe habis! Udah kayak orang ngidam beneran!  

Pagi ini aku bangun pagi sekali dengan semangat untuk siap-siap, karena kak dion janji mau ngajakin jalan-jalan. Aku membawa tas berisi baju ganti. Kak dion yang menyuruhku untuk membawanya. Kira-kira mau kemana ya? Setelah mandi, aku sarapan nasi goreng yang sudah disiapkan bik inah dimeja makan.

“Udah siap dek?” kata kak dion yang tiba-tiba datang dan ikut sarapan.
“Udah dong, abis sarapan, kita berangkat ya kak! Emm emang mau ngajak kemana sih?” tanyaku
“Nanti juga tau” jawab kak dion sambil senyum.

Selesai sarapan, kami berangkat naik motor kak dion. Kak dion menyuruhku untuk memakai jaket. Aku cuma diam selama perjalanan, sambil pegangan kak dion dari belakang. Kira-kira perjalanan kurang lebih satu jam menuju karanganyar. Dan setelah sampai, parkir motor, dan melewati jalan dan anak tangga, sampailah kita disebuah air terjun! Wow, sejuk dan indah sekali! Kak dion mengajakku ke air terjun Tawangmangu! Agak ramai hari ini, karena bertepatan hari minggu. Kami menikmati pemandangan yang masih asri  dan udara sejuk sambil bermain air yang amat sangat dingin! Tapi segar sekali rasanya, dari ujung rambut sampai keujung kaki. 

“Udahan yuk dek maen airnya, tuh kamu ampe kedinginan gitu” kata kak dion
“Bentar lagi kak, seger banget nih... kan jarang-jarang nemu air se seger ini disolo.hehe” jawabku
“Yaudah, kak dion ganti baju dulu, ntar pas uda selesai, kamu udahan dan gantian yang ganti baju ya”  tegas kak dion
“Oke kak” Jawab ku sambil terus main air.
Gak terasa sudah berapa jam aku maen dibawah air terjun. Tanganku sudah keriput dan membiru, aku melihat kak dion dikejauhan sudah ganti baju dan melambaikan tangannya, menyuruhku untuk segera berhenti. Aku segera menghampiri kak dion dibawah pohon sambil menggigil, menahan dingin.
“Tuh kan, ampe kedinginan gitu! Lihat tanganmu, keriput, dan membiru kaya gitu, bibirmu juga tuh! Besuk-besuk lagi kak dion ogah, ngajakin kamu kesini lagi kalau ngeyel gak mau udahan gitu!” omel kak dion melihatku menggigil kedinginan.
“Gak papa kak, nanti pas ganti baju juga uda gak dingin lagi!” jawabku ngeyel
“Tuh kan masi ngeyel juga! Sini tanganmu!” kata kak dion sambil narik tangan ku dan ia gosok-gosok.
Hangat sekali rasanya, aku hanya diam sambil senyum-senyum melihat wajah kak dion yang sedang ngomel sambil menggosok-gosok tanganku dan sesekali meniup-niupnya untuk menghangatkanku.
“Cuuuuup!!!”  Aku mencium pipi kak dion, dan segera berlari menuju kamar kecil.

Bersambung...

0 coment�rios: