Home Top Ad

Responsive Ads Here

### “Gimana dengan kelas kamu ga? Temen barumu asik-asik gak?” Tanya arin sewaktu dimobil pulang sekolah. “Belum banyak yang kenal ...

Sebuah Rahasia [Eps 10]

###
“Gimana dengan kelas kamu ga? Temen barumu asik-asik gak?” Tanya arin sewaktu dimobil pulang sekolah.
“Belum banyak yang kenal rin, baru juga beberapa. Sekelas sama rianti nih, tadi sempet ngobrol juga. Oya, dapet temen sebangku yang lumayan asik juga diajak ngobrol. Tadinya sih agak aneh. Soalnya jutek, tapi lama-lama asik kuq. Gimana dengan kalian?” tanyaku balik.
“Aku sebangku sama Ferlita ga, itu yang dulu anak kelas XI-C yang jago tari!” Jawab arin.
“Berarti nanti kamu bisa belajar tari sama dia rin, biar jadi cewek tulen!hahaha”  Sambung risky
“Kampret lu nyet! Belum pernah ngrasain tonjokan mautku yak!” Ancam arin.
“Hahaha gimana dengan mu ky?” tanyaku pada risky.
“Nyebelin! Aku sebangku sama anak aneh! Uda cerewet, suka cengengesan gak jelas lagi. Tadi dia tiba-tiba duduk dibangku ku aja gitu, padahal tadinya aku duduk sendiri dibelakang.” Jawab risky
“Hahaha uda waktunya kamu buat bergaul dan ramah ke orang lain ky, biar gak dikira autis lagi! hehe”
“Tau ah...”
###
Sang bintang...
Seiring waktu, ahirnya kami mulai beradaptasi dengan kelas baru masing-masing. Mengenal teman-teman baru satu persatu, yang mempunyai banyak karakter dan sifat. Tentu saja dengan jumlah anak satu kelas, aku tidak bisa mengenalkan karakter mereka satu-satu. Tapi, ada beberapa anak yang perlu aku garis bawahi dikelas ini. 

Rianti Amanda satu-satunya teman dari SMP asal yang sama denganku yang aku kenal karena pernah satu kelompok ketika lomba karya ilmiah. 

Ramadhian Aldyansyah teman sebangku yang karakternya susah ditebak. 

Revando Arnoldi sang bintang sekolah! Karena semua anak satu kelas, bahkan satu sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, kakak kelas, satpam sekolah, semua mengenalnya. Vando, itu nama panggilannya! Siapa yang tidak mengenalnya? Menurutku, gelar bintang sekolah kurang pantas ia sandang, lebih pantas sipembuat onar. Tak bisa dipungkiri memang, selain dia punya fisik dan tampang yang membuat cewek-cewek berteriak histeris, dia juga cukup keren dan tajir. Tak jarang ia jadi bahan pembicaraan anak-anak cewek. Tapi menurutku, dia gak sekeren itu, apalagi kalau ingat dengan polah tingkahnya! Masih jelas dalam ingatanku bagaimana dia ngotot gak mau mengikuti perintah kakak kelas waktu MOS yang berahir dengan perkelahian dan disidang kepala sekolah, bolos kekantin waktu ada upacara dan pengarahan dari kepala sekolah atau memilih nongkrong diwarung depan sekolah gak jadi masuk waktu terlambat dan gak dibolehin masuk sama pak satpam! Itu anak, emang gak niat sekolah aku rasa. Karakternya pas banget sama namanya! Arnoldi! Mungkin diambil dari nama bunga rafflesia arnoldi yang besar, langka, tapi gak enak baunya. Seperti Vando yang besar karena cukup dikenal tampan, keren, tajir! Tapi kelakuan gak jauh beda sama bau bunga itu.

Tiga ajudan Vando! Dono, Bono, dan Jono. Kemanapun Vando pergi, 3 anak itu pasti ngintilin. Mereka berempat duduk dibangku belakang layaknya satu kelompok mafia dalam kelas. Kamu fikir nama asli mereka Dono, Bono, dan Jono? Tentu saja bukan! Mereka bukan 3 saudara kembar. Itu nama dikasih sama sibos mafia, Vando! dan semua teman yang lain ikut memanggil mereka dengan sebutan itu. Anehnya mereka bertiga seneng-seneng aja dikasih nama itu, padahal nama asli mereka lebih bagus.

Cinta...?

Hari ini jam pertama adalah jam pelajaran bu Rina, Wali kelas skaligus guru favorite kami, karena selain cantik, beliau sangat ramah waktu mengajar.

“Jadi, anak-anak dalam usia-usia kalian ini, sedang giat-giatnya bersosialisasi. Apalagi dengan lawan jenis, maunya bersosialisasi mulu ya!” Jelas ibu rina didepan kelas yang disambung dengan gelak tawa teman sekelas.
“Nah, sering kalian dengar, atau bahkan kalian ucapkan sebuah kata dalam sebuah hubungan. Yaitu kata Cinta. Nah, sebenarnya apa sih makna kata cinta itu?” sambung bu rina yang dijawab dengn urakan teman-teman sekelas.
“Vando! Apa makna kata cinta buat kamu?” Tanya ibu rina, yang membuat kelas tiba-tiba hening.
“Ayo vando? kasih jawaban kamu!” Jelas bu rina lagi.
“Cinta itu... semu! Seperti langit senja, yang indah dan berwarna, tapi Cuma bisa dinikmati sesaat, karna akan berganti menjadi gelap!” jawab vando yang membuat teman-teman sekelas sibuk berbisik-bisik menanggapi jawabannya.
Jadi itu makna cinta bagi seorang vando? batiku.
“Baik, itu menurut Vando. Bagaimana dengan rianti?”
“Cinta itu seperti bunga bu, indah, wangi dan penuh warna!” jawab rianti dengan cepat.
“Angga, bagaimana denganmu?”
“Emm cinta itu, emm nyaman! Cinta itu nyaman bu, itu saja.” Jawabku singkat karena bingung harus menjawab apa, karena ketika bu rina menanyakannya yang terlintas dalam fikiranku Cuma kak dion. Entah, kenapa bisa begitu.
“Kalau aldy?”
“Emm apa ya bu? Menurutku cinta itu universal, tak harus tertuju pada sosok lawan jenis, tapi juga bisa sesama jenis, bisa sahabat, barang, negara, atau apapun bu, buktinya aku cinta banget sama koleksi komik ku bu!” Jawab aldy yang mengundang gelak tawa teman satu kelas.
“Baik, itu tadi 4 contoh makna cinta dari teman kalian. Tidak ada yang salah memang, tergantung bagaimana kalian memandang makna cinta itu sendiri. Cinta itu universal seperti kata aldy, yang tak hanya tertuju untuk lawan jenis, atau pacar kalian saja. Cinta itu juga indah dan nyaman seperti yang dibilang rianti dan angga. Atau bisa juga semu, seperti yang dibilang Vando” Jelas bu rina.
“Nah, ibu akan menjelaskan makna cinta dalam bermasyarakat dan bernegara itu seperti apa!” Sambung bu rina.

Sepanjang pelajaran, aku justru kepikiran dengan jawaban dari aldy tadi, bahwa cinta itu tak harus tertuju pada lawan jenis. Apa rasaku pada kak dion ini juga sebuah cinta? Apalagi, tadi waktu menjawab apa makna cinta, yang ada dalam pikiranku adalah kak dion. Entahlah!

Hutang budi...

Jam pelajaran berganti, sekarang adalah jam pelajaran kimia, dan bu fitri menyuruh kami langsung menuju ke lab yang berada digedung sebelah karena ada praktek. Ketika menuju lab, terlihat beberapa tukang sedang mengecat ulang tembok yang ada diatas pintu ruang lab. Aku berjalan dengan aldy dibelakang vando. Ketika mau masuk ruang lab tiba-tiba salah satu tukang tak sengaja menjatuhkan ember cat nya, dan spontan aku menarik tangan vando yang berada tepat dibawahnya.

“Brukkkkk” bunyi ember yang jatuh.
“Maaf mas, maaf. Gak sengaja, gak papa kan?” Teriak pak tukang yang berdiri diatas dengan tangga.
“Kalau kerja yang bener pak! Mau aku tuntut kalau ada apap-apa denganku!” Omel vando pada pak tukang.

Setelah itu vando langsung ngloyor masuk lab tanpa bilang terimakasih padaku. Dasar orang gak tau rasa terimakasih! Gumamku. Praktek kimia selesai, dan waktunya istirahat. Aku sama aldy langsung menuju kantin. Tak seperti biasanya, risky sama arin gak kelihatan. Mungkin mereka sedang asik dengan teman-teman barunya.

“Ahirnya kenyang... tadi aku belum sarapan ga! Hehe” kata aldy sambil mengelus perutnya setelah makanan abis dilahapnya.
“Pantesan rakus! Hahaha oya, kali ini aku yang bayarin yak! Kemarin kan kamu dah bayarin aku!”
“Boleh... tau gitu aku nambah tadi! Hahaha”
“Wew, Segitu belum cukup? Emang Dasar rakus! Huhuuu bentar ya, aku bayar dulu” jawabku sambil berlalu untuk membayar makananku sama aldy.
“Mana sih dompetku? Loh, kuq gak ada? Duitku kan didompet semua. Apa ketinggalan di tas ya? Atau ketinggalan dirumah? Duh, Udah janji mo ngebayarin lagi. Gimana nih!” gumamku waktu mau membayar.
 “Ini mbak, buat bayar makananku dan teman-temanku sekalian sama makanan anak ini dan temannya. Kembaliannya ambil saja!” Suara yang tiba-tiba terdengar dari sampingku! Suara vando, sambil mengulurkan beberapa lembar uang kepenjaga kantin.
“Vando?” kataku pelan sedikit terkejut.
“Kita impas, aku gak punya hutang budi lagi sama kamu!” katanya sambil berlalu bersama 3 ajudannya.
Apa? hutang budi? Maksudnya apa tentang kejadian didepan lab tadi? Bodoh, aku lebih suka kamu mengucapkan kata terimakasih saja daripada kamu anggap dengan hutang budi. Batinku. Selama bersekolah di SMA ini, baru tadi vando mengajakku berbicara. Ya walaupun dia tidak menyebut namaku sama sekali. Coba kamu bisa sedikit saja lebih ramah, pasti jauh lebih keren vando! Duuuh, apa sih!
###
Jalan kemall....
“Loh, kak dion udah dirumah? Tumben...” Gumamku ketika melihat motor kak dion sudah terparkir digarasi rumah sewaktu pulang sekolah. Aku bergegas masuk rumah dan langsung menuju kamar kak dion.
“Kak, kak dion udah pulang?” Teriakku didepan pintu kamar kak dion.
“Udah ga, ada jam kuliah kosong... kenapa?” jawab kak dion sambil keluar kamar.
“Gak papa, Cuma gak biasanya aja. Kirain kak dion sakit” Jawabku.
Selama kak dion kuliah, intensitasnya dirumah semakin berkurang. Mungkin karena masih awal kuliah, banyak mata kuliah yang harus ditempuh, dan banyak tugas juga. Kerena kadang kak dion pulang malam karena harus menyelesaikan tugasnya dirumah temannya.
“Jalan yuk ga, udah lama gak jalan bareng, kamu pasti kangen kan sama kak dion!”
“Yee, sapa juga yang kangen! GR!”
“Jadi gak mau nih, yaudah kak dion mau ketempat temen aja!”
“Emang aku bilang gak mau?”
“Hahaha sok jual mahal! Udah, sana buruan mandi! Bau asem tau!”
“Emang jeruk, asem! Huhuuu yauda, aku mandi dulu kak!”

Aku diajak kak dion jalan kemall, beli beberapa barang dan nonton film dibioskop. Kak dion emang selalu tau, tiap aku ngrasa kangen pasti diajak jalan. Apa dia juga ngerasa hal yang sama ya? Hemmm. Setelah nonton, kami lanjut cari makan di food court. Aku sedang menunggu kak dion yang sedang memesan makanan, sambil duduk dan melihat lihat pengunjung  lain. 

Pandanganku berhenti pada sosok yang sedang duduk sendiri dimeja ke 3 dari mejaku. Sosok yang sepertinya sudah aku kenal. Tapi, aku sedikit tidak yakin. Aku perhatikan lagi dengan seksama, sangat beda sekali penampilannya. Penampilannya lebih keren, celana jeans dipadu kaos putih bergambar Deftones, rambut dibikin jabrik pakai gel, dan tanpa kacamata. Sangat tidak seperti biasanya! Tapi aku semakin yakin, sepertinya itu...

“Aldy?”

Bersambung...

0 coment�rios: